Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Juara 5 BRIncubator, Ini Perjalanan Setia Pearl pada Industri Kreatif

Owner Setia Pearl, Setiawati saat mengikuti pameran Inacraft 2025 di Jakarta. (Dok. Setiawati)

Mataram, IDN Times - Lombok tidak hanya terkenal dengan keindahan alamnya, tetapi juga sebagai pusat penghasil mutiara berkualitas tinggi. Salah satu pelaku usaha yang turut mengangkat pamor mutiara Lombok adalah Setiawati, ia adalah pemilik bisnis mutiara bernama Setia Pearl.

Usaha perhiasan mutiara ini berkembang pesat sejak didirikan pada tahun 2018, hanya tiga bulan setelah gempa besar mengguncang Lombok saat itu. Setia Pearl juga merupakan salah satu Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang mengikuti BRIncubator 2024. Setiawati membawa Setia Pearl pada peringkat ke-5 dari 30 UMKM se-Indonesia yang mengikuti program tersebut.

Sebelum terjun ke dunia bisnis, Setiawati sempat menjadi fasilitator di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk melakukan asesmen terhadap bangunan yang rusak akibat gempa. Dalam pekerjaannya, ia melihat banyak toko tutup karena sepinya sektor pariwisata. Dari situ, muncul rasa empati dan keinginan untuk membantu membangkitkan kembali perekonomian para pelaku usaha, khususnya perajin mutiara di Kecamatan Sekarbela, Kota Mataram.

Berawal dari sekadar membantu memasarkan produk perajin, Setiawati berhasil mengembangkan jaringan. Saat ini, ia memiliki banyak reseller di berbagai daerah di Indonesia.

"Selama dua tahun saya membantu pemasaran mereka, sampai akhirnya saya memiliki 278 reseller di seluruh Indonesia," kenangnya saat wawancara bersama IDN Times, Kamis (20/3/2025).

Menariknya, bisnis ini dimulai tanpa modal sama sekali. Ia menerapkan sistem pre-order. Di mana produk dipesan terlebih dahulu sebelum dikirim ke pelanggan.

“Saya tidak pernah mau mengirim barang sebelum pembayaran diterima, karena khawatir terjadi kendala di tengah jalan,” tambahnya.

Kini, bisnisnya semakin berkembang dengan menggandeng lebih banyak perajin lokal. Dengan dukungan komunitas dan mitra bisnis, Setia Pearl semakin dikenal di berbagai kalangan.

Aktif mengikuti pameran

Produk Setia Pearl di pameran Internasional Jewelry Expo di Surabaya. (Dok. Setiawati)

Setia Pearl mulai dikenal luas setelah mengikuti pameran pertama pada tahun 2020 di bawah naungan Kementerian Perdagangan RI. Kesempatan ini membuka jalan bagi bisnisnya untuk mendapatkan pelatihan dari berbagai kementerian, termasuk Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, serta Kementerian Perindustrian RI. Partisipasi dalam Inacraft Jakarta yang diselenggarakan oleh Pertamina baru-baru ini juga semakin memperkuat eksistensi Setia Pearl di pasar nasional.

Setia Pearl memiliki toko di berbagai kota, seperti Bali, Batam, Lombok dan Surabaya. Produknya tidak hanya dijual di toko, tetapi juga dipasarkan melalui platform seperti LinkUMKM BRI.

“Kami juga sedang melakukan survei untuk membuka cabang di Padang, serta merenovasi toko utama di Jalan Dakota, Kelurahan Rembiga, Kota Mataram agar semakin nyaman bagi pelanggan,” ujar Setiawati.

Ekspansi ini tidak hanya didorong oleh permintaan pasar yang meningkat, tetapi juga karena keinginan Setiawati untuk memperluas dampak sosial bisnisnya. Dengan membuka cabang di lebih banyak kota, ia berharap bisa menciptakan lebih banyak lapangan kerja bagi masyarakat sekitar dan mendukung perajin lokal untuk berkembang bersama.

Menjangkau berbagai segmen pasar

Salah satu outlet Setia Pearl. (Dok. Setiawati)

Pada awalnya, Setia Pearl menargetkan pasar menengah ke bawah, mengikuti preferensi para reseller yang lebih banyak mencari produk dengan harga terjangkau. Namun, seiring perkembangan, Setia Pearl kini juga merambah segmen menengah ke atas, termasuk pelanggan dari kalangan pejabat dan sosialita.

“Pejabat dan anggota DPR juga ada yang menjadi langganan kita. Mereka membeli produk dengan grade A dari mutiara laut,” ujarnya.

Meskipun demikian, produk yang paling laris tetap berasal dari segmen menengah ke bawah. Gelang, cincin, kalung, dan anting dengan harga antara Rp50 ribu hingga Rp500 ribu menjadi favorit pelanggan, terutama di daerah wisata seperti Bali. Dalam sebulan, Setia Pearl mampu memproduksi sekitar 1.600 unit perhiasan untuk empat outlet yang beroperasi saat ini.

