BMKG Ungkap Fenomena Pemicu Banjir dan Longsor di Nagekeo saat Kemarau

Kupang, IDN Times - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkap pemicu banjir bandang dan longsor yang melanda Mauponggo, Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT), sejak Senin malam (8/9/2025).
Kepala Stasiun Meteorologi Kelas II El Tari Kupang, Sti Nenotek, menyebut fenomena Gelombang Equatorial Rossby punya andil besar pada bencana hidrometeorologi tersebut.
Gelombang Equatorial Rossby atau gelombang planet ini termasuk fenomena atmosferik yang signifikan dalam dinamika yang berdampak pada pola hujan, angin, dan perubahan tekanan udara. Gelombang ini dapat memicu hujan lebat dalam waktu singkat.
1. Melintasi NTT

Sti menyebut gelombang ini melintasi di wilayah NTT. Akibatnya terjadi hujan deras sekalipun NTT sudah masuk dalam musim kemarau.
Gelombang Equatorial Rossby sendiri, lanjutnya lagi, sudah memicu hujan sedang hingga lebat sejak Minggu (7/9/2025) di Nagekeo. Akibatnya kerusakan infrastruktur dan sumber air bersih bisa terjadi saat hujan berubah menjadi intensitas tinggi.
"Meski musim kemarau, gelombang atmosfer seperti ini sering melintas dan bisa memicu hujan ekstrem," jelasnya, Rabu (10/9/2025).
2. Lemahnya Angin Monsun Timur

Potensi menguatnya Gelombang Equatorial Rossby terhadap potensi hujan, lanjut dia, karena melemahnya Angin Monsun Timur di bulan September ini.
"Berbeda dari Agustus lalu, September ini melemah sehingga turut meningkatkan pertumbuhan awan hujan dan memperkuat intensitas curah hujan," imbuhnya.
BMKG memprediksi hujan ringan hingga lebat masih berpotensi hingga 11-12 September 2025, dengan pergeseran ke wilayah Manggarai Raya. Untuk itu ia mengimbau masyarakat waspada terhadap bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan longsor susulan, akibat fenomena Rossby yang dominan.
Hujan deras yang mengguyur sejak 7 September ini telah memicu banjir dan longsor di sejumlah wilayah, termasuk Kabupaten Kupang, TTS, Ende, Manggarai Timur, dan Nagekeo.
3. Wabup Nagekeo cek kondisi warga

Wakil Bupati Nagekeo, Gonzalo Gratianus Muga Sada, juga telah turun ke lokasi bencana, Selasa (9/9/2025). Ia menyebut akses transportasi dan komunikasi lumpuh total sehingga prioritas utamanya ialah membuka jalan agar bantuan logistik bisa masuk ke pusat bencana di Mauponggo.
Kondisi terparah ialah longsor di Koya, perbatasan Desa Kelewae (Kecamatan Boawae) dan Desa Lajawajo, yang menutup total jalur utama sejak Senin (8/9/2025), pukul 18.30 Wita.
Material longsor dari Gunung Ebulobo, berupa tanah, batu, dan pasir, juga melumpuhkan akses transportasi, menyulitkan pengiriman bantuan seperti beras, makanan siap saji, dan BBM.
Selain jalan, sumber air bersih Ae Gega di lokasi longsor rusak parah, termasuk satu bak catering dan tiga mesin isap air yang menjadi andalan warga Desa Lajawajo dan Kelewae. Akibatnya, ratusan warga kesulitan mendapatkan air minum dan kebutuhan sanitasi.