Proyek Bawang Putih Rp7,2 M di Sembalun Bermasalah, Petani Justru Merugi

Lombok Timur, IDN Times – Proyek swasembada bawang putih di Sembalun, Lombok Timur (Lotim), yang diangkat sebagai proyek percontohan nasional diduga bermasalah. Proyek dalam bentuk program bantuan benih bawang putih itu, senilai Rp7,2 milyar disalurkan kepada petani di Sembalun pada tahun 2024.
Alih-alih menyejahterakan petani, program bantuan dari pemerintah pusat itu justru diduga merugikan petani dan berpotensi menyebabkan kerugian negara. Karena benih yang dibagikan banyak yang tidak layak tanam.
1. Kondisi benih rusak

Royal Sembahulun, seorang tokoh muda setempat, menuding adanya indikasi kuat penyimpangan dalam penyaluran bantuan benih bawang putih pada 2024. Menurutnya, dana sebesar Rp7,5 miliar yang digelontorkan untuk 50 hektare lahan tidak dirasakan manfaatnya oleh petani.
Ia mengungkapkan, dari dua kuintal benih varietas Lembu Sembalun yang diterimanya, separuhnya dalam kondisi rusak dan tidak layak tanam. Berdasarkan hitungannya, jika kerusakan mencapai 30% dari total 175 ton benih yang didistribusikan, potensi kerugian negara dapat menembus angka Rp1,9 miliar.
“Anggaran itu sangat besar, tapi kenyataannya petani tidak mendapatkan manfaat. Malah rugi. Negara seperti membeli angin. Benih diberikan tapi tak bisa dipakai,” ujar Royal.
2. Luas tanam tidak sesuai

Royal juga menyoroti masalah dalam proses penyaluran. Ia menduga ada praktik pembuatan kelompok tani fiktif yang sengaja dibuat untuk menyerap dana bantuan. Ia bahkan menyatakan hal ini berpotensi sebagai ajang pencucian uang dan permainan anggaran. Sebab selain benih yang berkualitas buruk, pelaksanaan program juga tidak sesuai dengan musim tanam.
"Masalah kian runyam karena bantuan benih datang terlambat, usai musim tanam berakhir. Akibatnya, banyak petani yang menjual bibit tersebut. Dari target 45 hektare, hanya kurang dari dua hektare yang berhasil ditanami. Di lapangan, luas yang ditanami tidak sampai dua hektare. Sisanya kosong karena waktu sudah lewat,” ungkap Royal.
Royal mendesak aparat penegak hukum untuk segera mengusut tuntas dugaan kerugian negara ini.
“Kalau pola tetap begini, jangan harap swasembada bawang putih berhasil. Gagal total,” tandasnya.
3. Kontras dengan Kesuksesan Inisiatif Swasta

Berbanding terbalik dengan proyek pemerintah, program percontohan yang dijalankan oleh Himpunan Alumni Perguruan Tinggi Indonesia (HIMPUNI) justru menuai kesuksesan.
Pada panen perdana yang digelar 11 September 2025, lahan seluas 10 hektare di Sembalun Bumbung berhasil menghasilkan 21,6 ton per hektare, melampaui target yang ditetapkan Kementerian Pertanian.
Egi Prisma Suryadi, Ketua Kelompok Tani Pusuk Pujata, menegaskan bahwa program ini murni inisiatif HIMPUNI tanpa campur tangan proyek pemerintah. Semua modal, mulai dari benih, pupuk, hingga sarana produksi, disiapkan dengan sistem bagi hasil.
“Ini murni pembenihan, bukan proyek pemerintah. Semua kebutuhan ditanggung HIMPUNI,” kata Egi.
Ia menambahkan bahwa skema kerja sama ini memberikan keleluasaan bagi petani untuk menentukan pupuk dan obat yang digunakan. Keberhasilan ini akan dijadikan modal untuk memperluas lahan menjadi 100 hektare pada 2026.
“Kami siap menjadikan kawasan ini pusat benih sekaligus tempat belajar,” pungkasnya.