Selain menjual produk jadi, Setia Pearl juga menerima pesanan custom sesuai dengan keinginan pelanggan. Beberapa desain eksklusif bahkan dipesan langsung untuk keperluan acara khusus seperti pernikahan dan pesta formal. Layanan ini menjadi nilai tambah yang menarik bagi pelanggan yang menginginkan perhiasan dengan sentuhan personal.

Tantangan dan harapan ke depan

Piala sebagai juara 5 BRIncubator 2024. (Dok. Setiawati)

Dalam perjalanan bisnisnya, Setiawati menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya adalah maraknya peredaran mutiara palsu yang membuat wisatawan ragu akan keaslian produk. Selain itu, ekspansi bisnis ke kota-kota lain seperti Medan, Banjarmasin, dan Jakarta terhambat oleh keterbatasan modal dan tenaga kerja.

“Kendala utama ada di SDM, terutama tenaga penjualan yang kurang aktif. Saat ini, tiap toko kami memiliki dua karyawan dan satu staf di bagian packing,” jelasnya.

Dari segi pemasaran, Setia Pearl lebih fokus pada promosi melalui Instagram dan Facebook. Meskipun sudah masuk ke Shopee, Setiawati memilih untuk tidak terlalu aktif di sana agar tidak mengganggu reseller yang juga berjualan di platform tersebut.

Keikutsertaan Setia Pearl dalam program BRIncubator 2024 dari BRI menjadi bukti komitmen Setiawati dalam mengembangkan bisnisnya. Dalam program pelatihan selama enam bulan tersebut, ia berhasil meraih peringkat kelima. Sebagai usaha rintisan, ini adalah hal yang cukup membanggakan.

“Harapan saya ke depan, semakin banyak produk yang terjual sehingga omzet meningkat dan lebih banyak perajin yang mendapatkan pesanan. Dengan begitu, kami bisa membuka lebih banyak lapangan pekerjaan,” ujarnya.

Dengan semangat dan dedikasi yang tinggi, Setiawati terus berinovasi dalam mengembangkan usahanya. Ia percaya bahwa dengan kerja keras dan strategi pemasaran yang tepat, Setia Pearl dapat menjadi merek perhiasan mutiara lokal yang tidak hanya dikenal di Indonesia, tetapi juga di pasar internasional.

BRIncubator dan Rumah BUMN

Rumah BUMN merupakan inisiatif dari Kementerian dan Perusahaan BUMN untuk memberdayakan ekonomi kerakyatan. Khususnya bagi UMKM yang di dalamnya menjadi pusat literasi serta inkubasi bisnis.

Sejak pertama kali didirikan pada 2017, saat ini telah tersebar sebanyak 54 Rumah BUMN milik BRI di seluruh Indonesia. BRIncubator sendiri bekerja sama dengan Rumah BUMN untuk menjaring UMKM bekualitas yang siap dipasarkan melalui LinkUMKM.

Mengutip dari bri.co.id, Direktur Bisnis Mikro BRI, Supari mengatakan bahwa program Rumah BUMN ini sangat efektif memberdayakan pengusaha di segmen mikro bahkan lebih kecil lagi sampai dengan level ultra mikro untuk tumbuh dan berkembang. Apalagi saat ini, BRI telah memiliki Holding Ultra Mikro (UMi). Program ini mengintegrasikan proses bisnis Pegadaian dan Permodalan Nasional Madani (PNM), sehingga dapat mempercepat tujuan UMKM naik kelas.

“Kami punya 54 titik Rumah BUMN yang sudah memiliki lebih dari empat ratus ribu anggota. Program seperti ini kami akan perkuat di program yang menjangkau segmen mikro yang lebih bawah lagi, atau yang disebut ultra mikro. Kami bekerja sama dengan PNM dan Pegadaian yang sudah menjadi bagian dari Holding Ultra Mikro. Kita akan persolid dan permudah serta percepat UMKM mulai dari ultra mikro ke mikro hingga menjadi pelaku usaha yang difasilitasi pinjaman komersial,” ucap Supari.

Melalui Rumah BUMN, UMKM diberdayakan untuk melek teknologi dengan digitalisasi hingga mampu ekspor. Tercatat, dari total UMKM yang terdaftar, sudah 49.148 UMKM Go Digital, yang 22.648 di antaranya Go Online, serta 872 UMKM di antaranya sudah Go Global.

Ada pun sektor yang dibina oleh Rumah BUMN BRI adalah industri kreatif seperti fesyen, food and beverages, accessories & beauty, serta home decor & craft sebanyak 89.629 UMKM. Sisanya sebanyak 328.959 UMKM berasal dari sektor industri lainnya seperti jasa perdagangan, layanan, pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, dan masih banyak lagi.

Share
Topics
Editorial Team
Linggauni
Yogie Fadila
Linggauni
EditorLinggauni
Follow Us