Polres Lotim Usut Kasus Keracunan MBG di Kecamatan Pringgabaya

Lombok Timur, IDN Times – Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Lotim mengusut kasus dugaan keracunan siswa yang disebabkan oleh menu Makan Bergizi Gratis (MBG) yang terjadi di Kecamatan Pringgabaya Kabupaten Lotim.
Dalam kasus ini, sebanyak 31 siswa dari empat sekolah di Kecamatan Pringgabaya, mengalami dugaan keracunan akibat mengonsumsi Menu MBG pada Jumat (17/10/25). Kejadian ini berujung pada perawatan medis, di mana empat di antaranya harus menjalani rawat inap di Puskesmas Batuyang.
1. Masih pemeriksan saksi

Kasat Reskrim Polres Lotim, AKP. I Made Dharma Yulia Putra mengatakan, proses penyelidikan masih dalam tahap pengumpulan alat bukti dan keterangan (Pulbaket). Pihaknya telah turun ke lapangan termasuk mengunjungi korban yang di Rawat inap di Puskesmas Batuyang serta dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).
"Kita masih pemeriksan saksi dan uji laboratorium," ujarnya.
2. Korban didominasi gejala sama, diduga alergi makanan

Insiden ini berawal ketika para siswa mulai merasakan gejala nyeri perut, mual, dan muntah-muntah setelah pulang sekolah sekitar pukul 11.00 Wita. Salah satu orangtua, Nurdin (35), warga Dusun Dedalpak, mengaku anaknya, MD.
MD (12), siswa SDN 5 Pohgading, langsung dilarikan ke Puskesmas Batuyang usai mengalami gejala tersebut dan hingga kini masih dirawat.
"Anak saya menerima dan makan bersama menu MBG di sekolah pada pukul 09.00 Wita. Setelah pulang sekolah, ia mengeluh sakit perut dan muntah-muntah," ujar Nurdin.
Sementara itu, dr. Nurvita Wudiastuti, dokter piket Puskesmas Batuyang, membenarkan bahwa pihaknya telah menangani 31 pasien dengan keluhan serupa sejak siang hari.
"Pasien mulai tiba pukul 12.00 Wita. Empat orang diantaranya kami rawat inap, sementara sisanya setelah diberikan obat anti mual dan muntah, kondisinya stabil dan diperbolehkan pulang," jelas dr. Nurvita.
Kemudian satu siswa lainnya, Z.H. (8) dari SDN 8 Pringgabaya, menjalani perawatan di Klinik Al-Muchlisin Pringgabaya. Berdasarkan pemeriksaan awal, pasien mengalami gejala suspect (diduga) keracunan makanan.
"Untuk mengetahui penyebab lebih dalam, harus dilakukan uji laboratorium terhadap sampel makanan dan muntah pasien," tegas dr. Nurvita.
3. Penyelenggara MBG bertanggung jawab penuh

Sementara itu, ES (28), Kepala Satuan Pelaksana Pemberian Makanan (SPPG) Yayasan Haerul Warisin Pringgabaya, menyatakan pihaknya bertanggung jawab penuh atas insiden ini.
"Kami pihak SPPG Yayasan Haerul Warisin bertanggung jawab dengan menanggung seluruh biaya perawatan siswa," ujarnya.
ES menjelaskan bahwa pihaknya telah menerima laporan dari seorang guru pada Jumat sore, dan langsung membentuk tim untuk mengecek kondisi siswa dan membawa mereka ke puskesmas. Ia mengklaim bahwa pihaknya telah bekerja sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) pemerintah dalam pengolahan, pengepakan, dan pendistribusian MBG.
"Kedepannya, kami akan lebih baik lagi dalam memberikan pelayanan," pungkasnya.