[WANSUS] Menggaet Milenial dan Gen Z, Generasi Kunci Pemilu 2024 

Pemilih milenial dan Gen Z diperkirakan mencapai 60 persen

Mataram, IDN Times - Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan pemilu serentak tahun 2024 akan digelar pada 14 Februari. Generasi milenial dan generasi Z (Gen Z) diperkirakan akan mendominasi dan menjadi penentu pada pemilu 2024.

Berdasarkan survei Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Pemilu 2024 akan didominasi oleh Generasi Z dan milenial yang rentang usianya 17-39 tahun, presetasenya mendekati 60 persen. Di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), berdasarkan data per Juli 2022, jumlah pemilih sebanyak 3.725.346 jiwa.

Rincian pemilih yaitu 1.827.975 pemilih laki-laki dan 1.897.371 pemilih perempuan. Melihat perkiraan jumlah pemilih muda yang akan mendominasi pada pemilu serentak 2024, KPU Provinsi NTB melakukan langkah-langkah strategis dalam menggaet partisipasi pemilih generasi milenial dan Gen Z.

Berikut hasil wawancara khusus IDN Times bersama Ketua KPU Provinsi NTB, Suhardi Soud, Selasa (6/12/2022).

1. Hasil survei menunjukkan 60 persen pemilih generasi Milenial dan Gen Z pada pemilu 2024. Bagaimana strategi KPU NTB untuk meningkatkan partisipasi generasi milenial dan Gen Z?

[WANSUS] Menggaet Milenial dan Gen Z, Generasi Kunci Pemilu 2024 Ilustrasi Pemilu (IDN Times/Arief Rahmat)

Karena trennya pemilih milenial dan pemilih muda pada pemilu 2024, maka KPU dalam langkah-langkah strategisnya mempertimbangkan metode sosialisasi yang aware dengan mereka. Strategi sosialisasi yang bisa diterima oleh generasi yang lagi sangat muda sekarang, apalagi pemilih baru.

Kami melihat kecenderungan mereka memanfaatkan media-media sosial. Maka pilihan sosialisasi kita harus berbasis teknologi informasi, media online, media sosial yang dekat dengan mereka. Terkait dengan itu juga, kita di KPU NTB terus memproduksi konten-konten misalnya di Instagram, Facebook, Twitter. Sebagai upaya kita mengenalkan pemilu kepada mereka.

Baca Juga: Ancaman Politik Identitas, KPU NTB Kampanye tentang Kesetaraan

2. Cara meyakinkan generasi milenial dan Gen Z bahwa pemilu 2024 sangat penting bagi mereka?

[WANSUS] Menggaet Milenial dan Gen Z, Generasi Kunci Pemilu 2024 (Dari kiri ke kanan) Burhanuddin Muhtadi, Anies Baswedan, Hasyim Asy'ari dan Najwa Shihab menjadi pembicara di sesi The Future of Indonesia Democracy di Indonesia Millennial & Gen Z Summit pada 30 September 2022 (dok. Instagram/indonesia.summit)

Karena mereka adalah pewaris sah Indonesia dalam 10 - 15 tahun ke depan. Sehingga mereka harus diperkenalkan apa itu pemilu, bagaimana pentingnya pemilu bagi generasi muda ini. Kemudian, bagaimana dia berpartisipasi ketika kesadaran itu muncul maka bisa menggerakkan mereka. Betapa pentingnya memilih pemimpin terbaik yang bisa menjadi driver mereka untuk memimpin Indonesia.

Karena bagaimanapun, menurut kami, mereka lah yang membutuhkan. Dua sisi harus bergerak, artinya kepentingan generasi muda terhadap pemerintahannya, demokrasi. Dampak dari perubahan kepemimpinan bagi mereka juga harus dipahamkan.
Tentu juga kami dari penyelenggara pemilu dan seluruh instrumen negara bisa menggerakkan dan menyadarkan mereka ditarik ke ruang yang mungkin baru atau belum biasa. Bahwa demokrasi itu menjadi pilihan rasional bangsa Indonesia untuk memilih pemimpinnya.

