Di Balik Deru Mesin Smelter: Integrasi Teknologi Modern Dorong Efisiensi Produksi

Sumbawa Barat, IDN Times – Di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), berdiri sebuah fasilitas industri yang sempat diresmikan oleh Presiden RI, Joko Widodo pada 2024 lalu. Smelter tembaga milik PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) atau AMMAN tidak hanya hadir sebagai pabrik pemurnian, melainkan juga simbol modernisasi teknologi dalam industri mineral Indonesia. Kehadirannya menunjukkan bahwa pengolahan sumber daya alam kini bergerak menuju era baru yang lebih efisien dan berkelanjutan.
Kehadiran smelter dan industri turunannya ini berpotensi menjadikan kabupaten paling barat Pulau Sumbawa itu akan menjelma menjadi pusat ekonomi baru di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Pengamat Ekonomi Universitas Mataram M Firmansyah mengatakan jika smelter beroperasi penuh dan kawasan industri Sumbawa Barat berjalan, maka dalam 10 tahun ke depan akan muncul kota baru yang terletak di KSB.
"Secara opportunity, kalau kawasan industri smelter dan industri turunannya jalan, akan muncul pusat pertumbuhan ekonomi baru. KSB bisa menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di Pulau Sumbawa. Ketika konsentrasi tenaga kerja mengumpul di situ, tentu sektor properti akan maju, muncul pusat perbelanjaan, sekolah, rumah sakit dan lainnya. Kalau ribuan tenaga kerja tercipta di situ, maka akan menggiring sektor baru muncul," kata Firmansyah, Jumat (17/10/2025).
Deru mesin di dalam smelter bukan sekadar bunyi industri, melainkan denyut yang mencerminkan transformasi besar. Dengan sistem otomatisasi dan digitalisasi, operasional berjalan stabil, sekaligus minim risiko. Pada paruh pertama 2025, smelter ini telah memproduksi 19.805 ton katoda tembaga, meningkat signifikan dari hanya 635 ton pada kuartal pertama menjadi 19.170 ton pada kuartal kedua.
Pada Agustus 2025, Badan Pusat Statistik (BPS) NTB mencatat sebanyak 345 kg emas batangan yang diproduksi smelter AMMAN diekspor ke Swiss melalui Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Selain emas, AMMAN juga telah mengekspor produk smelter berupa tembaga sejak April 2025. Smelter AMMAN menghasilkan produk berupa katoda tembaga, emas, perak dan asam sulfat.
“Smelter AMMAN masih dalam tahap commissioning dan peningkatan produksi secara bertahap. Kami sengaja mengambil pendekatan konservatif dengan prioritas utama pada keselamatan dan kesehatan kerja (K3),” kata Vice President Corporate Communication AMMAN, Kartika Octaviana, Sabtu (18/10/2025).
Kartika menilai kontribusi smelter terhadap hilirisasi mineral nasional bisa dicapai apabila tumbuh industri turunan di dalam negeri yang menyerap produk-produk dari smelter. Misalnya katoda tembaga, asam sulfat, dan logam mulia. Berbagai industri turunan yang dapat menyerap produk-produk ini antara lain industri kabel dan komponen listrik, elektronik, konstruksi, otomotif, kimia dan pupuk, perhiasan, peralatan rumah tangga, hingga energi terbarukan.
“Dengan demikian, pertumbuhan industri turunan ini perlu dipercepat agar tidak terjadi kelebihan produksi, yang pada akhirnya akan menyasar pasar global (ekspor). Apabila pengembangan industri turunan ini dilakukan dengan baik, maka visi hilirisasi mineral untuk membawa nilai tambah bagi perekonomian dalam negeri akan tercapai,” harap Kartika.
1. Operasional dengan teknologi modern

