Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

9 Kabupaten di NTB Siaga Kekeringan, Warga Mulai Krisis Air Bersih

Foto tim BPBD Bima saat menyalurkan air bersih (Dok/BPBD Bima)
Foto tim BPBD Bima saat menyalurkan air bersih (Dok/BPBD Bima)

Mataram, IDN Times - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB menyebutkan sebanyak sembilan kabupaten/kota telah berstatus siaga darurat kekeringan di Nusa Tenggara Barat. Dari 10 kabupaten/kota di NTB, hanya Kota Mataram yang tidak dilanda kekeringan.

Sedangkan sembilan kabupaten/kota lainnya seperti Lombok Barat, Lombok Utara, Lombok Tengah, Lombok Timur, Sumbawa Barat, Sumbawa, Dompu, Bima dan Kota Bima sudah mulai terdampak kekeringan. Pada sejumlah tempat, seperti wilayah selatan Pulau Lombok, masyarakat mulai mengalami krisis air bersih.

"Sembilan kabupaten/kota siaga darurat kekeringan. Akhir Agustus atau menjelang September, mungkin sudah status tanggap darurat kekeringan," kata Kepala Pelaksana BPBD NTB Ahmadi dikonfirmasi di Mataram, Minggu (17/8/2025).

1. Warga mulai mengalami krisis air bersih

Kepala Pelaksana BPBD NTB Ahmadi.
Kepala Pelaksana BPBD NTB Ahmadi. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Ahmadi menjelaskan bahwa warga yang berada di sembilan kabupaten/kota sudah mulai merasakan krisis air bersih di sejumlah tempat. Seperti wilayah Lombok Tengah tepatnya di Praya bagian timur. Kemudian Lombok Timur bagian Jerowaru, Keruak dan Sakra Timur.

"Kalau air permukaan masih tetapi tidak bisa untuk digunakan pada musim tanam ketiga di beberapa tempat. Karena airnya sudah terbatas sekali. Hampir semua kabupaten/kota mengalami, karena memang sumber airnya gak ada," jelas Ahmadi.

2. Siapkan 5.000 tangki bantuan air bersih untuk masyarakat terdampak kekeringan

Foto tim BPBD Bima saat menyalurkan air bersih (Dok/BPBD Bima)
Foto tim BPBD Bima saat menyalurkan air bersih (Dok/BPBD Bima)

Ahmadi mengungkapkan saat ini baru warga Jerowaru Lombok Timur yang meminta bantuan air bersih. Diperkirakan masyarakat NTB terdampak kekeringan yang mengalami krisis air bersih mencapai 500 ribu jiwa seperti tahun lalu.

Saat ini, dropping air bersih dilakukan Pemda kabupaten/kota. Ketika situasinya sudah tanggap darurat kekeringan, BPBD NTB akan menyiapkan bantuan air bersih sebanyak 5.000 tangki dengan kebutuhan anggaran sekitar Rp300 juta.

"Nanti kalau sudah ndak kuat kabupaten/kota, baru kita back up. Kebutuhan air bersih paling sekitar 5.000 tangki saat tanggap darurat. Paling tidak sampai November didistribusikan air bersih kepada masyarakat terdampak," terangnya.

3. Deretan daerah level waspada, siaga dan awas kekeringan di NTB

Ilustrasi bencana kekeringan. (IDN Times/Muhammad Nasir)
Ilustrasi bencana kekeringan. (IDN Times/Muhammad Nasir)

BMKG Stasiun Klimatologi NTB mengeluarkan peringatan dini kekeringan meteorologis pada dasarian II Agustus 2025. Berdasarkan monitoring, analisis dan prediksi curah hujan dasarian, terdapat indikasi kekeringan meteorologis sebagai dampak dari kejadian hari kering berturut-turut dengan potensi waspada, siaga dan awas.

Untuk daerah dengan level waspada kekeringan, antara lain di Kabupaten Bima seperti Kecamatan Tambora, Kecamatan Kediri Lombok Barat, Kecamatan Aikmel dan Pringgasela Lombok Timur, Kecamatan Pemenang Lombok Utara, Kecamatan Batulanteh dan Lenangguar Sumbawa dan Kecamatan Brang Rea Sumbawa Barat.

Kemudian daerah level siaga kekeringan yaitu di Dompu terdapat di Kecamatan Kilo, Pajo dan Pekat. Selanjutnya, Palibelo, Sanggar, Sape, dan Soromandi Kabupaten Bima, Kecamatan Raba Kota Bima, Kecamatan Pringgabaya, Sambelia, Sembalun, dan Suela Lombok Timur.

Kecamatan Alas, Alas Barat, Buer, Empang, Labuhan Badas, Moyo Utara, Moyohilir, Plampang, dan Unter Iwes Kabupaten Sumbawa, serta Kecamatan Jereweh, Maluk, Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat. Sedangkan daerah yang berada di level awas kekeringan terdapat di Kecamatan Wawo Kabupaten Bima serta Kecamatan Lape dan Rhee Kabupaten Sumbawa.

BMKG mengatakan saat ini seluruh wilayah NTB terpantau berada pada periode puncak musim kemarau. Masyarakat perlu mewaspadai adanya potensi bencana hidrometeorologi kekeringan dan bencana kebakaran hutan dan lahan. Selain itu, masyarakat agar dapat memanfaatkan hujan yang turun untuk mengisi penampungan air seperti embung, waduk, atau penampungan air hujan lainnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sri Gunawan Wibisono
EditorSri Gunawan Wibisono
Follow Us