Kita telah sepakat bahwa ini (pemilu) jalur kita. Maka untuk bisa memberikan jaminan kepada mereka, tentu kita ajak berpikir masa depan mereka. Bahwa harus ada demokrasi yang sehat, baik dan berbasis partisipasi bagi generasi-generasi muda.

3. Apa yang harus dilakukan calon peserta pemilu dan partai politik untuk menggaet generasi milenial dan Gen Z?

[WANSUS] Menggaet Milenial dan Gen Z, Generasi Kunci Pemilu 2024 Ilustrasi Pilkada (IDN Times/Mardya Shakti)

Kalau bicara tingkat partisipasi pemilih maka tentu tidak hanya tugas KPU tetapi juga menjadi tugas peserta pemilu. Ada partai politik, calon presiden, calon DPD, calon DPR/DPRD, mereka juga harus bergerak ke wilayah itu. Bahwa untuk menarik minat generasi milenial maka mereka juga harus punya kekayaan metode dalam memperkenalkan diri dan menyampaikan gagasan.

Karena bagaimanapun, kita punya jalur komunikasi yang intens sudah banyak sekali. Ini juga harus bisa kita manfaatkan dengan baik sebagai penyelenggara pemilu, dan teman-teman media juga harus menawarkan metode efektif untuk menggaet generasi muda, generasi milenial.

Baca Juga: KPU NTB Buka Rekrutmen Ribuan Petugas PPK dan PPS Pemilu 2024 

4. Bagaimana KPU NTB memberikan pendidikan politik bagi generasi milenial dan Gen Z?

[WANSUS] Menggaet Milenial dan Gen Z, Generasi Kunci Pemilu 2024 Ilustrasi bendera partai politik (ANTARA FOTO/Ampelsa)

Kalau pendidikan politik saya kira kita punya tawaran yang menarik untuk menarik generasi muda itu dengan menawarkan apa rasionalitas pemilu. Kenapa kita harus berpemilu, kenapa politik rasional itu penting, kenapa penyebaran hoaks menjadi tidak menarik, kemudian politik identitas yang berlebihan juga tidak pas, ketika ruang kita antar orang bercengkrama dimana saja.

Maka orang akan mengukur, keterpilihan ini diukur dari mana? Kapasitas, kompetensi tentu kita gerakkan di sana. Profesionalitas calon-calon pemimpin juga. Makanya, saya sering berguyon bahwa pemimpin kita juga harus punya tawaran. Isi otak mereka seperti apa, pikiran mereka membawa Indonesia seperti apa, membawa NTB seperti apa. Membawa aspirasi publik di DPR juga seperti apa.

Sehingga mengapa kampanye-kampanye pemilu itu sudah banyak melibatkan tidak hanya berbentuk fisik, mengumpulkan massa di lapangan. Sekarang sudah mulai bergeser juga. Sejak Pilkada kemarin, kampanye-kampanye di media online dan media sosial juga bisa.
Ini juga menarik dan menjadi tantangan bagi media online dan media mainstream yang ada, bagaimana tawaran mereka terhadap isu politik ini. Supaya isu politik ini bisa dinikmati semua kalangan.Apalagi yang konsennya ke milenial, ada metode untuk mendekati mereka.

Kalau generasi milenial gak perlu serius-serius. Bicara di kafe cukup atau tempat-tempat menarik menyampaikan tentang pemilu, cukup bagi mereka. Dan gak perlu sosialisasi yang panjang-panjang.

5. Berapa target partisipasi pemilih pada pemilu 2024 di NTB?

[WANSUS] Menggaet Milenial dan Gen Z, Generasi Kunci Pemilu 2024 Ilustrasi Pemilu (IDN Times/Arief Rahmat)

Pada pemilu 2019, tingkat partisipasi pemilih di atas 81 persen baik Pilpres maupun Pileg. Tantangan pada 2024, apakah bisa mencapai itu. Kalau kita gagal menggaet generasi milenial, maka kemungkinan itu gak akan tercapai. Apalagi dikatakan hasil surveinya 60 persen pemilih milenial dan Gen Z pada pemilu 2024.

