Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Kecil-kecil Cabe Rawit, Strategi “Dhafi Pearl” Menarik Hati Wisatawan

Toko oleh-oleh khas Lombok, Dhafi Pearl di lobi Idoop Hotel, Mataram. (IDN Times/Linggauni)
Toko oleh-oleh khas Lombok, Dhafi Pearl di lobi Idoop Hotel, Mataram. (IDN Times/Linggauni)
Intinya sih...
  • Toko oleh-oleh Dhafi Pearl menawarkan kerajinan lokal khas Lombok, mulai dari mutiara, kain tenun, hingga kaus ikonik Lombok.
  • Pemilik toko, Laksmining Puji Lestari, melakukan inovasi produk dan pemasaran digital untuk memperluas pasar dan menjaga keberlanjutan bisnisnya.
  • Laksmining mengoptimalkan pemasaran digital melalui media sosial dan aplikasi mobile banking serta menjalin kerja sama dengan agen perjalanan wisata dan hotel lain di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Mataram, IDN Times - Di tengah hiruk-pikuk Kota Mataram, tepatnya di lobi Idoop Hotel, berdiri sebuah toko oleh-oleh khas Lombok yang menarik perhatian wisatawan. Etalasenya dipenuhi ragam aksesori dan kerajinan lokal yang memanjakan mata. Dhafi Pearl, demikian namanya, bukan sekadar toko suvenir biasa, ia adalah cerminan kerja keras dan inovasi tanpa henti dari pemiliknya.

Sebagai salah satu destinasi favorit bagi pencari suvenir khas Lombok, Dhafi Pearl menawarkan beragam kerajinan, mulai dari mutiara, kain tenun, hingga kaus ikonik Lombok. Di balik usaha ini, ada sosok Laksmining Puji Lestari, seorang perempuan penuh dedikasi dan inovasi yang ingin membuat bisnis ini tetap eksis di masa mendatang.

“Harus berinovasi agar bisa bertahan di tengah persaingan yang semakin ketat,” ujar Laksmining saat ditemui pada Sabtu (1/3/2025).

Dhafi Pearl berdiri sejak 2013 dan awalnya dikelola oleh suami Laksmining. Saat itu, suami Laksmining memutuskan untuk memulai bisnis ini karena melihat semakin banyak wisatawan yang berkunjung ke Lombok. Namun, pada 2021, Laksimining mengambil alih bisnis ini dan melakukan berbagai inovasi untuk memperluas pasar.

"Saya perbaiki semuanya, mulai dari produk yang lebih (bergaya) anak muda banget, jadi bisa dipakai semua orang," tuturnya penuh semangat.

Tak hanya memperbarui desain agar lebih menarik, Laksmining juga memperluas jaringan distribusi dan menjalin kerja sama dengan berbagai vendor. Ia sadar bahwa keberlanjutan bisnisnya tak hanya bergantung pada pelanggan hotel, tetapi juga daya tarik produk yang mampu bersaing di pasar yang lebih luas.

Menyesuaikan strategi dengan target pasar

Koleksi aksesori di toko Dhafi Pearl. (IDN Times/Linggauni)
Koleksi aksesori di toko Dhafi Pearl. (IDN Times/Linggauni)

Salah satu tantangan dalam bisnis oleh-oleh adalah menciptakan produk yang unik sekaligus praktis bagi wisatawan. Laksmining mulai mengemas paket oleh-oleh dengan tampilan lebih menarik. Ia menyebutnya "kecil-kecil cabe rawit". Meski ukurannya mini, namun tetap indah dan praktis dibawa dalam jumlah banyak.

"Kita tahu kan bagasi pesawat saja bayar, semua serba-bayar, orang-orang mikir dua kali beli oleh-oleh yang besar. Jadi, kita berinovasi dengan suvenir kecil tapi tetap bagus, seperti bros, gelang mutiara, dan pouch tenun," tambahnya.

Laksmining juga mengikuti tren dengan memperkenalkan desain modern, seperti gelang minimalis dan kombinasi mutiara dengan aksesori emas atau perak. Tujuannya untuk memberikan tampilan yang lebih elegan. Dengan inovasi ini, Dhafi Pearl tak hanya menarik pembeli dari wisatawan domestik, tetapi juga pasar internasional yang menginginkan suvenir unik khas Indonesia.

Produk terlaris Dhafi Pearl adalah bros dan gelang mutiara. Selain aksesori, kaus khas Lombok juga selalu menjadi incaran wisatawan. Pembeli juga dapat memesan packaging (pengemasan) yang diinginkan. Misalnya dalam bentuk kado atau kemasan lainnya.

"Tamu-tamu selalu bilang harus ada tulisan Lombok-nya," kata Laksmining sambil tersenyum.

Harganya pun relatif terjangkau, mulai dari Rp20 ribu untuk mutiara air tawar. Sementara mutiara air laut memiliki harga lebih tinggi, yaitu mulai dari Rp70 ribu. Harganya sesuai dengan kualitas dan berat mutiaranya. Sedangkan harga kaus dan pouch tenun mulai Rp20 ribu saja.

