Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Petani Tembakau di Lotim Terpuruk, Terancam Rugi Ratusan Juta Rupiah

IMG_20250910_123753.jpg
Ratusan hektare tembakau petani di desa Darma Sari layu setelah diguyur hujan (IDN Times/Ruhaili)

Lombok Timur, IDN Times – Pertanian tembakau di Kabupaten Lombok Timur (Lotim) menghadapi ujian berat pada musim tanam 2025. Dampak hujan deras yang terjadi dalam dua hari tanpa henti menyebabkan ribuan hektare lahan tanaman tembakau layu karena terendam air. Kondisi ini menyebabkan petani gigit jari, sebab sudah dipastikan akan merugi.

Selain mendapatkan musibah karena hujan, petani tembakau semakin terpuruk dengan harga yang anjlok di pasaran. Sebab perusahaan mitra petani tidak membeli tembakau dengan kondisi warna coklat. Kalaupun dibeli dengan harga murah, jauh di bawah standar harga yang diinginkan petani.

1. Merugi ratusan juta rupiah

IMG_20250829_071828.jpg
Petani menunjukkan warna tembakau coklat, dampak diguyur hujan (IDN Times/Ruhaili)

Petani tembakau asal Darma Sari, Kecamatan Sikur, Muksin salah satu yang terdampak. Tahun ini ia menanam tembakau Virginia seluas 3 hektare. Karena hujan deras tersebut, dua hektare lebih lahan tembakau miliknya layu.

"Kalau udah layu sudah tidak mungkin bisa normal, lebih besar kemungkinan mati. Buruknya kalau tembakau kena hujan, warnanya saat dikeringkan dalam oven menjadi coklat. Sementara tembakau coklat tidak ada yang mau beli, kalaupun ada yang mau beli harganya di bawah Rp10.000," ujar Muksin.

Kodisi ini menyebabkan Muksin rugi sekitar Rp150 juta. Sebab hasil penjualan yang didapatkan setelah panen tidak bisa mengembalikan biaya produksi. Biaya produksi per hektare lebih dari Rp50 juta.

"Harga tembakau anjlok, sementara produksi tembakau karena hujan coklat semua, parahnya tembakau coklat rendamannya rendah. Satu ton daun basah hanya dapat 1 Kwintal kering," ujarnya.

2. Disebut sebagai musibah

IMG_20250910_122920.jpg
Ribuan hektar lahan tanaman tembakau layu di desa Darma Sari Lotim setelah diguyur hujan (IDN Times/Ruhaili)

Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Lotim, Lalu Sahabudin, menyatakan kondisi saat ini cukup pelik, ditandai dengan anjloknya harga jual tembakau dan ancaman gagal panen akibat cuaca ekstrem. Sahabudin bahkan menyebut situasi ini sebagai sebuah musibah nasional yang dampaknya sangat dirasakan oleh petani.

"Musibah nasional ini tidak lepas dari masalah di salah satu perusahaan rokok besar, yakni Gudang Garam (GG) yang melakukan PHK karyawan dan telah memiliki stok tembakau untuk empat tahun ke depan. Ini membuat mereka menghentikan pembelian," ujarnya.

Dia mengakui bahwa persoalan yang bersumber dari kebijakan perusahaan skala nasional ini sangat sulit dihadapi oleh pemerintah daerah.

"Kalau di tingkat lokal, agak sulit jawab tantangan ini. Entah Bupati hingga presiden agak sulit. Dibutuhkan kesabaran tingkat tinggi dan pemikiran yang dingin," tambah Sahabudin.

Meski Gudang Garam berhenti membeli, Ketua APTI Lotim menegaskan bahwa perusahaan rokok lainnya masih aktif melakukan pembelian. Oleh karena itu, dia mendorong petani untuk tidak putus asa dan justru fokus meningkatkan kualitas hasil panen.

"Kita suguhkan tembakau yang terbaik. Di era seperti ini, menyuguhkan tembakau kualitas jelek tidak akan nyambung. Jadi harus yang terbaik yang kita jual," ucapnya.

3. Minta petani lapang dada

IMG_20250829_072419.jpg
Proses press tembakau (IDN Times/Ruhaili)

Sahabudin mengimbau para petani untuk lapang dada menghadapi tahun yang sulit ini, di mana kerugian akan berdampak pada seluruh pihak, baik petani maupun pemodal. Dia juga mengakui adanya pembeli gelap, namun menganggap dampaknya terhadap harga sangat kecil. Solusi jangka panjang menurutnya terletak pada komitmen pemerintah.

"Terpenting, pemerintah harus sering duduk bersama dengan petani dan lembaga petani untuk mencari jalan keluar supaya solusi ditemukan bersama. Kalau pemerintah menghindar tidak mau bertemu petani, maka solusi akan sulit," tegas Sahabudin.

Dia juga mengusulkan agar Pemerintah Daerah memanfaatkan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT) yang mencapai ratusan miliar rupiah untuk membantu petani.

"Arahkan DBH CHT untuk beli saprodi (sarana produksi) agar kualitas produksi tembakau baik. Itu langkah nyata yang bisa dilakukan," pungkasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Linggauni -
EditorLinggauni -
Follow Us

Latest News NTB

See More

Tak Masuk Database, 518 Pegawai Non-ASN Pemprov NTB Terancam Kena PHK

10 Sep 2025, 21:03 WIBNews