Wali Kota Kupang Tak Yakin Ratusan Siswa Keracunan Akibat MBG

Kupang, IDN Times - Wali Kota Kupang, Christian Widodo, meminta waktu paling lama 2 hari ke depan. Ia belum bisa memastikan keracunan yang dialami ratusan siswa SMPN 8 Kota Kupang, Selasa (22/7/2025), ini benar-benar akibat makan bergizi gratis (MBG).
Namun begitu ia menduga keracunan massal ini berasal dari makanan yang dikonsumsi secara bersamaan dalam jumlah besar. Sementara ini, ia menunggu diagnosa dari dokter lebih lanjut dari dokter yang menanganinya.
1. Tunggu uji laboratorium

Christian menyebut dirinya juga akan mengidentifikasi menu makanan apa yang sebelumnya dikonsumsi para siswa sehingga bisa mengalami hal ini. Ia pun membutuhkan diagnosa lengkap untuk meyakinkan kasus ini akibat keracunan MBG.
"Teman-teman bersabar, kasih waktu kami 1 atau 2 hari ini untuk menindaklanjuti dan mengevaluasi ini supaya tidak terulang lagi. Ya kita periksa dulu. Darahnya diperiksa, fesesnya diperiksa di laboratorium," tandas dia usai meninjau para siswa di Rumah Sakit Mamami Kupang.
2. Belum ada langkah hukum

Menurut dia terlalu terlalu dini untuk mengklaim MBG menjadi sumber keracunan massal terhadap siswa SMPN 8 Kota Kupang.
"Itu kita berpikir terlalu jauh, kan kita pastikan dulu ini dari MBG betul atau tidak," tukasnya.
Soal langkah hukum pun, kata dia, perlu evaluasi terhadap Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) terlebih dulu. Ia juga sampai saat itu belum mengetahui SPPG yang menangani hal tersebut.
"Kalau dokternya bilang ini keracunan makanan berarti ada tindakan evaluasi, ada tindak lanjut," ungkap dia.
Ia meminta maaf apabila dalam pelayanan terhadap para siswa masih terdapat kesalahan dan harapannya ini tak lagi terulang.
3. Makanan bau dan masih ada darah

Menurut kesaksian Ryanna Da Gomez selaku guru SMPN 8 Kota Kupang, anak-anak yang menderita nyeri hebat di perut, muntah hingga lemas kemungkinan besar dari MBG pada Senin (21/7/2025). Ia sendiri menemukan daging yang berbau tidak sedap saat akan membaginya ke anak-anak.
"Sempat makanan gratis yang saya bagikan ke anak-anak itu salah satu lauk daging sapinya itu sudah bau seperti tidak layak. Itu yang saya temukan, bukan saja siswa," tukasnya.
Pada hari-hari sebelumnya pun makanan yang dibagikan seringkali basi sehingga tidak banyak yang mengonsumsinya.
"Yang paling sering itu di sayurnya. Sayurnya seringkali basi. Terus yang hari ini tidak sempat dibagikan karena pagi itu anak-anak sudah mengeluh sakit," tambah dia.
Mexiani Laka, murid kelas 8B di SMPN 8 Kota Kupang yang menjadi salah satu korban membenarkan itu. Ia bahkan menyebut daging sapi sehari sebelumnya masih berdarah.
"Buncis, daging sapi, tahu, nasi, dan pisang. Daging sapi itu yang masih ada darah. Sayur juga basi. Lauk rata-rata basi. Ulang-ulang dapat rambut di sayur juga," ceritanya.
Sepulang sekolah, sekitar jam 2 siang, perutnya pun mulai kesakitan. Ia pada dini hari pun sempat keluar masuk kamar mandi hingga tidak bisa tidur.
"Jam 1 dan jam 2 tidak bisa tidur. Masuk kamar mandi terus," kata dia.