"Setiap pengusaha mutiara punya target pasar yang berbeda. Saya khusus menyasar wisatawan dan tamu hotel, jadi harganya kita sesuaikan," jelasnya.

Selain produk mutiara, Dhafi Pearl juga menawarkan aksesori berbasis tenun dan bahan lokal lainnya. Dengan menggandeng perajin lokal, usaha ini turut berkontribusi dalam menjaga keberlanjutan industri kerajinan khas Lombok.

Pemasaran digital dan jaringan bisnis

Laksmining menunjukkan aplikasi BRImo pada ponselnya. (IDN Times/Linggauni)
Laksmining menunjukkan aplikasi BRImo pada ponselnya. (IDN Times/Linggauni)

Keberadaan Dhafi Pearl di lobi hotel bukan tanpa alasan. Laksmining memahami bahwa mayoritas konsumennya adalah tamu hotel, baik wisatawan maupun pelancong bisnis. Saat okupansi hotel meningkat, penjualannya bisa mencapai 500 pcs dalam 5 hari. Namun, saat kunjungan menurun, dampaknya juga terasa.

"Karena kita di tengah kota, jadi lebih banyak yang beli itu tamu yang dinas dari luar kota," jelasnya.

Pendapatannya akan sangat menurun saat jumlah tamu dinas yang menginap di hotel berkurang. Untuk mengatasi tantangan ini, Laksmining mengoptimalkan pemasaran digital melalui media sosial.

Ia menggunakan aplikasi Bank Rakyat Indonesia mobile banking (BRImo) untuk melakukan transaksi secara daring. Menurutnya, aplikasi BRImo sangat mudah digunakan untuk melakukan pengecekan pembayaran dari pembeli.

"Saya genjot online (daring), ada Instagram, Shopee dan WhatsApp dengan nama Dhafi Pearl Oleh-oleh. Lebih enak di WhatsApp karena bisa langsung chat (obrolan) dan gampang custom (disesuaikan) sesuai keinginan customer (pelanggan)," ungkapnya.

Tak hanya itu, ia juga menjalin kerja sama dengan agen perjalanan wisata dan hotel lain di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk memperluas jangkauan produknya. Salah satu strategi jitu yang diterapkannya adalah menyediakan paket suvenir eksklusif bagi tamu VIP hotel, sehingga produknya semakin dikenal.

Salah satu pembeli oleh-oleh di Dhafi Pearl, Nur Aulia, mengungkapkan kepuasannya terhadap produk yang dibelinya. Ia menilai mutiaranya berkualitas baik dengan harga yang terjangkau. Menurutnya, produk dari Dhafi Pearl sangat cocok dijadikan oleh-oleh karena desainnya yang unik dan kemasannya yang praktis.

“Barangnya bagus, terutama mutiaranya. Desainnya menarik dan praktis dibawa ke mana-mana karena ukurannya kecil,” ujarnya.

Nur Aulia merekomendasikan Dhafi Pearl sebagai pilihan bagi wisatawan atau siapa saja yang mencari oleh-oleh. Menurutnya, Dhafi Pearl menawarkan berbagai oleh-oleh unik dan menarik yang sesuai dengan keinginan pelanggan.

Manfaatkan KUR BRI untuk berkembang

Mekanisme pengajuan KUR BRI. (IDN Times/Aditya)
Mekanisme pengajuan KUR BRI. (IDN Times/Aditya)

Memulai bisnis perhiasan mutiara bukanlah perkara mudah, terutama dalam hal modal. Laksmining mengungkapkan bahwa modal awal Dhafi Pearl mencapai Rp100 juta. Selain itu, ia juga mengandalkan pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BRI untuk menjaga keberlangsungan bisnisnya.

"Saya langganan banget KUR BRI. Dua kali pinjam KUR, masing-masing dua tahun dan satu pinjaman lagi selama satu tahun. Pinjamannya rata-rata Rp25 juta," tuturnya.

Tahun 2024 menjadi titik balik bagi Laksmining. Cicilan pinjamannya telah lunas. Ini memberinya ruang bernapas lebih lega setelah bertahun-tahun berjuang. Pendapatannya cukup stabil, sehingga dapat terus menambah produk jualannya.

"Setorannya lancar. Tahun ini (2025) saya tidak pinjam lagi, sudah lulus nih ceritanya. Tapi kita tidak tahu ke depan gimana," katanya dengan penuh harap.

Dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi, ia memilih langkah hati-hati. Selain mengandalkan pinjaman, ia terus meningkatkan efisiensi operasional dengan selektif memilih bahan baku dan memprioritaskan produk bekualitas dengan margin lebih tinggi. Ia juga aktif mengikuti pelatihan bisnis demi meningkatkan keterampilan manajerialnya.

Menghadapi tantangan ekonomi yang terus berubah, Laksmining berharap Dhafi Pearl bisa bertahan dan berkembang tanpa harus bergantung pada pinjaman. Itulah yang membuatnya semangat untuk terus belajar manajemen bisnis yang lebih baik.

