Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Ekonomi Minus, NTB Minta Kebijakan Relaksasi Ekspor Konsentrat AMNT

Sekda NTB Lalu Gita Ariadi. (IDN Times/Muhammad Nasir)
Sekda NTB Lalu Gita Ariadi. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Mataram, IDN Times - Pemprov Nusa Tenggara Barat (NTB) meminta kebijakan Pemerintah Pusat untuk memberikan izin relaksasi ekspor konsentrat tambang PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT). Permohonan itu imbas pertumbuhan ekonomi NTB yang minus 1,47 persen pada triwulan I 2025.

"Pemprov meminta kebijakan relaksasi izin ekspor konsentrat tambang AMNT. Mudah-mudahan permohonan dari kita menjadi pertimbangan. Kalau tidak (pertumbuhan ekonomi) kontraksi lagi," kata Sekda NTB Lalu Gita Ariadi dikonfirmasi di Mataram, Rabu (28/5/2025).

1. Gubernur beri penjelasan ke Mendagri

Tambang Batu Hijau di Sumbawa Barat. (dok. AMMAN)
Tambang Batu Hijau di Sumbawa Barat. (dok. AMMAN)

Gita mengungkapkan bahwa Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal telah memberikan penjelasan kepada Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian. Sebelumnya, dalam rapat koordinasi pengendalian inflasi secara daring pada Senin (26/5/2025), Tito menyoroti pertumbuhan ekonomi NTB yang minus 1,47 persen.

Dalam penjelasannya kepada Mendagri, kata Gita, Gubernur Iqbal memberikan penjelasan detail termasuk upaya yang dilakukan pemerintah daerah. Termasuk juga meminta kebijakan Pemerintah Pusat terkait izin relaksasi ekspor konsentrat AMNT sembari menunggu beroperasinya smelter secara optimal.

Dia menjelaskan sektor pertambangan yang mengalami kontraksi cukup dalam pada triwulan I 2025. Sehingga menyebabkan pertumbuhan ekonomi NTB menjadi minus 1,47 persen. Sementara, sektor-sektor lainnya tumbuh positif.

"Penjelasan dari bapak Gubernur langsung ke Mendagri. Kemarin Mendagri bukan memvonis, pak menteri juga bertanya kenapa begitu. Ada pertanyaan, ada jawaban. Sudah pak Gubernur memberikan jawaban," jelas Eks Penjabat Gubernur NTB ini.

2. Sektor tambang turun sebesar 30,14 persen

Tambang Batu Hijau di Sumbawa Barat. (dok. AMMAN)
Tambang Batu Hijau di Sumbawa Barat. (dok. AMMAN)

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) NTB Wahyudin menjelaskan pertumbuhan ekonomi NTB mengalami kontraksi pada triwulan I 2025 sebesar minus 1,47 (y-on-y). Hal ini disebabkan oleh penurunan tajam pada sektor pertambangan dan penggalian yang mengalami penurunan sebesar minus 30, 14 persen.

Sektor pertambangan dan penggalian merupakan tulang punggung utama perekonomian provinsi setelah sektor pertanian dengan share sebesar 16,00 persen. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi NTB jika dilihat tanpa tambang mengalami pertumbuhan secara y on y sebesar 5,57 persen pada triwulan I 2025.

Angkanya lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2024 sebesar 3,74 persen dan juga mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi jika dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2024 yang mencapai 3,01 persen. Wahyudin menjelaskan hampir semua sektor pada triwulan I 2025 mengalami pertumbuhan positif.

Kecuali sektor pertambangan dan penggalian serta sektor konstruksi, bahkan sektor pertanian sebagai pilar utama perekon omian NTB dengan share sebesar 23,24 persen mengalami pertumbuhan sebesar 10,28 persen. Dijelaskan, pertumbuhan ekonomi NTB yang minus disebabkan adanya pembatasan ekspor konsentrat mentah pada awal tahun 2025.

Sementara, kapasitas penyimpanan terbatas, smelter hanya bisa menampung 300 ribu ton sehingga yang bisa diolah hanya sebesar 300 ribu ton. Hal ini menyebabkan perlambatan produksi secara keseluruhan.

Wahyudin menambahkan smelter AMNT baru masih dalam proses commissioning atau peningkatan kapasitas, sehingga belum mampu menyerap seluruh hasil tambang.

Pada saat ini PT AMNT masuk pada tahapan 8 dimana kandungan emas dan tembaga masih relatif rendah. Efek dari larangan ekspor konsentrat tembaga menyebabkan ekspor NTB mengalami penurunan sebesar -41,05 persen.

Ekspor Luar Negeri tercatat sebesar 17,45 juta USD pada triwulan I 2025, mengalami penurunan yang cukup dalam dibandingkan dengan triwulan I 2024 yang tercatat sebesar 573,33 juta USD.

