Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Mengenang Kiprah Sultan Bima yang Kini Diakui Menjadi Pahlawan Nasional

IMG_20251107_203949.jpg
Foto Sultan Muhammad Salahuddin (Dok/Istimewa)
Intinya sih...
  • Sultan Bima, Muhammad Salahuddin dinobatkan sebagai pahlawan nasional oleh Presiden Prabowo Subianto
  • Rajin pelajari Ilmu Al-Qur'an dan Hadits, Sultan Muhammad Salahuddin juga didaulat jadi pemimpin dewa raja-raja di Pulau Sumbawa
  • Penyelamat perempuan Bima dari nikah paksa penjajah Jepang, membangun bangunan bersejarah seperti dua Istana dan sekian banyak Masjid
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bima, IDN Times - Sultan Bima, Muhammad Salahuddin dinobatkan sebagai pahlawan nasional oleh Presiden Prabowo Subianto di Istana Negara Jakarta, Senin (10/11/2025). Sultan Bima yang ke XIV ini ditetapkan pahlawan nasional bersama dengan 9 tokoh lainnya.

Momen bersejarah itu bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan. Masyarakat Indonesia kembali menundukkan kepala mengenang jasa para pahlawan dalam memperjuangkan kemerdekaan dan kemanusiaan.

Pemberian gelar pahlawan kepada Sultan Bima itu membuat masyarakat Bima merasa bahagia dan bangga. Betapa tidak, dedikasi dan pengabdian semasa hidupnya kini mendapatkan pengakuan dari Pemerintah Republik Indonesia sebagai Pahlawan Nasional.

1. Sultan Bima belajar ilmu agama

IMG_20251111_073621.jpg
Foto Sejarahwan dan Budayawan Bima, Dewi Ratna Muchlisa saat menerima penganugerahan gelar pahlawan Sultan Muhammad Salahuddin Bima dari Presiden Prabowo Subianto (Dok/Istimewa)

Sultan Muhammad Salahuddin lahir di Bima pada 14 Juli 1889, putra dari pasangan suami istri (Pasutri), Sultan Ibrahim dan Siti Fatimah. 

Pada masa usia kanak-kanak, Sultan Muhammad Salahuddin telah mendapat pendidikan agama dan ilmu pemerintahan dari ulama dan pejabat istana. Sepanjang perkembangan umurnya, Muhammad Salahuddin menekuni ilmu tauhid, serta siasat (politik), dan sangat rajin mempelajari ilmu Alquran serta Hadits. 

Selain mendapat bimbingan dari ulama lokal, Salahuddin kecil berguru pada ulama yang didatangkan dari batavia (Jakarta) yaitu H. Hasan dan Syekh Abdul Wahab dari Makkah. Sultan Muhammad Salahuddin merupakan murid yang rajin dan cerdas serta rajin membaca.

Di perpustakaan pribadinya, ia mempunyai koleksi buku-buku bermutu karangan ulama besar seperti Imam Safi’i. Koleksi buku-bukunya masih dirawat dengan baik oleh anak cucu hingga saat ini.

Selain itu, Muhammad Salahuddin juga gemar menulis, salah satu buku karangannya adalah “Nurul Mubin” diterbitkan oleh percetakan “Syamsiah Solo”. Nama Nurul Mubin juga telah diabadikan melalui nama salah satu panti asuhan di kota Bima yang beralamat di jalan soekarno-Hatta depan Paruga Nae Kota Bima.

2. Muhammad Salahuddin juga didaulat jadi pemimpin raja-raja di Pulau Sumbawa

FB_IMG_1762509278446.jpg
Foto Sultan Muhammad Salahuddin bersama warga Bima tempo dulu (Dok/Istimewa)

Sejarawan dan Budayawan Bima, Dewi Ratna Muchlisa mengatakan, berkat kemuliaan akhlak dan ilmu pengetahuan yang dimilikinya, akhirnya pada 2 November 1899, Muhammad Salahuddin diangkat menjadi “jena teke”(Putera Mahkota) oleh majelis Adat. Untuk menimba pengalaman dalam menjalankan roda pemerintahan, pada 23 maret 1908 dia diangkat menjadi Jeneli Donggo (jabatan setingkat camat).

Setelah ayahnya Sultan Ibrahim mangkat pada tahun 1915, Muhammad Salahuddin memegang kendali pemerintahan, kemudian pada tahun 1917 secara resmi dilantik menjadi Sultan Bima XIV yang memerintah dari tahun 1915-1951 M.

