Kasus DBD di Bima Meningkat, 4 Bulan 45 Warga Terjangkit

Bima, IDN Times - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dari tahun ke tahun terus bertambah. Di tahun 2024 ini, mulai Januari hingga April sudah 45 warga dilaporkan terjangkit DBD.
"Hingga April kemarin, tercatat 45 warga diserang DBD dan dominasi usia anak-anak. Untuk bulan Mei ini masih direkap," kata Penanggung Jawab Program DBD Dinas Kesehatan (Dikes) Kabupaten Bima, Ilyas Mahmud dikonfirmasi IDN Times, Kamis (16/5/2024).
1. Lingkungan kotor

IIyas mengatakan, banyak faktor jadi pemicu warga Bima sehingga mudah diserang DBD. Diantaranya, mereka mengabaikan pola hidup sehat dan kurangnya asupan makanan bergizi.
"Lingkungan masyarakat kita masih cukup kotor. Banyak wadah terbuka berisi air, belum lagi sanitasi belum bagus, sampah plastik dan kaleng berisi air berserakan," katanya.
Menurut dia, di sejumlah titik tersebut menjadi tempat berkembang biak nyamuk. Karena nyamuk biasanya bertelur hingga menjadi jentik di genangan air yang kotor.
"Harusnya dibersihkan, gak boleh kita biarkan lama-lama genangan air. Karena disitu tempat nyamuk bertelur dan berkembang biak," bebernya.
2. Kasus impor

Selain karena faktor lingkungan, munculnya kasus DBD juga karena kasus yang dibawa oleh pendatang baru dari luar daerah yang juga penderita DBD. Cara penularan virus melalui nyamuk usai menggigit pasien yang bersangkutan.
"Nah nyamuk yang gigit pasien ini jika menggigit warga lokal, itu secara otomatis virusnya bisa menular ke orang yang bersangkutan," jelas dia.
Kasus demam berarah di Kabupaten Bima tahun ini diakui menurun dibandingkan tahun 2023 lalu. Dimana saat itu, kasus DBD capai ratusan kasus bahkan tiga orang pasien sampai meninggal dunia.
"Alhamdulillah, tahun 2024 menurun karena curah hujan rendah. Sehingga tidak banyak meninggalkan genangan air di pemukiman warga yang jadi pemicu berkembang biaknya nyamuk," jelas dia.
3. Kesadaran warga akan hidup sehat masih minim

IIyas mengatakan, ragam upaya dilakukan Dikes Bima dan jajaran puskesmas menekan kasus DBD. Selain pemberantasan sarang nyamuk, berikan obat pembasmi jentik, hingga turun melakukan foging di desa-desa.
Kemudian setiap kesempatan masyarakat juga kerap diberikan sosialisasi soal pola hidup sehat dan cara pencegahan DBD. Hanya saja, hasil dari sosialisasi belum terlaksana dengan maksimal.
"Saat kita turun sosialisasi dan pemberantasan sarang nyamuk, masyarakat terlibat sadar. Namun tidak lama setelah kegiatannya, mereka biarkan lagi lingkungannya kotor," katanya.
Disinggung skema pencegahan lain DBD, ia mengaku belum ada surat edaran ataupun petunjuk dari pemerintah provinsi hingga pusat. Artinya, Dikes Bima dan jajaran kedepannya masih menerapkan pola yang sama dalam pencegahan DBD, meski tidak efektif.
"Belum ada petunjuk dari provinsi dan pusat soal skema penanganan DBD terbaru," pungkasnya.