Selain itu, sektor konstruksi juga mengalami pertumbuhan negatif sebesar -1,52 persen disebabkan realisasi belanja modal pemerintah pada triwulan I 2025 belum berjalan. Pada saat yang sama, Inpres No. 1 Tahun 2025 tentang Efisiensi Belanja Pemerintah mendorong pengetatan belanja operasional, yang dalam jangka pendek menahan laju perputaran fiskal daerah.

"Kondisi ini menyebabkan pertumbuhan sektor ekonomi terkait mengalami hambatan diantaranya adalah sektor penyediaan akomodasi dan makan minum seperti hotel dan restoran serta sektor transportasi," jelasnya.

3. Prospek positif yang dapat memicu pemulihan ekonomi NTB

Kepala BPS NTB Wahyudin. (IDN Times/Muhammad Nasir)
Kepala BPS NTB Wahyudin. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Wahyudin menyebutkan terdapat prospek positif yang dapat memicu pemulihan ekonomi NTB. Diantaranya, produksi katoda tembaga mulai dilakukan di smelter sebagai hasil hilirisasi, berpotensi meningkatkan ekspor produk olahan.

Kemudian efek dari hilirisasi tembaga diharapkan memunculkan industri hilir seperti industri kabel, industri pupuk dari hasil sampingan produksi tembaga yang tentunya akan memacu perekon omian daerah.

Selain itu, perdagangan dalam negeri yaitu asam sulfat yang dikirim dari NTB pada Maret 2025 sebesar 37.602 ton ke Gresik. Asam sulfat merupakan produk sampingan yang bernilai ekonomi misalnya untuk pupuk atau industri kimia dari proses pengolahan bijih logam di smelter.

Selanjutnya, program Makan Bergizi Gratis (MBG) menciptakan permintaan besar terhadap produk pangan lokal, memacu perputaran dana pada sektor transportasi terkait distribusi MBG.

Multiplier efek dari program MBG akan meningkatkan uang beredar di masyarakat. Dia mengatakan pertumbuhan ekonomi sektor pertanian sebesar 10,28 persen pada triwulan I 2025 dipicu peningkatan produksi dan jagung di NTB. Pertumbuhan sektor pertanian ini merupakan pertumbuhan tertinggi selama 4 tahun terakhir. Sektor tersebut menyerap tenaga kerja di NTB sebesar persen 32,50 persen.

Peningkatan produksi padi dan jagung sebagai sinyal kesiapan sektor pangan. Total potensi produksi padi triwulan l 2025 diperkirakan mencapai 395,65 ribu ton gabah kering giling (GKG) atau mengalami peningkatan sebesar 141,09 ribu ton GKG (55,43 persen) dibandingkan produksi padi pada triwulan I-2024 yang sebesar 254,56 ribu ton GKG.

Selain padi, komoditas jagung juga mengalami pertumbuhan produksi yang signifikan. Peningkatan signifikan ini salah satunya disebabkan karena pergeseran musim panen, dimana tahun ini panen sudah mulai pada bulan Maret.

Wahyudin menambahkan, wisatawan mancanegara meningkat 25,30 persen menunjukkan potensi pasar pariwisata global pulih. Jumlah tamu menginap di hotel meningkat 17 ribu orang dibandingkan triwulan I 2024 atau meningkat dari 409 ribu orang pada triwulan I 2024 menjadi 426 ribu orang pada triwulan I 2025 atau meningkat 4,08 persen.

Peningkatan jumlah tamu ini hanya terjadi pada tamu yang berasal dari luar negeri yang meningkat hingga 25,30 persen. Sementara itu, tamu yang berasal dari dalam negeri turun 4,24 persen.

Sedangkan konsumsi masyarakat NTB tumbuh 4,18 persen, hal ini menopang pertumbuhan perekonomian NTB dan juga menggambarkan daya beli masyarakat NTB tumbuh positif.

Wahyudin meminta pemerintah mengakselerasi realisasi belanja pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi NTB pada triwulan II 2025. Dia mengatakan komponen belanja konstruksi perlu dikeluarkan dari klasifikasi efisiensi Inpres No.1 Tahun 2025 serta mendorong percepatan tender dini dan revisi DPA untuk sektor padat karya.

Selain itu, pemerintah perlu memberikan insentif fiskal dan pajak dengan mempertimbangkan keringanan pajak lokal dan retribusi bagi sektor terdampak. Berikan stimulus fiskal kepada UMKM untuk menjaga daya beli dan tenaga kerja.

Potensi pertanian NTB dan berbagai produk unggulan di NTB harus terus ditingkatkan dari sisi ketersediaan dan peningkatan kualitas dalam rangka mendukung program MBG.

Pengembangan agro industri di NTB harus terus ditingkatkan dari sisi kualitas dan memenuhi standar dari sisi kemasan sehingga bisa menjadi produk unggulan yang bisa dipasarkan.

Serta terus berkembangnya industri hilirisasi untuk terus meningkatkan peranan sektor industri dalam perekonomian NTB dengan terciptanya kawasan industri di lokasi smelter.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Linggauni -
Muhammad Nasir
Linggauni -
EditorLinggauni -
Follow Us