Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Cuaca di NTB Terasa Dingin pada Malam Hari, BMKG Ungkap Penyebabnya!

ilustrasi kedinginan (freepik.com/freepik)
ilustrasi kedinginan (freepik.com/freepik)
Intinya sih...
  • NTB sedang memasuki musim kemarau
  • Akibat gerak semu matahari
  • Potensi hujan berkurang, awal musim kemarau merata di NTB
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Mataram, IDN Times - Dalam beberapa hari terakhir, cuaca di Nusa Tenggara Barat (NTB) terasa dingin di malam hingga pagi hari. BMKG Stasiun Meteorologi Zainuddin Abdul Madjid (ZAM) Lombok menjelaskan ada tiga faktor yang menyebabkan suhu terasa dingin di NTB pada malam hari.

Prakirawan BMKG Stasiun ZAM Lombok Agastya Ardha Chandra Dewi mengatakan bahwa NTB dilalui oleh massa udara dingin dari Benua Australia. Saat ini Australia sedang memasuki musim dingin, sehingga karakteristik udaranya adalah dingin dan kering.

"Massa udara tersebut melintasi wilayah NTB oleh Monsun Australia, menyebabkan penurunan suhu udara di NTB," jelas Chandra Dewi dikonfirmasi IDN Times, Kamis (12/6/2025).

1. NTB sedang memasuki musim kemarau

IMG-20250610-WA0015.jpg
Peta analisis curah hujan pada dasarian I Juni 2025 di wilayah NTB. (dok. BMKG)

Faktor kedua yang menyebabkan suhu terasa dingin pada malam hari di NTB, kata Chandra Dewi, karena wilayah NTB memasuki musim kemarau. Sehingga tutupan awan di wilayah NTB menjadi berkurang. Dia menjelaskan awan yang terdiri dari uap air dapat diibaratkan sebagai selimut.

Pada siang hari, panas yang dipancarkan oleh matahari akan masuk ke bumi, sehingga suhu udara di permukaan akan naik. Namun pada malam hari, karena tidak terhalangi oleh tutupan awan, panas yang telah diserap oleh bumi akan langsung dilepaskan ke atmosfer, sehingga suhu udara dipermukaan bumi akan turun yang menyebabkan penurunan suhu udara.

2. Akibat gerak semu matahari

Gerak semu Matahari. Dok. BBMKG Wilayah IV Makassar
Gerak semu Matahari. (Dok. BBMKG Wilayah IV Makassar)

Faktor ketiga yang menyebabkan suhu di NTB terasa dingin pada malam hari karena gerak semu matahari. Saat ini, kata Chandra Dewi, matahari berada di belahan bumi utara.

"Meskipun matahari bersinar, panasnya tidak terlalu intensif di NTB yang berada di belahan bumi selatan, dibandingkan dengan wilayah lain di belahan bumi utara," paparnya.

3. Potensi hujan berkurang, awal musim kemarau merata di NTB

IMG-20250610-WA0013.jpg
Monitoring hari tanpa hujan di NTB. (dok. BMKG Staklim NTB)

Sementara, Prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi NTB Nindya Kirana menambahkan bahwa saat ini sebagian wilayah NTB mulai memasuki periode musim kemarau. Masyarakat diminta tetap perlu mewaspadai adanya potensi bencana hidrometeorologi seperti hujan lebat disertai angin kencang yang dapat terjadi secara tiba-tiba dan bersifat lokal, banjir dan tanah longsor.

Selain itu, masyarakat dapat memanfaatkan hujan yang turun untuk mengisi penampungan air seperti embung, waduk, atau penampungan air hujan lainnya. Dia menjelaskan pada dasarian II Juni 2025 (11 - 20 Juni) terdapat peluang curah hujan di bawah 20 mm/dasarian sebesar 20% hingga 90% yang terjadi di sebagian besar wilayah NTB.

Peluang curah hujan di bawah 50 mm/dasarian sebesar 10-60% terjadi di sebagian Pulau Lombok dan sebagian kecil Bima. Sedangkan curah hujan di seluruh wilayah NTB pada dasarian I Juni 2025 (1-10 Juni) secara umum berada pada kategori rendah 0-10 mm/dasarian hingga kategori menengah 101 – 150 mm/dasarian.

Terdapat sebagian kecil wilayah dengan kategori curah hujan Tinggi 151 – 200 mm/dasarian pada dasarian I Juni 2025. Sifat hujan pada dasarian I Juni 2025 di wilayah NTB umumnya berada pada kategori atas normal, terdapat pula sebagian kecil wilayah dengan kategori sifat hujan bawah normal hingga normal.

Pihaknya mencatat curah hujan tertinggi di pos hujan Lunyuk, Kabupaten Sumbawa Barat sebesar 242 mm/dasarian. Sementara, monitoring Hari Tanpa Hujan Berturut-turut (HTH) provinsi NTB secara umum sangat pendek yaitu 1 – 5 hari tanpa hujan hingga masih ada hujan saat updating.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Linggauni -
EditorLinggauni -
Follow Us