Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Upaya Penurunan Stunting, BKKBN dan Pemkab Lotim Libatkan Pengusaha

PT Dok dan Perkapalan Air Kantung (DAK) Cabang Lombok memberikan bantuan telur kepada KRS (IDN Times/Ruhaili)

Lombok Timur, IDN Times - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bersama Pemerintah Kabupaten Lombok Timur (Lotim) menggalang dukungan dari berbagai pihak, untuk menurunkan angka stunting. Salah satu yang digandeng yaitu, perusahaan swasta yang diharapkan bisa menjadi orangtua asuh Keluarga Risiko Stunting (KRS). 

Selain itu, BKKBN juga meluncurkan gerakan, orangtua asuh Cegah Stunting (GENTING). Gerakan ini diharapkan dapat mempercepat penurunan kasus stunting melalui pelibatan aktif berbagai pihak, termasuk kalangan pengusaha.

1. Sasar 38.552 KRS

Kepala Perwakilan BKKBN NTB, saat berkunjungi Bupati Lotim (IDN Times/Istimewa)

Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi NTB, Lalu Makripuddin mengatakan, pemerintah tidak bisa bekerja sendiri dalam menangani stunting, karenanya diperlukan keterlibatan semua pihak, termasuk perusahaan swasta.

"Pengusaha ini sangat dibutuhkan untuk mencapai target penurunan stunting,” ujarnya.

Makripuddin mengatakan bahwa secara nasional, pemerintah menargetkan 1 juta keluarga risiko stunting yang akan dibebaskan dari masalah ini pada tahun 2025. Di NTB sendiri, terdapat 38.552 kepala keluarga (KK) yang termasuk dalam kategori KRS. 

“Mereka harus didampingi hingga tuntas melalui program Genting,” jelas Makrifuddin.

Saat ini, NTB mencatat posisi tertinggi dalam jumlah orangtua asuh stunting, dengan 7.000 KRS yang sudah memiliki orangtua asuh. Namun, targetnya adalah memastikan seluruh 38.552 KRS di NTB memiliki orangtua asuh. Program Genting diharapkan dapat mempercepat penurunan angka stunting, yang selama ini dinilai masih lambat.

“Pendampingan orangtua asuh tidak membutuhkan waktu lama, cukup tiga bulan untuk melihat perubahan signifikan. Namun, pendampingan harus berkelanjutan hingga anak-anak stunting berusia 2 tahun,” tambah Makrifuddin. 

2. Akan libatkan perusahaan tambak udang

Peluncuran program Genting dengan melibatkan pengusaha di Lotim (IDN Times/Ruhaili)

Bupati Lombok Timur, H. Haerul Warisin, menyambut baik inisiatif tersebut dan menegaskan komitmen pemerintahannya untuk menurunkan kasus stunting di wilayahnya. Salah satu langkah konkret yang akan dilakukan adalah mempercepat pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Program ini diharapkan dapat meningkatkan asupan gizi bagi anak-anak yang berisiko stunting.

“Kami juga akan melibatkan kalangan pengusaha, termasuk pengusaha tambak udang, yang memiliki potensi besar sebagai orangtua asuh bagi anak-anak stunting. Dengan dukungan berbagai elemen, termasuk BKKBN Provinsi NTB, kami optimis Lombok Timur dapat menurunkan angka stunting dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia,” tegas Haerul.

3. Gunakan dana CSR dukung program stunting

Bupati Lotim bagi paket sembako kepada warga (IDN Times/Ruhaili)

Salah satu perusahaan swasta yang telah berkomitmen menjadi orang \tua asuh adalah PT Dok dan Perkapalan Air Kantung (DAK) Cabang Lombok. Pada Selasa (18/3/25), perusahaan tersebut menyerahkan telur kepada KRS di Pringgabaya. Staf Bagian General Affair PT DAK, Purnawirawan, menjelaskan bahwa perusahaan siap menjadi orangtua asuh untuk 1.000 KRS dengan memberikan bantuan berupa telur sebagai upaya pencegahan stunting. 

“Kami akan menggunakan dana Corporate Social Responsibility (CSR) untuk mendukung program ini selama tiga bulan ke depan. Ini adalah bentuk kontribusi kami dalam membantu pemerintah menurunkan prevalensi stunting,” ujar Purnawirawan.

Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI), prevalensi stunting di NTB saat ini mencapai 24,6%, meskipun telah mengalami penurunan tertinggi secara nasional sebesar 8,1%. Namun, angka stunting di Lombok Timur masih lebih tinggi, yaitu 27,6%. Hal ini menjadi tantangan serius yang perlu segera diatasi.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Linggauni
Ruhaili
Linggauni
EditorLinggauni
Ruhaili
EditorRuhaili
Follow Us