Dampak 'Badai' Efisiensi, Berat Kejar Target 2,5 Juta Wisatawan ke NTB

Mataram, IDN Times - Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) NTB mengatakan efisiensi anggaran yang dilakukan pemerintah pusat akan sangat berpengaruh terhadap sektor pariwisata. Target kunjungan wisatawan sebanyak 2,5 juta orang pada 2025 semakin berat dicapai dengan kondisi saat ini.
"Efisiensi anggaran ini sangat berpengaruh pada sektor pariwisata karena sebagian sumbangan pariwisata itu dari MICE pemerintahan. Akan tetapi ini suatu fakta yang harus kita upayakan jalan keluarnya," kata Ketua BPPD NTB Sahlan M. Saleh dikonfirmasi di Mataram, Selasa (18/2/2025).
1. Pariwisata NTB dihantam tiga 'badai'

Sahlan mengatakan dalam beberapa tahun terakhir, sektor pariwisata NTB dihantam tiga badai. Pertama, bencana gempa bumi Lombok pada 2018. Kemudian pandemik COVID-19 pada 2020 dan sekarang badai efisiensi anggaran yang dilakukan pemerintah pusat.
Menurut Sahlan, badai efisiensi anggaran dari pemerintah pusat akan sangat berpengaruh terhadap pariwisata NTB. Karena pariwisata NTB banyak bergantung dari kegiatan MICE. Dengan adanya larangan kementerian/lembaga menggelar MICE, maka akan berdampak pada tingkat okupansi hotel dan kunjungan wisatawan.
"Target Kunjungan wisatawan sebanyak 2,5 juta orang agak berat dengan kondisi sekarang ini. Kalau kondisi tetap seperti ini, maka kunjungan 2 juta wisatawan sudah bagus sekali," ucap Sahlan.
2. Survive di tengah badai efisiensi

Ketua Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) NTB ini mengatakan pelaku wisata harus tetap survive di tengah badai efisiensi saat ini. Untuk itu, perlu dilakukan terobosan-terobosan agar pelaku wisata NTB dapat bertahan.
Dengan cara mengejar kegiatan MICE dari korporat atau perusahaan besar agar dapat digelar di NTB. Kemudian untuk meningkatkan okupansi hotel, dengan memasifkan promosi sport tourism yang digelar di NTB.
"Kemudian kita upayakan promosi di pasar utama destinasi kita di NTB. Paket-paket wisata yang menarik supaya meningkatkan kunjungan wisatawan," ujarnya.
Pelaku wisata NTB juga menaruh harapan besar kepada Gubernur NTB terpilih, Lalu Muhamad Iqbal yang akan segera dilantik. Dengan jaringan internasionalnya, Iqbal diharapkan dapat membuka peluang untuk mendatangkan lebih banyak wisatawan mancanegara ke NTB.
3. Kritik pemerintah pusat tak memperhatikan sektor pariwisata

Sahlan mengkritik Presiden Prabowo Subianto yang tidak memperhatikan sektor pariwisata sebagai pengungkit ekonomi. Di sisi lain, Prabowo menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen, tetapi sektor pariwisata tidak diperhatikan.
"Itu paradoksnya, ingin pertumbuhan ekonomi 8 persen, tapi sektor pariwisata tidak mendapat perhatian. Tidak pernah saya dengar unsur-unsur yang berkaitan dengan pariwisata disebut oleh pak Presiden. Menteri Pariwisata juga belum ada gebrakannya, langkah konkretnya tidak ada," kata Sahlan.
Dia berharap pemerintah berkaca dari negara tetangga seperti Vietnam. Mereka mengelola pasar Indonesia menjadi market utama pariwisata di ASEAN. Dalam lima tahun terakhir, Vietnam terus melakukan promosi di Surabaya, Bali, Lombok dan Kalimantan.
Sehingga mereka berhasil menarik wisatawan dari Indonesia ke Vietnam. Begitu juga negara tetangga lainnya seperti Singapura, Thailand dan Malaysia.
"Sementara Indonesia ingin mendatangkan wisatawan dari beberapa negara di Asia tapi tidak melakukan upaya promosi seperti yang mereka lakukan terhadap kita," jelas Sahlan.