Riana Meilia, Desainer Perhiasan Asal NTB Sukses Raih Kriya Award 2025

Mataram, IDN Times - Salah satu produk kerajinan perhiasan asal Nusa Tenggara Barat (NTB), Subeng Kerucut meraih Kriya Award 2025 yang diselenggarakan Dewan Kerajinan Nasional. Subeng Kerucut merupakan produk kerajinan logam dari Lombok NTB Pearl yang didesain oleh Riana Meilia.
Owner Lombok NTB Pearl, Riana Meilia mengatakan produk kerajinan Subeng Kerucut meraih juara II kategori logam. Dia mengungkapkan penghargaan ini merupakan yang kedelapan kali di ajang Kriya Award yang dilaksanakan Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas).
"Saya mengikuti kompetisi nasional yang diadakan Dewan Kerajinan Nasional setiap tahun. Kalau gak salah, saya ini menang kedelapan kali," kata Riana saat berbincang dengan IDN Times di Galeri Lombok NTB Pearl, Kota Mataram, Senin (6/10/2025).
1. Persaingan cukup ketat

Riana menjelaskan persaingan dalam ajang Kriya Award 2025 cukup ketat. Total 1.050 produk kerajinan se-Indonesia yang ikut kompetisi. Setelah diseleksi menjadi 732 produk. Lombok NTB Pearl mengirim tujuh produk kerajinan dalam ajang Kriya Award 2025.
Setelah melalui seleksi, tiga yang produk yang masuk semifinal yaitu Subeng Kerucut, Daun Talas dan Rusuk Daun. Proses wawancara dengan juri nasional dilakukan secara online. "Yang menang juara II kategori logam adalah Subeng Kerucut. Sejak 2009 ikut kompetisi Kriya Award. Selama saya mengikuti kompetisi ini, tahun 2025 ini sampai 1.000-an produk," jelasnya.
2. Proses pembuatan produk kerajinan Subeng Kerucut

Riana menjelaskan proses pembuatan produk kerajinan perhiasan Subeng Kerucut sehingga mampu meraih juara dalam ajang Kriya Award 2025. Proses diawali dengan pembuatan desain sketsa giwang secara manual.
Desain memperhitungkan ukuran giwang, posisi mutiara dan bentuk subeng transparan agar tampak estetik sekaligus mengurangi beban pada telinga (berat perak). Detail ornamen subeng diadaptasi dari motif kerawang Lombok.
Perak murni dicampur tembaga, lalu dilebur menjadi perak 925 yang merupakan konsentrasi terbaik untuk perhiasan. Kemudian perak ditempa dengan palu agar menjadi pipih dan digilas menggunakan alat yang digerakkan secara manual, sampai diperoleh ketebalan yang ditentukan.
Lempengan perak dipotong menggunakan gergaji secara manual sesuai pola yang telah dibuat. Potongan tersebut disusun dan ditempatkan sesuai desain dengan cara mematri bagian-bagian tersebut agar menyatu dengan baik dan rapi menggunakan logam penyambung dan pembakaran.
Para proses penghalusan dan ukiran, permukaan perak diasah dan dihaluskan dengan kikir, amplas, dan gerinda mini. Bagian permukaan subeng diukir dengan teknik kerawang khas Desa Ungga, Lombok Tengah.
Selanjutnya pada tahap finishing, bros dibersihkan dan dipoles menggunakan kain halus khusus yang dipasang pada gerinda untuk menghasilkan kilau maksimal. Proses ini juga memastikan tidak ada sisa bahan kimia atau debu yang menempel. Tahap ini dilakukan secara manual menggunakan mesin gerinda.
Setelah itu, pelapisan emas 24 karat. Bros yang telah selesai dirakit dan dihaluskan menjalani proses electroplating: pembersihan kimia untuk menghilangkan minyak atau sisa logam. Lapisan tipis nikel sebagai dasar ditambahkan untuk daya lekat.
Bros kemudian dicelup dalam larutan emas 24 karat dan dialiri arus listrik agar emas menempel sempurna. Pelapisan dilakukan dalam beberapa tahap hingga menghasilkan warna emas yang mewah dan tahan lama. Proses ini dilakukan secara kombinasi manual dan mesin.
Kemudian pemasangan mutiara laut selatan Lombok yang telah dipilih berdasarkan warna, kilau, dan ukuran dipasang secara manual menggunakan lem khusus berkekuatan tinggi. Posisi mutiara disesuaikan untuk menciptakan keseimbangan visual dan fungsional.
Pemeriksaan kualitas, dilakukan dimana setiap giwang diperiksa untuk memastikan tidak ada cacat pada solderan, lapisan emas merata, posisi dan lem mutiara rapi, tidak ada goresan atau kerusakan. Produk yang tidak memenuhi standar dikembalikan untuk direvisi. Pengemasan giwang dikemas dalam kotak khusus dari bahan yang dapat didaur ulang dan sertifikat keaslian mutiara.
3. Jaga kualitas dengan pemilihan bahan baku terbaik lokal NTB

Riana menambahkan dia mengutamakan kualitas produk dengan pemilihan bahan baku terbaik yang berasal dari NTB sehingga produk yang dihasilkan memuaskan customer. Kualitas dijaga melalui pemilihan bahan terbaik yaitu mutiara laut selatan Lombok berkilau alami, perak 925 murni, dan lapisan emas 24 karat berkualitas tinggi.
Proses produksi dilakukan oleh perajin ahli dengan teknik presisi dan kontrol mutu berlapis, memastikan tiap giwang simetris, kokoh, dan nyaman dipakai. Dia mengatakan Subeng Kerucut mencerminkan kriya masyarakat Lombok Tengah lewat ukiran kerawang khas Desa Ungga yang ditatah manual oleh perajin lokal.
Desainnya terinspirasi dari subeng tradisional Sasak yang zaman dahulu terbuat dari daun lontar. Giwang tersebut biasa dikenakan saat perayaan adat bersama dengan baju adat Lambung, pakaian adat perempuan Sasak. Unsur bentuk, teknik, dan simbolik budaya lokal dijaga dan dihidupkan kembali dalam perhiasan modern.
Giwang subeng kerucut terinspirasi dari tradisi perempuan Sasak yang dulu membuat giwang dari daun lontar, digulung seperti kue cerorot. Konon, bentuk kerucut dianggap sebagai simbol kesuburan dan perlindungan. Perhiasan ini menjadi simbol kedewasaan dan kehormatan dalam berbagai upacara adat Sasak.
Inovasi terdapat pada perpaduan bahan lokal berharga yaitu mutiara laut Selatan dan perak dengan desain etnik yang diformulasi ulang dalam tampilan kontemporer. Penambahan ukiran kerawang membuat setiap pasang unik. Konstruksi ringan namun kokoh menjadikan subeng ini modern tanpa kehilangan nilai budaya.
"Kami menggunakan mutiara dari budidaya berkelanjutan dan hanya mengambil kulit kerang dari hasil panen yang tidak merusak ekosistem. Proses pembuatan minim limbah, memakai bahan bebas zat kimia berbahaya, serta memberdayakan perajin lokal untuk meminimalkan jejak karbon dari proses produksi," terangnya.