5 Tanda Kamu sedang Mengalami Impostor Syndrome

Pernah merasa tidak pantas atas pencapaianmu sendiri? Atau merasa seperti "menipu" orang-orang karena mereka menganggapmu lebih kompeten dari kenyataannya? Jika iya, kamu mungkin mengalami impostor syndrome.
Istilah ini menggambarkan pola pikir di mana seseorang meragukan prestasi pribadinya dan terus-menerus takut dianggap sebagai penipu, meskipun bukti eksternal menunjukkan bahwa ia kompeten dan berhasil. Impostor syndrome dapat dialami oleh siapa saja, terlepas dari usia, gender, atau latar belakang profesional.
Bahkan tokoh-tokoh terkenal seperti Michelle Obama dan Tom Hanks pernah mengaku mengalaminya. Jika tidak disadari, kondisi ini dapat merusak kepercayaan diri, menghambat pertumbuhan karier, dan berdampak pada kesehatan mental secara keseluruhan.
Berikut 5 tanda umum kamu mungkin sedang mengalami impostor syndrome.
1. Merasa tidak layak meski sudah berprestasi

Orang yang mengalami impostor syndrome sering merasa bahwa pencapaiannya hanyalah hasil dari keberuntungan, bukan usaha atau kemampuan. Misalnya, ketika berhasil mendapat promosi atau penghargaan, mereka mungkin berkata dalam hati, “Aku cuma kebetulan beruntung” atau “Orang lain sebenarnya lebih pantas”.
Padahal, jika dilihat secara objektif, keberhasilan tersebut jelas merupakan hasil dari kerja keras dan kompetensi. Namun, mereka cenderung mengabaikan fakta ini dan tetap merasa tidak layak. Ini bisa berujung pada ketakutan konstan bahwa suatu saat “akan ketahuan” bahwa mereka sebenarnya tidak sebaik yang orang kira.
2. Terus menerus meragukan diri sendiri

Rasa tidak yakin dengan kemampuan pribadi adalah ciri khas dari impostor syndrome. Bahkan setelah menyelesaikan tugas atau proyek dengan baik, seseorang bisa tetap merasa cemas dan meragukan hasil kerjanya. Ia akan bertanya-tanya, “Apa ini cukup bagus?” atau “Apa mereka akan kecewa kalau tahu aku nggak sehebat itu?”
Keraguan yang terus-menerus ini bisa menguras energi mental dan membuat seseorang menahan diri dari mengambil tantangan baru, karena takut gagal atau takut mengecewakan ekspektasi orang lain. Dalam jangka panjang, ini bisa menahan perkembangan pribadi dan profesional.
3. Kesulitan menerima pujian

Seseorang dengan impostor syndrome akan merasa tidak nyaman saat menerima apresiasi atau pujian. Mereka cenderung merespons dengan meremehkan kontribusinya sendiri, seperti “Ah, aku cuma bantu sedikit kok” atau “Itu semua karena tim, bukan aku”.
Kesulitan menerima pujian bukan karena rendah hati, tapi karena ada keyakinan dalam diri bahwa mereka tidak benar-benar layak diapresiasi. Ini bisa menghambat mereka dalam membangun rasa percaya diri yang sehat dan memperkuat pandangan negatif terhadap diri sendiri.
4. Takut gagal secara berlebihan

Bagi yang mengalami impostor syndrome, kegagalan dianggap sebagai pembuktian bahwa semua ketakutan mereka selama ini benar adanya. Mereka sangat takut gagal, karena merasa itu akan “membongkar” identitas mereka yang selama ini dianggap hebat oleh orang lain.
Akibatnya, mereka mungkin terlalu perfeksionis, menunda-nunda pekerjaan karena takut hasilnya tidak sempurna, atau bahkan menghindari tantangan sama sekali. Ini menjadi siklus yang melelahkan secara emosional dan memperkuat rasa tidak percaya diri.
5. Membandingkan diri secara tidak sehat

Impostor syndrome juga sering membuat seseorang membandingkan dirinya secara terus-menerus dengan orang lain, terutama mereka yang dianggap lebih sukses atau pintar. Mereka merasa pencapaian orang lain lebih “asli” dan lebih layak dibandingkan pencapaian diri sendiri.
Padahal setiap orang memiliki jalannya masing-masing. Tapi dalam pola pikir impostor syndrome, semua keberhasilan pribadi dianggap biasa saja, sementara keberhasilan orang lain selalu terlihat luar biasa. Ini bisa sangat merusak dan mengikis rasa syukur atas perjalanan yang sudah ditempuh.
Impostor syndrome bukanlah kondisi yang bisa diabaikan begitu saja. Ia bersembunyi dalam suara hati yang terus meremehkan diri sendiri dan menyabotase kebahagiaan atas keberhasilan yang sah.
Mengenali tanda-tandanya adalah langkah pertama untuk mengatasinya. Dengan kesadaran, dukungan, dan pendekatan psikologis yang tepat, siapa pun bisa lepas dari belenggu rasa tidak layak ini, dan mulai benar-benar menerima dirinya sendiri.
Itulah 5 tanda umum kamu mungkin sedang mengalami impostor syndrome.