Miris! Jemaah Haji NTB Tak Kebagian Tempat Tidur di Arab Saudi

Mataram, IDN Times - Para jemaah haji kloter 1 Embarkasi Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), mengalami nasib pilu saat sebagian di antara mereka tidak mendapatkan tempat tidur di tenda pemondokan selama pelaksanaan wukuf di Arafah dan lontar jumrah di Mina, Arab Saudi.
Kepala Biro Organisasi Setda NTB Nursalim yang juga merupakan salah satu jemaah haji kloter 1 menyatakan, seluruh rangkaian ibadah haji, khususnya untuk kloter 1 Kota Mataram, telah selesai dilaksanakan. Ia bersyukur telah berhasil melaksanakan rukun Islam yang kelima, yaitu menunaikan ibadah haji.
"Namun, ada beberapa catatan yang perlu mendapat perhatian dari pemerintah, terutama dari Kementerian Agama RI. Melalui Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTB, saya memberikan masukan atas pelaksanaan haji Indonesia, khususnya di NTB," ujar Nursalim pada Kamis (20/6/2024).
1. Terpaksa tidur di masjid-masjid terdekat

Nursalim menekankan pentingnya petugas kloter untuk memahami tugas mereka dengan baik agar pengaturan teknis di lapangan dapat berjalan lancar.
Salah satu contohnya adalah pengisian tenda pemondokan di Armuzna. Banyak jemaah yang mengalami ketidaktersediaan tempat tidur terutama saat pelaksanaan wukuf di Arafah dan lontar jumrah di Mina.
"Kami banyak yang tidak mendapatkan tempat tidur dan bahkan tidur di masjid-masjid terdekat karena pengaturan tempat tidur tidak sesuai dengan kapasitas tenda dan jumlah jemaah yang ada," ungkap Nursalim.
2. Toilet terbatas, jemaah lansia memprihatinkan

Sehingga ia meminta agar pengaturan tempat tidur khususnya di Armuzna dievaluasi untuk musim haji tahun depan. Selain itu, fasilitas kamar mandi atau toilet juga tidak sesuai dengan jumlah jemaah.
Antrean yang panjang dan memprihatinkan bagi jemaah haji, terutama lansia, menjadi masalah serius. Selain itu, transportasi bus dari Makkah ke Arafah, Musdalifah ke Mina, dan Mina kembali ke Makkah membuat para jemaah berebutan. Akibatnya, banyak jemaah haji dari NTB yang tidak mendapatkan tempat duduk dan bahkan harus berdiri.
"Padahal kami telah melaksanakan aktivitas ibadah yang menguras energi. Sebagai catatan, kurangnya koordinasi dan pengaturan jemaah terkait pelaksanaan tawaf ifadoh dan tawaf wad'a," ungkap Nursalim.
3. Ada jemaah haji jalan kaki hingga 3 kilometer

Nursalim menambahkan bahwa sebagian jemaah haji terpaksa berjalan kaki atau menggunakan taksi karena bus salawat, yang biasanya digunakan sebagai transportasi ke Masjidil Haram, belum beroperasi.
"Situasi ini sangat mengkhawatirkan bagi jemaah haji, terutama para lansia dan mereka yang masih belum familiar dengan rute dari hotel pemondokan ke Masjidil Haram yang jaraknya sekitar 3 kilometer," ungkap Nursalim.
"Oleh karena itu, ke depannya, penyelenggaraan ibadah haji harus menjadi catatan penting dan perhatian pemerintah. Kami juga membutuhkan ketua kloter yang lebih memahami kondisi lapangan dan kebutuhan jemaah, serta memahami tugasnya dengan baik karena hal ini akan sangat membantu mengatasi masalah di lapangan," tambahnya.
Nursalim juga menyampaikan terima kasih kepada petugas kesehatan yang telah memberikan pelayanan dan menangani masalah kesehatan jemaah dengan baik. Namun, ia menyoroti perlunya peningkatan stok obat-obatan untuk penyakit umum seperti batuk dan flu yang sering dialami jemaah di Tanah Suci.
Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Lombok mencatat bahwa 16 jemaah haji asal NTB sedang dirawat di Arab Saudi, sementara 64 jemaah haji NTB mendapat bantuan dalam pelaksanaan lontar jumrah.
Ketua Tim Bina Haji Reguler dan Advokasi Haji Bidang PHU Kanwil Kemenag NTB, Syukri Safwan, menjelaskan bahwa sebagian besar jemaah haji NTB dalam kondisi sehat di Arab Saudi, meskipun ada beberapa yang sedang dalam perawatan.
Hingga saat ini, dua jemaah haji asal NTB dilaporkan meninggal dunia di Arab Saudi, yaitu Sakmah dari kloter 4 Lombok Timur dan Rumini Muhammad dari kloter 11 Lombok Tengah.
Pada tahun 2024, jumlah calon jemaah haji NTB mencapai 4.786 orang dengan jumlah petugas haji sebanyak 62 orang, sehingga total jemaah haji yang berangkat adalah 4.848 orang yang terbagi dalam 13 kloter. Kepulangan jemaah haji NTB dijadwalkan antara tanggal 22 Juni hingga 9 Juli 2024.