Kartika mengatakan bahwa target utama perusahaan dalam smelter ini adalah menjalankan operasional dengan tetap mengedepankan kualitas, keselamatan kerja, dan perlindungan lingkungan. Selain itu, pihaknya juga fokus pada efisiensi produksi untuk mengoptimalkan biaya dan hasil.
“Kepuasan pelanggan dan pemenuhan kebutuhan stakeholder menjadi prioritas utama, diiringi dengan komitmen pada keberlanjutan dan tanggung jawab sosial kepada masyarakat sekitar. AMMAN juga terus mendorong inovasi teknologi dan pengembangan sumber daya manusia untuk memastikan daya saing dan pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan,” ujar Kartika.
Smelter AMMAN mengandalkan teknologi double flash smelting yang dianggap lebih efisien dalam mengolah konsentrat tembaga hingga menghasilkan katoda Grade A. Proses utamanya meliputi pengeringan, peleburan, konversi, pencetakan anoda, hingga elektrolisa untuk memurnikan tembaga. Gas buang yang dihasilkan diproses kembali menjadi produk bernilai, sementara emisi dikendalikan dengan sistem pemantauan real-time.
Selain tembaga, smelter juga menghasilkan emas, perak, selenium, serta asam sulfat dari pengolahan gas buang. Dengan kapasitas desain 900.000 ton konsentrat tembaga per tahun, smelter ini diharapkan mampu memproduksi 222.000 ton katoda tembaga, 830.000 ton asam sulfat, 579 ribu ons emas, 1,8 juta ons perak batangan, dan 77 ton selenium setiap tahunnya.
“Kami ingin smelter ini menjadi benchmark di kawasan. Teknologi yang digunakan harus benar-benar menjawab tantangan industri masa depan,” tegas Kartika.
Dengan standar global seperti ISO (International Organization for Standardization), ASME (The American Society of Mechanical Engineers), hingga EPA (United States Environmental Protection Agency), kualitas dan keselamatan menjadi fondasi operasional. Selain produk, perusahaan juga menyiapkan infrastruktur pengangkutan material. Sistem baru ini dirancang untuk meningkatkan efisiensi dan kelancaran proses pengangkutan sekaligus meminimalkan gangguan dan risiko selama pengiriman material.
Mekanisme material handling dari tambang ke smelter AMMAN diawali dengan pengangkutan ore (bijih, red) menggunakan belt conveyor dari tambang menuju pabrik pengolahan. Ini dilakukan untuk memproses ore menjadi konsentrat tembaga. Konsentrat tembaga basah kemudian dikirim ke filter plant menggunakan jaringan pipa untuk menjadi konsentrat tembaga kering yang dapat disimpan di area penampungan.
“Dari area penampungan ini, konsentrat sementara diangkut menggunakan truk menuju smelter untuk proses pengolahan lebih lanjut. Namun, pengangkutan dengan truk ini bersifat sementara karena saat ini sedang dibangun sistem pipa serta belt conveyor untuk mengirim material langsung ke penampung konsentrat di smelter,” ujarnya.
2. Terapkan circular economy dan manfaatkan limbah

Pada 2023, AMMAN mengimplementasikan inovasi pemanfaatan oli bekas hasil pemeliharaan alat berat menjadi sumber energi alternatif. Oli bekas ini diolah dan dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Hal ini dilakukan setelah mendapatkan Persetujuan Teknis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Keputusan Menteri LHK No. 603 Tahun 2021.
Dilansir dari situs resmi AMMAN, proses pemanfaatan oli bekas ini diawali dengan pengumpulan oli dari seluruh area operasional yang disimpan dalam Isotank Transport. Selanjutnya, oli melalui tahap filtrasi untuk memisahkan partikel padat dan kontaminan sebelum dipindahkan ke tangki penyimpanan permanen di PLTU berkapasitas 35.288 liter.
Oli hasil filtrasi kemudian disalurkan ke sistem pembakaran (combustion system) menggunakan spray nozzle saat temperatur furnace mencapai 950°C, dengan laju aliran maksimum 10 liter per menit. Proses ini memastikan pembakaran yang optimal serta menjaga kestabilan sistem energi di fasilitas pembangkit.
Sepanjang tahun 2023, AMMAN berhasil mengelola 339.994 liter oli bekas sebagai bahan bakar boiler. Ini berdampak pada pengurangan konsumsi batubara sebesar 313 ton dan peningkatan efisiensi energi hingga 1.761 GJ.
Industri tambang sering dikaitkan dengan dampak lingkungan besar, namun AMMAN menekankan pendekatan berbeda. Selain pemanfaatan oli bekas, gas buang kaya sulfur juga diolah melalui Sulphuric Acid Plant (SAP) menjadi asam sulfat 98,5% yang bernilai ekonomi. Sistem bag filter, ESP, wet scrubber, hingga Continuous Emission Monitoring System (CEMS) memastikan udara yang dilepas sesuai standar lingkungan.
“Upaya tersebut meliputi pengelolaan limbah yang ketat, revegetasi dan reklamasi area bekas tambang, serta pemantauan kualitas udara dan air secara berkala. Selain itu, perusahaan menerapkan teknologi ramah lingkungan dan standar operasional yang ketat untuk meminimalkan gangguan terhadap ekosistem sekitar,” ujar Kartika.
Prinsip circular economy dijalankan agar setiap limbah dapat dimanfaatkan kembali. Selain itu, Effluent Treatment Plant (ETP), Waste Water Treatment Plant (WWTP), dan Sewage Treatment Plant (STP) dibangun untuk memastikan air buangan aman sebelum dilepas. Dengan demikian, operasional smelter tetap berjalan dengan konsep berkelanjutan.
“Pendekatan ini mendukung pengelolaan limbah yang efektif sekaligus menjaga keberlanjutan dan perlindungan lingkungan sekitar smelter,” ujarnya.
3. Efisiensi energi dan kontribusi sosial-ekonomi

