Tak Lagi Minus, Ekonomi NTB Tumbuh 2,82 Persen di Triwulan III 2025

Mataram, IDN Times - Pertumbuhan ekonomi Nusa Tenggara Barat (NTB) tidak lagi minus dibandingkan triwulan I dan II. Pada triwulan III 2025, ekonomi NTB tumbuh positif. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pertumbuhan ekonomi NTB pada triwulan III 2025 sebesar 2,82 persen (y-on-y).
Sebelumnya, pertumbuhan ekonomi NTB mengalami kontraksi pada triwulan I 2025 sebesar minus 1,47 persen (y-on-y). Sedangkan pada triwulan II 2025, ekonomi NTB minus 0,82 persen (y-on-y).
Kepala BPS NTB Wahyudin menjelaskan bangkitnya ekonomi NTB pada triwulan III 2025 didorong oleh peningkatan kinerja pada kategori industri pengolahan yang disebabkan oleh meningkatnya aktivitas produksi smelter PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT).
Namun, laju pertumbuhan ekonomi NTB tertahan oleh kontraksi pada kategori pertambangan dan penggalian Lainnya. Sementara itu, 15 kategori lainnya masih mencatatkan pertumbuhan positif.
"Kondisi perekonomian Provinsi NTB membaik sehingga berdampak pada pengeluaran per kapita penduduk meningkat. Hal ini juga didukung oleh tingkat kemiskinan Provinsi NTB pada Maret tahun 2025 menurun menjadi sebesar 11,78 persen dan inflasi terkendali sebesar 2,96 persen (y on y)," kata Wahyudin di Mataram, Rabu (5/11/2025).
1. Kategori pertambangan dan penggalian mengalami kontraksi

Dia menjelaskan perekonomian NTB berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku Triwulan III-2025 mencapai Rp 49,49 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp 28,92 triliun. Ekonomi NTB Triwulan III-2025 terhadap Triwulan II-2025 mengalami pertumbuhan sebesar 3,91 persen (q-to-q).
Dari sisi produksi, kata Wahyudin, pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha industri pengolahan sebesar 40,71 persen. Sedangkan dari sisi pengeluaran, komponen ekspor barang dan jasa mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 25 persen.
Sementara, ekonomi NTB Triwulan III-2025 terhadap Triwulan III-2024 mengalami pertumbuhan sebesar 2,82 persen (y-on-y). Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha industri pengolahan sebesar 66,65 persen. Sedangkan dari sisi pengeluaran, komponen pengeluaran konsumsi pemerintah mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 5,89 persen.
Wahyudin menyebut ekonomi NTB selama Triwulan I-2025 sampai dengan Triwulan III-2025 terhadap Triwulan I-2024 sampai dengan Triwulan III-2024 mengalami pertumbuhan sebesar 0,22 persen (c-to-c). Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha industri pengolahan sebesar 54,86 persen. Sedangkan dari sisi pengeluaran, komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 4,25 persen.
"Di sisi lain, Kategori Pertambangan dan Penggalian Lainnya mengalami kontraksi, yang disebabkan oleh penurunan produksi konsentrat sebagai dampak dari pelarangan ekspor konsentrat kering. Namun demikian, sejak awal Bulan Oktober 2025 telah diterbitkannya izin ekspor konsentrat," tutur Wahyudin.
2. Peningkatan kunjungan wisatawan mendorong pertumbuhan penyediaan akomodasi dan makan minum

Wahyudin menambahkan bahwa penyediaan akomodasi dan makan minum pada triwulan III 2025 juga mencatatkan pertumbuhan yang tinggi. Hal ini seiring dengan meningkatnya jumlah wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara.
"Kondisi ini tercermin dari kenaikan jumlah tamu yang menginap di hotel bintang dan non-bintang sebesar 28,16 persen (y-on-y)," sebutnya.
Sementara kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebagai kontributor terbesar pada PDRB Provinsi NTB yakni 22,92 persen, turut mengalami pertumbuhan positif. Peningkatan ini didorong oleh kenaikan produksi padi sebesar 37,15 persen, meskipun pertumbuhan kategori ini tertahan oleh penurunan produksi jagung sebesar 21,35 persen.
3. Ekspor luar negeri terkontraksi 56,11 persen

Dari sisi PDRB menurut pengeluaran, tambah Wahyudin, pertumbuhan didorong oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah, Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB).
Dikatakan, pertumbuhan ekonomi dari sisi pengeluaran tertahan oleh masih terkontraksinya komponan ekspor barang dan jasa. Hal ini sejalan dengan tidak adanya ekspor komoditas konsentrat tembaga dimana ekspor luar negeri terkontraksi sebesar 56,11 persen (y-on-y).


















