5 Tips Parenting untuk Orangtua Introver yang Memiliki Anak Ekstrover

Menjadi orangtua adalah perjalanan yang penuh tantangan, terutama ketika kepribadian orangtua dan anak berseberangan. Salah satu skenario yang sering terjadi adalah ketika orangtua yang cenderung introver memiliki anak dengan kepribadian ekstrover.
Perbedaan ini sering kali memicu kebingungan dan kelelahan bagi orangtua. Rasa bersalah bisa muncul ketika orangtua merasa tidak mampu memenuhi kebutuhan sosial anak.
Di sisi lain, anak juga bisa merasa kurang dipahami ketika orangtua kesulitan mengimbangi energinya. Namun, penting untuk diingat bahwa perbedaan ini bukan hambatan, melainkan peluang untuk tumbuh bersama.
Berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu orangtua introver mendukung perkembangan anak ekstrover tanpa merasa kewalahan.
1. Kenali batasan energi yang dimiliki

Sebagai orangtua introver, memahami dan menghormati kapasitas energi diri sendiri adalah langkah pertama. Kamu mungkin tidak bisa menemani anak dalam aktivitas sosial yang melelahkan sepanjang hari, dan itu wajar.
Sadari kapan kamu butuh istirahat atau butuh waktu menyendiri untuk mengisi ulang energi. Komunikasikan hal ini dengan pasangan atau support system lain sehingga anak tetap bisa aktif.
Berikan pengertian kepada anak bahwa orangtua pun memiliki kebutuhan untuk merasa nyaman. Gunakan kalimat sederhana seperti, “Mama/Papa butuh waktu sebentar untuk beristirahat ya, nanti kita bermain lagi.”
Dengan mengenalkan konsep batasan, anak akan belajar bahwa setiap orang memiliki caranya sendiri untuk menjaga keseimbangan.
2. Fasilitasi aktivitas sosial anak

Meskipun energimu terbatas, itu tidak berarti kebutuhan anak untuk bersosialisasi harus diabaikan. Carilah cara kreatif untuk memfasilitasi aktivitas sosialnya. Kamu bisa mendaftarkan anak ke kegiatan seperti klub olahraga, seni, atau pertemuan komunitas yang memungkinkan ia berinteraksi dengan teman sebaya.
Jika menemani anak ke acara sosial terlalu melelahkan, mintalah bantuan dari pasangan atau kerabat. Kamu juga bisa membuat playdate dengan teman anak di rumah agar lebih terkendali. Dengan memfasilitasi anak, ia tetap merasa didukung tanpa harus selalu bergantung pada kehadiranmu.
3. Ciptakan rutinitas yang seimbang

Anak ekstrover cenderung ingin selalu aktif dan terlibat dalam kegiatan yang merangsang energinya. Namun, penting untuk menanamkan keseimbangan dalam rutinitas sehari-hari.
Atur waktu untuk bermain, belajar, berinteraksi, dan juga waktu tenang di rumah. Anak ekstrover pun perlu belajar bahwa istirahat itu penting.
Rutinitas yang seimbang tidak hanya membantu anak berkembang, tetapi juga memberimu ruang untuk mengatur energi. Libatkan anak dalam menyusun jadwal agar ia merasa memiliki kendali atas aktivitasnya.
Dengan cara ini, anak tetap mendapat kebebasan, sementara kamu bisa menciptakan waktu untuk diri sendiri.
4. Komunikasikan perasaanmu dengan jujur

Keterbukaan dalam komunikasi adalah kunci dalam menghadapi perbedaan kepribadian. Jelaskan kepada anak, dengan bahasa yang sederhana, bagaimana perasaanmu. Misalnya, “Mama merasa capek kalau terlalu lama di tempat ramai, tapi Mama senang kalau kamu bahagia bermain dengan teman-teman.”
Dengan jujur tentang perasaanmu, anak akan belajar empati dan memahami bahwa setiap orang itu unik. Ini juga membuka ruang bagi anak untuk lebih menghargaimu sebagai orangtua. Kejujuran yang lembut akan memperkuat hubungan antara orangtua dan anak meskipun sifat keduanya berbeda.
5. Temukan aktivitas yang bisa dinikmati bersama

Carilah aktivitas yang bisa menjadi titik temu antara kebutuhanmu yang introver dan energi anak yang ekstrover. Misalnya, membaca buku bersama di taman, berjalan-jalan santai, atau bermain permainan papan yang interaktif namun tidak terlalu ramai.
Aktivitas semacam ini tetap memberikan stimulasi sosial untuk anak, tetapi dalam suasana yang nyaman untukmu.
Menciptakan momen berkualitas bersama akan membantumu merasa lebih dekat dengan anak tanpa merasa kewalahan. Aktivitas yang menenangkan tetapi tetap melibatkan interaksi seperti ini bisa menjadi cara efektif untuk membangun ikatan yang kuat antara orangtua dan anak.
Menjadi orangtua introver bagi anak ekstrover memang penuh tantangan, tetapi bukan berarti tidak mungkin untuk dijalani. Dengan memahami kebutuhan masing-masing pihak dan berkomunikasi dengan baik, perbedaan ini justru bisa memperkaya hubungan.
Ingatlah bahwa kepribadian yang berbeda bukan hambatan, melainkan kesempatan untuk saling belajar dan tumbuh.