Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Dari NTT ke Inggris, Kisah Penjual Kain Tenun yang Sukses Berkat Internet

Penjual kain tenun NTT, Esther. (IDN Times/Putra F.D Bali Mula)
Penjual kain tenun NTT, Esther. (IDN Times/Putra F.D Bali Mula)
Intinya sih...
  • Omzet bisa Rp30 juta per bulan
  • Pelanggan di Malaysia hingga Inggris
  • Tekun sejak SMP
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kupang, IDN Times - Esther Abolla Henuk berhasil menjual produk tenun ikat dari Nusa Tenggara Timur (NTT) hingga ke luar negeri. Pemilik bisnis bernama Kampung Tenun Alor ini menjadi salah satu pengusaha yang punya pelanggan tetap di Inggris.

Perempuan asal Rote Ndao ini menjajal pasar luar negeri dengan memanfaatkan internet sejak 2014, bermula dari Facebook. Media sosial pertama yang ia gunakan untuk berbisnis ini mempertemukannya dengan banyak calon pembeli.

Galerinya mulai dikenal secara online terutama setelah 2017, ketika jaringan internet semakin lancar dan mempermudah aksesnya ke berbagai platform digital lainnya.

1. Omzet bisa Rp30 juta per bulan

Penjual kain tenun NTT, Esther. (IDN Times/Putra F.D Bali Mula)
Penjual kain tenun NTT, Esther. (IDN Times/Putra F.D Bali Mula)

Perkembangan internet di Kota Kupang, kata dia, membantu dirinya dapat mengakses marketplace online seperti Tokopedia, Bukalapak, Shopee, hingga TikTok.

“Saya sangat terbantu dengan adanya media sosial dan jaringan internet ini, karena kita bisa langsung berhubungan dengan lebih banyak orang di luar negeri tanpa harus ke sana,” kata dia saat ditemui di toko miliknya pada Rabu (15/10/2025).

Jangkauan terhadap pasar digital ini, ujarnya, berdampak signifikan terhadap omzet dibanding penjualan secara konvensional. Saat ini, sekitar Rp20–30 juta per bulan omzet yang bisa diperoleh.

2. Pelanggan di Malaysia hingga Inggris

Landing Station Palapa Ring Timur di Kota Kupang. (IDN Times/Putra F.D Bali Mula)
Landing Station Palapa Ring Timur di Kota Kupang. (IDN Times/Putra F.D Bali Mula)

Saat ini ia sudah memiliki pelanggan tetap di Inggris dengan nilai belasan juta rupiah sekali pesan. Produknya dijual sesuai harga yang ada di galerinya, sekalipun pemesannya berasal dari luar negeri. Ongkos pengiriman produk akan ditanggung pelanggan.

“Saya punya langganan tetap di Inggris dan tiap beberapa bulan akan ambil kain di saya lewat Instagram,” sebutnya.

Selain ke Inggris, ada pula pemesanan dari Singapura dan Malaysia yang juga menjadi pelanggan Kampung Tenun Alor. Seluruh komunikasi, pemasaran, hingga transaksi dilakukan secara online. Tak jarang ia harus melayani pelanggannya melalui panggilan video.

“Makanya kita membutuhkan internet yang stabil,” tukasnya.

3. Tekun sejak SMP

Landing Station Palapa Ring Timur di Kota Kupang. (IDN Times/Putra F.D Bali Mula)
Landing Station Palapa Ring Timur di Kota Kupang. (IDN Times/Putra F.D Bali Mula)

Saat ini ia mengembangkan usahanya sebagai pusat oleh-oleh yang dilengkapi dengan kafe. Bisnisnya semakin berkembang seiring perkembangan penggunaan jaringan komunikasi seperti internet semakin berkembang di tengah masyarakat, terutama bagi warga NTT.

“Tenun ini ceritanya dari hobi sejak SMP, kemudian berjodoh dengan suami yang keluarga besarnya penenun. Akhirnya makin belajar bagaimana menenun kain tenun ikat,” ujarnya.