Smelter merupakan industri dengan konsumsi energi besar. Untuk menjawab tantangan ini, AMMAN membangun pembangkit listrik sendiri, yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) fotovoltaik berkapasitas MWp yang sudah beroperasi. Selain itu, AMMAN juga memanfaatkan gas buang peleburan sebagai energi melalui Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG). Strategi ini membuat smelter mandiri energi dan tidak membebani jaringan listrik nasional.
“Kesiapan infrastruktur pendukung untuk smelter sangat memadai karena listrik diperoleh dari pembangkit listrik yang dikelola langsung oleh AMMAN sendiri, sehingga pasokan listrik dapat dijamin,” ujar Kartika.
Selain listrik, smelter juga dilengkapi fasilitas pengolahan air laut untuk memenuhi kebutuhan industri. Selain itu, Pelabuhan Benete juga terintegrasi langsung dengan jalur distribusi produk hasil smelter.
Kontribusi smelter juga terlihat dalam hilirisasi mineral nasional. Produk turunannya, seperti katoda tembaga, emas, perak, hingga asam sulfat, menjadi bahan baku industri kabel, elektronik, otomotif, konstruksi, kimia, pupuk, hingga energi terbarukan.
Selama fase konstruksi dan commissioning, smelter ini telah menyerap lebih dari 8.000 tenaga kerja. Namun saat memasuki fase operasional penuh, kebutuhan berkurang menjadi sekitar 1.000 tenaga kerja terampil. Untuk mendukung masyarakat, AMMAN juga menjalankan program pelatihan yang tidak hanya berfokus pada keterampilan tambang, tetapi juga sektor lain seperti pariwisata, coding, data science, animasi, hingga teknik otomasi.
“Kami ingin memastikan bahwa smelter ini memberi manfaat jangka panjang, baik bagi perekonomian nasional, industri turunan, maupun masyarakat sekitar,” tutupnya.
4. Relaksasi ekspor konsentrat

AMMAN akhirnya mendapatkan relaksasi ekspor konsentrat tambang dari Pemerintah Pusat. Kepastian AMMAN mendapatkan izin ekspor konsentrat disampaikan oleh Gubernur NTB, Lalu Muhamad Iqbal.
Iqbal mengungkapkan salah satu yang menjadi pertimbangan Pemerintah Pusat memberikan relaksasi ekspor konsentrat kepada PT AMNT karena pertumbuhan ekonomi NTB yang minus pada triwulan I dan II tahun 2025. Ekspor bahan mentah hasil tambang atau konsentrat AMMAN selama ini berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi NTB. Namun, akibat larangan ekspor konsentrat, sejak awal 2025, pertumbuhan ekonomi NTB mengalami kontraksi selama dua triwulan terakhir.
"Alhamdulillah, itu atas upaya bersama semua pihak, relaksasi untuk ekspor konsentrat itu sudah turun tanggal 14 Oktober kemarin," ungkap Gubernur Iqbal di Mataram, Jumat malam (17/10/2025).
Terpisah, Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM,) NTB Samsudin menambahkan bahwa dengan adanya relaksasi ini, maka AMMAN akan segera melakukan ekspor konsentrat tambang. Dia juga mengaku belum mendapatkan informasi terkait kuota ekspor konsentrat yang diperoleh AMMAN.
"Yang jelas, AMMAN sudah melakukan aktivitas seperti apa yang dikoordinasikan Pak Gubernur dengan kementerian terkait. Bagaimana agar NTB bisa bergerak karena ekonomi kita sangat bergantung tambang. Dengan adanya relaksasi, itu akan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi kita," kata dia.
Samsudin mengatakan konsentrat tambang AMMAN banyak yang sudah menumpuk di gudang. Sementara, smelter belum berjalan optimal. Sehingga dengan adanya relaksasi ekspor konsentrat, maka aktivitas pertambangan di Sumbawa Barat akan berjalan efektif.
"Saya sudah konfirmasi AMMAN tapi belum dengan detailnya. Tapi kita sudah dikasih kesempatan ekspor konsentrat," jelasnya.
Sebelumnya, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) NTB Wahyudin menjelaskan pertumbuhan ekonomi NTB mengalami kontraksi pada triwulan I 2025 sebesar minus 1,47 (y-on-y). Hal ini disebabkan oleh penurunan tajam pada sektor pertambangan dan penggalian yang mengalami penurunan sebesar minus 30,14 persen.
Sektor pertambangan dan penggalian merupakan tulang punggung utama perekonomian provinsi setelah sektor pertanian dengan share sebesar 16,00 persen. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi NTB jika dilihat tanpa tambang mengalami pertumbuhan secara y-on-y sebesar 5,57 persen pada triwulan I 2025.
Dijelaskan, pertumbuhan ekonomi NTB yang minus disebabkan adanya pembatasan ekspor konsentrat mentah pada awal tahun 2025. Sementara, kapasitas penyimpanan terbatas, smelter hanya bisa menampung 300 ribu ton, sehingga yang bisa diolah hanya sebesar 300 ribu ton. Hal ini menyebabkan perlambatan produksi secara keseluruhan. Ini disebabkan karena smelter AMMAN masih dalam proses commissioning atau peningkatan kapasitas, sehingga belum mampu menyerap seluruh hasil tambang saat ini.