"Kita usahakan semoga lancar tanpa pinjaman dulu. Karena kita bisa lihat kan situasi ekonomi saat ini. Ada efisiensi anggaran pemerintah dan lain-lain yang kemungkinan akan berdampak juga pada sektor pariwisata," ujarnya.

Ia juga ingin terus berinovasi dengan menghadirkan lebih banyak varian produk berbasis mutiara dan tenun dengan desain modern. Tujuannya agar dapat menarik pasar lebih luas. Dengan koleksi premium, ia berharap Dhafi Pearl bisa menjadi brand suvenir khas Lombok yang memiliki daya saing tinggi.

Perjalanan Dhafi Pearl adalah cerminan kegigihan dan ketekunan seorang pengusaha dalam menghadapi pasang surut dunia bisnis. Dengan inovasi produk, pemasaran digital, dan strategi tepat, Laksmining optimistis Dhafi Pearl akan terus menjadi pilihan utama bagi wisatawan yang mencari oleh-oleh khas Lombok.

UMKM yang mendapat akses KUR di NTB

Kepala Diskop UKM NTB, Ahmad Masyhuri. (IDN Times/Linggauni)
Kepala Diskop UKM NTB, Ahmad Masyhuri. (IDN Times/Linggauni)

Laksmining merupakan salah satu dari ribuan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang menjadi penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Provinsi NTB. Berdasarkan data dari Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (Diskop UKM) NTB, terdapat 645 ribu pelaku UMKM yang dapat mengakses KUR dalam tiga tahun terakhir.

Kepala Diskop UKM NTB, Ahmad Masyhuri, menjelaskan bahwa penyaluran KUR dalam tiga tahun terakhir mengalami fluktuasi. Pada 2022, realisasi penyaluran KUR mencapai Rp6,99 triliun, pada 2023 sebesar Rp5,3 triliun dan pada 2024 meningkat menjadi Rp5,7 triliun.

"Jadi, banyak UMKM yang bisa menikmati KUR. Pada 2024, sebanyak kurang lebih 145 ribu UMKM mendapat KUR, pada 2023 sebanyak 200 ribu UMKM dan pada 2022 mencapai 300 ribu UMKM," ujar Masyhuri saat dikonfirmasi pada Selasa (25/2/2025).

Masyhuri menyebutkan bahwa pada 2024, sebagian besar realisasi KUR di NTB disalurkan untuk sektor perdagangan, yaitu hampir Rp2 triliun. Selain itu, pelaku UMKM juga dilibatkan dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah melalui e-katalog.

Menurut Masyhuri, selama produk yang dihasilkan oleh UMKM sesuai dengan spesifikasi dan memiliki harga yang bersaing, maka mereka dapat berpartisipasi dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah. Terlebih, saat ini pemerintah sedang menggencarkan program "Bela dan Beli Produk Lokal".

"Mereka juga dilibatkan dalam setiap event internasional di NTB, seperti MotoGP Mandalika," pungkasnya.

Penyaluran KUR di NTB

Tabel pinjaman KUR BRI 2025 dari Rp10 juta hingga Rp45 juta (Dok.IDN Times)
Tabel pinjaman KUR BRI 2025 dari Rp10 juta hingga Rp45 juta (Dok.IDN Times)

Pada tahun 2024, BRI telah menyalurkan KUR senilai Rp184,98 triliun kepada sekitar 3,7 juta debitur. Direktur Bisnis Mikro BRI, Supari, mengungkapkan bahwa pencapaian ini merupakan bagian dari upaya BRI dalam memperluas akses permodalan bagi pelaku UMKM, terutama di sektor-sektor produktif seperti pertanian, perdagangan dan perikanan.

"Pemberian KUR memperkuat modal usaha dalam rangka percepatan perkembangan sektor riil dan pemberdayaan UMKM. Manfaat yang dirasakan adalah para pelaku UMKM merasa terbantu dalam pembiayaan pada pengembangan usaha, terutama untuk meningkatkan produksi dan kemudian menjadi mandiri," kata Regional CEO BRI Denpasar, Hery Noercahya kepada IDN Times, Jumat (28/2/2025).

Sementara itu, di Provinsi NTB, BRI menyalurkan KUR sebesar Rp2,87 triliun kepada 69.996 debitur. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (Kanwil DJPb) NTB mencatat bahwa perdagangan besar dan eceran, kemudian pertanian serta industri pengolahan menjadi sektor yang paling banyak menerima penyaluran KUR.

"Penyaluran KUR 2024 di NTB telah mencapai Rp5,72 triliun yang telah disalurkan kepada 145.093 debitur. Dari jumlah tersebut, BRI menjadi bank dengan penyaluran terbesar, yakni Rp2,87 triliun," kata Kepala Kanwil DJPb NTB, Ratih Hapsari Kusumawardani.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Linggauni -
Yogie Fadila
Linggauni -
EditorLinggauni -
Follow Us