Berkat ketekunannya, kini Esther juga diangkat menjadi dosen luar biasa di Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang pada 2018. Ia pun menyediakan tempat praktik menenun bagi para mahasiswa untuk belajar.

“Sudah jadi praktisi dan bisa membina mahasiswa di sini untuk praktik. Awalnya hanya hobi, sekarang jadi lebih serius tekuni tenun,” katanya.

4. Harapan pada pemerintah

Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid. (dok. Humas Komdigi)
Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid. (dok. Humas Komdigi)

Ia berharap Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) dapat memperluas, memperkuat, dan menstabilkan jaringan internet. Sehingga dapat semakin membantu bisnisnya dan pengusaha lain di NTT.

“Berkat jaringan yang ada ini kami bisa dikenal luas dan bisa bersosialisasi di media sosial untuk mempromosikan usaha kami. Semoga jaringan makin stabil dan pemerintah dapat terus memerhatikan kami,” ujarnya.

Pemerintah sendiri telah meluncurkan Proyek Strategis Nasional Palapa Ring. Kota Kupang menjadi salah satu dari paket proyek Palapa Ring Timur. Proyek ini disetujui pada 2016 oleh Presiden Joko Widodo.

Palapa Ring diibaratkan sebagai “jembatan ajaib” dari jaringan serat optik yang menjangkau 35 kota di wilayah Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua Barat hingga pedalaman Papua. Dengan total panjang kabel serat optik sekitar 8.450 kilometer dan kapasitas bandwidth 80 Gbps. Pembangunan jaringan serat optik Palapa Ring Timur dilakukan melalui jalur laut sebesar 80 persen dan jalur darat 20 persen.

5. Layanan Palapa Ring

Landing Station Palapa Ring Timur di Kota Kupang. (IDN Times/Putra F.D Bali Mula)
Landing Station Palapa Ring Timur di Kota Kupang. (IDN Times/Putra F.D Bali Mula)

Jaringan ini digelar di bawah laut dari pulau ke pulau dan di Kota Kupang memiliki satu landing station sebagai penghubung kabel laut dari beberapa daerah. Landing station lainnya di NTT ada di Waingapu, Sabu, Kota Kupang dan Alor.

 Lado, selaku teknisi landing station Palapa Ring Timur di Kota Kupang menyebut provider penyedia layanan internet saat ini lebih bervariasi. Provider dapat memanfaatkan infrastruktur atau jaringan serat optik yang telah tersedia oleh Palapa Ring.

Dengan begitu, kata dia, ada persaingan harga internet yang lebih sehat dan bervariasi sehingga masyarakat punya lebih banyak pilihan. Penyedia layanan internet atau Internet Service Provider (ISP) baru di Kota Kupang seperti Biznet, My Republic, Oxygen, termasuk provider besar seperti Telkomsel, XL dan Indosat. Untuk lokal sendiri seperti Kupang Intermedia atau Timor Net.

PT Palapa Timur Telematika (PTT) sebagai pelaksana proyek ini menyebut Palapa Ring Paket Timur sendiri memiliki total panjang kabel fiber optic sejauh 7.003 km. Dalam website mereka disebut kabel fiber optic darat (inland) ini sepanjang 2.446 km kemudian 4.557 km kabel fiber optic bawah laut (submarine) dan terdapat juga radio microwave untuk wilayah yang sulit dijangkau seperti dataran dan pegunungan tinggi dengan jumlah 52 tower dan 49 hop radio microwave.

“Artikel ini merupakan hasil kolaborasi antara Komdigi dan IDN Times”

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Linggauni -
Yogie Fadila
Linggauni -
EditorLinggauni -
Follow Us

Latest News NTB

See More

Pemkab Lotim Percepat Sertifikasi 44 Pulau Kecil, Gili Kondo Prioritas

22 Okt 2025, 20:02 WIBNews