Maka tentu, segmen ke mereka juga harus lebih besar dalam penyampaian sosialisasi pemilu. Dan ini harus menjadi konsen juga peserta pemilu, karena yang lebih mudah menggaet mereka adalah peserta pemilu. Baik partai politik, calon presiden dan wakil presiden, calon gubernur dan calon bupati/walikota.

Karena merekalah yang akan dipilih. Kalau KPU hanya menyosialisasikan pemilu. Semakin partisipatif hasil pemilu maka semakin diterima publik. Tapi kalau partisipasi rendah, maka publik meragukan hasil pemilu.

Baca Juga: Surplus Ratusan Ribu Ton, NTB Tolak Impor Beras

6. KPU akan melibatkan mahasiswa sebagai penyelenggara pemilu. Bagaimana dengan di NTB?

[WANSUS] Menggaet Milenial dan Gen Z, Generasi Kunci Pemilu 2024 Pengumuman rekrutmen PPK dan KPPS Pemilu 2024. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Salah satu yang digagas KPU RI, bagaimana melibatkan mahasiswa sebagai penyelenggara pemilu di level KPPS. Kita menawarkan kampus bisa mengambil segmen menjadi penyelenggara pemilu. Kalau selama ini biasanya menjadi pemantau atau pengawas pemilu.

Sekarang, KPU RI membuka ruang itu dan sedang berkomunikasi dengan institusi pendidikan tinggi. Apa programnya yang bisa dikolaborasi agar mahasiswa bisa terlibat. Untuk meyakinkan publik bahwa pemilu ini ketika melibatkan mahasiswa maka trust publik juga akan meningkat.

Kemudian pemilu 2019 juga banyak catatan, petugas yang meninggal. KPU kemudian mengatur skala usia yang bisa menjadi penyelenggara maksimal 55 tahun, kalau dulu tidak diatur. Tentunya yang tidak punya potensi penyakit yang bisa berisiko.

Karena penyelenggara pemilu penuh tekanan. Dia juga harus bisa memanfaatkan teknologi informasi. Sekarang kita juga seleksi PPK, daftar lewat SIAKBA. Ketika lulus CAT maka kita wawancara. Ini bagian juga dari transparansi sehingga trust publik juga semakin baik.

7. Bagaimana upaya KPU NTB supaya generasi milenial dan Gen Z tidak gampang terpengaruh politik uang?

[WANSUS] Menggaet Milenial dan Gen Z, Generasi Kunci Pemilu 2024 Kantor KPU Provinsi NTB. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Kami meyakini bahwa pemilih milenial ini basis pendidikannya baik. Dengan basis pengetahuan yang bagus, dapat mengakses media-media yang ada di gadget. Kampanye kita harus mengikuti tren mereka. Mereka bisa menjadi pelaku di adegan-adegan stop politik uang.

Kalau pemimpin yang terpilih tidak sesuai ekspektasi mereka, maka perkembangan mereka juga akan sulit. Hal-hal seperti ini yang kita sadarkan. Pertama, kita harus siapkan kampanye yang lebih menarik, masuk akal, reasoningnya ada.
Sehingga memilih itu basis rasionalitasnya ada. Kemudian alat ukurnya ada seperti kapasitas, profesionalitasnya dan jejaring pemimpin. Calon pemimpin harus bisa menawarkan itu.

Peserta pemilu harus menangkap peluang ini sebagai peluang meningkatkan pundi-pundi pemilihnya. Sekarang tren-tren survei juga sudah menyasar generasi muda. Partai mana yang dipilih generasi muda, calon presiden mana yang disenangi generasi muda.

Ini menjadi menarik bahwa mereka (generasi Milenial dan Gen Z) bisa menjadi penentu pemilu 2024. Karena menjadi penentu, basis pengetahuannya harus kita dongkrak, basis kesadaran dan komitmen kebangsaan juga harus diperkuat. Kita harus bertanggungjawab menyelamatkan Indonesia melalui pemilu yang lebih bermartabat, no politik uang, tidak menyebar hoaks, ujaran kebencian.

Baca Juga: Berlaku 1 Januari 2023, ini Rincian UMK 10 Kabupaten dan Kota di NTB 

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya