Tak Mampu Bayar Ambulans, Ibu Bawa Jenazah Bayi Pakai Taksi Online

Mataram, IDN Times - Peristiwa memilukan dialami seorang ibu rumah tangga (IRT) asal Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Yuliana (20). Dia bersama ibunya Hadiatullah (53) membawa jenazah bayinya ke Sumbawa Barat menggunakan taksi online karena tak mampu membayar biaya ambulans RSUD NTB sebesar Rp2,6 juta.
Kasi Humas Polres Lombok Timur AKP Nicolas Oesman membenarkan peristiwa tersebut. Dia mengatakan seorang ibu membawa jenazah bayinya menggunakan taksi online saat akan naik kapal penyeberangan di Pelabuhan Kayangan Lombok Timur, Minggu (6/4/2025).
Petugas Pelabuhan Kayangan kemudian membawa jenazah bayi tersebut ke Puskesmas Labuhan Lombok, Lombok Timur.
"Sudah dibantu oleh ambulans Puskesmas Labuhan Lombok," kata Nicolas dikonfirmasi IDN Times, Senin (7/4/2025).
1. Kronologi kejadian

Sementara, Direktur RSUD NTB dr. Lalu Herman Mahaputra menjelaskan kronologi peristiwa tersebut. Dia mengatakan bahwa pada Jumat (4/4/2025) pukul 19.30 WITA, pasien atas nama Yuliana dari Kabupaten Sumbawa Barat datang sendiri ke RSUD Provinsi NTB dengan keluhan tidak merasakan gerakan janin sejak 1 April 2025. Kehamilannya adalah kehamilan pertama dengan usia kehamilan 24 minggu 5 hari.
Setelah dilakukan pemeriksaan di Ruang Bersalin VK PONEK IGD RSUD NTB, hasil pemeriksaannya memang janin tersebut kondisinya KJDR (Kematian Janin Dalam Rahim). Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) merencanakan untuk dilakukan terminasi atau pengakhiran kehamilan dengan mengeluarkan janin.
Pada 6 April 2025 pukul 06.50 WITA, janin lahir spontan dengan berat badan lahir 650 gram dengan tanda khas Kematian Janin dalam Rahim (KJDR). Pukul 10.37 WITA, jenazah janin tersebut dibawa oleh Instalasi Forensik untuk dipulasarkan dan persiapan pemulangan jenazah.
2. Pemulangan jenazah tidak ditanggung BPJS

Herman Mahaputra menjelaskan dalam aturan pemulangan jenazah yang meninggal di RSUD NTB memang sepenuhnya tidak ditanggung oleh BPJS. Selama ini yang membiayai pemulangan jenazah dari RSUD NTB adalah keluarga pasien.
Setelah mengetahui kondisi tersebut, petugas forensik berupaya berkoordinasi untuk memulangkan jenazah dengan Manajer Pelayanan Pasien (MPP) RSUD NTB untuk berupaya mencarikan solusi atas peristiwa tersebut. Karena hal tersebut pada umumnya ada celah solusi untuk diselesaikan oleh RSUD NTB dengan menggunakan dana sosial Rumah Sakit yang langsung disisihkan dari Pendapatan Direktur RSUD NTB.
Berdasarkan rekapan Manajer Pelayanan Pasien (MPP) RSUD NTB dalam 2 bulan terakhir sudah difasilitasi biaya pengantaran jenazah sejumlah 5 orang. Yaitu 2 jenazah dari Bima, 2 jenazah dari Dompu dan 1 jenazah dari Lombok Tengah.
Dia mengatakan RSUD NTB selama ini memang tetap melaksanakan fungsi sosial sehari-hari bagi pasien yang benar-benar tidak mampu dengan kriteria yang telah ditetapkan dan diasesmen oleh Manajer Pelayanan Pasien (MPP).
Seperti membantu pembiayaan pemulangan jenazah, membayarkan denda pelayanan BPJS maupun membayarkan tunggakan iuran BPJS. Serta memberikan bantuan biaya hidup pasien dan keluarga.
3. RSUD NTB beralasan atas kehendak keluarga pasien

Herman Mahaputra menyebut jenazah janin yang dibawa langsung oleh keluarga pasien merupakan kehendak dari mereka dan tidak sempat teredukasi tentang hasil koordinasi petugas Instalasi Forensik dengan Manajer Pelayanan Pasien (MPP).
"Karena buru-buru pulang menggunakan taksi online, dengan alasan keluarga takut jenazah janin tersebut mengeluarkan aroma tidak sedap atau berbau," katanya.
Atas peristiwa ini, kata Herman Mahaputra, RSUD Provinsi NTB tetap berkomitmen untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat termasuk celah-celah koordinasi dengan berbagai pihak atau stakeholder terkait pemulangan jenazah yang meninggal di RSUD NTB.
Saat ini, RSUD NTB tetap menjajaki kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten/Kota di NTB terkait bantuan pemulangan jenazah ke kabupaten/kota masing-masing.