Di samping sebagai Sultan, pada 1949 dia diangkat menjadi pemimpin Dewan Raja-Raja se-Pulau Sumbawa atas persetujuan sultan Dompu dan Sultan Sumbawa. Dalam bidang organisasi pergerakan, sultan Muhammad Salahuddin menjadi perintis, pelindung dan ketua berbagai organisasi yang bergerak di bidang agama, sosial dan politik.

Pada tahun 1921, Muhammad Salahuddin mulai mencanangkan sistim pendidikan moderen dengan mendirikan HIS di kota Raba. Kemudian pada tahun 1922, mendirikan sekolah kejuruan wanita di Raba. Untuk memimpin sekolah itu, sultan Muhammad Salahuddin mendatangkan seorang keturunan Indonesia yang berjiwa nasionalis dari sulawesi selatan bernama SBS Yulianche.

Pembangunan gedung sekolah bukan hanya di Kota, tetapi juga tersebar di seluruh kecamatan. Para siswa yang berprestasi diberikan beasiswa untuk melanjutkan sekolah keluar daerah seperti Makassar, Jawa bahkan dikirim hingga timur tengah.

Pelajar yang diberi beasiswa benar-benar berdasarkan prestasi dengan tidak mempertimbangkan status sosial dan jenis kelamin. 

"Setelah kembali ke Bima, mereka tampil sebagai pemimpin dan tokoh perjuangan pada masa revolusi kemerdekaan," kata Dewi yang merupakan Kepala Museum Samparaja ini saat dikonfirmasi, Senin (10/11/2025).

Tidak hanya itu, Sultan Muhammad Salahuddin juga mampu menanamkan kesadaran hidup berbangsa dan bernegara, melalui organisasi pergerakan modern. Beragam organisasi pergerakan yang lahir pada masa pemerintahannya selalu mendapat dukungan. 

Melalui organisasi pergerakan, pemuda pelajar tampil sebagai sosok pejuang yang berani melawan penjajah. Para tokoh pemuda pelajar memiliki wawasan persatuan dan kesatuan yang luas, tanpa dibatasi oleh bingkai suku dan agama. Mereka bersatu padu dengan pejuang dari suku-suku lain.

Peranan Sultan Muhammad Salahuddin yang tidak kalah pentingnya ialah di bidang politik. Ia telah berhasil mewujudkan cita-citanya mempertahankan keutuhan negara kesatuan RI. Dorongan semangat nasionalisme yang tumbuh dalam jiwa Sultan bersama rakyat, tergambar secara utuh melahirkan keberanian menghadapi penjajah Belanda, Jepang dan NICA.

3. Penyelamat perempuan Bima dari nikah paksa penjajah Jepang

gambar tentara Jepang memasuki Vietnam (picryl.com)
gambar tentara Jepang memasuki Vietnam (picryl.com)

Selain itu, Sultan Muhammad Salahuddin juga telah membangun bangunan yang merupakan monumen sejarah. Bangunan yang merupakan saksi sejarah perjuangan Sultan bersama rakyat, ialah dua Istana dan sebuah Masjid. 

Dua Istana yang didirikan pada 1927 yaitu Istana Kesultanan Bima dan Istana kayu yang bergaya arsitektur Mbojo bernama “Asi Bou”. Bangunan bersejarah itu sekarang sudah ditetapkan sebagai benda Cagar Budaya. 

Kemudian ia juga membangun sekian banyak masjid yang tersebar di wilayah Bima. Salah satunya Masjid Raya Bima yang berada di sebelah timur istana.

Salah satu kebijakan Sultan Muhammad Salahuddin yang patut dihargai ialah kebijakan menyelamatkan harkat dan martabat perempuan Bima dari nikah paksa pada massa penjajahan Jepang dengan kebijakan Nika Baronta. 

Kebijakan tersebut dilakukan setelah ia menerima informasi, tentara Jepang ingin menikah paksa para gadis Bima sebagai budak seks selama melakukan penjajahan.

Berkat kebijakan tersebut, sehingga dalam catatan sejarah, hanya perempuan Bima yang tidak dinikahi paksa oleh penjajah Jepang selama mereka melakukan penjajahan di Asia Tenggara.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Linggauni -
EditorLinggauni -
Follow Us

Latest News NTB

See More

9.140 Honorer Pemprov NTB Dapat NI PPPK Paruh Waktu, Kapan Dilantik?

13 Nov 2025, 15:38 WIBNews