TKW Asal Bima Korban TPPO, Jatuh dari Lantai 3 hingga Patah Tulang

Bima, IDN Times - Kisah pilu menimpa Asmawati (21), seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW) Arab Saudi asal Desa Simpasai Kecamatan Sape Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Perempuan yang jadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) itu menderita patah tulang tangan dan kaki usai terjatuh dari lantai 3 saat bekerja.
Biaya perawatan di Rumah Sakit (RS) tidak ditanggung oleh majikannya karena dia adalah TKW non-prosedural. Selama pengobatan, pembiayaan terpaksa ia merogoh kantong sendiri dengan dibantu oleh oleh teman-temannya sesama TKW di Arab Saudi.
"Alhamdulillah, biaya pengobatan saya selama dirawat di RS dibantu oleh teman-teman sesama TKW," ungkap Asmawati dihubungi IDN Times, Kamis malam (13/3/2025).
1. Galang dana di medsos untuk ongkos pulang ke Indonesia

Asmawati mengatakan, kini ia telah keluar dari RS dan menginap di kontrakan meski kondisinya belum kembali pulih. Keputusan itu ia ambil lantaran keterbatasan dengan biaya pengobatan.
"Kata dokter, harusnya 9 bulan dirawat baru saya sembuh total. Karena gak ada biaya, saya lalu keluar dari RS dan menginap di kontrakan teman sesama TKW," terangnya.
Karena tidak bisa lagi bekerja, kini ia ingin kembali ke kampung halamannya di Desa Simpasai Kecamatan Sape. Hanya saja, ia terkendala keuangan karena ongkos pemulangannya ke Indonesia lebih kurang menghabiskan biaya Rp20 juta lebih juta.
Agar bisa mendapatkan ongkos sebanyak itu, oleh keluarga dan teman sesama TKW tengah melakukan penggalangan dana di media sosial (Medsos). Dengan harapan, uang cepat terkumpul sehingga bisa segera kembali terbang ke tanah air.
"Uangnya semoga cepat terkumpul biar saya bisa cepat pulang. Karena jujur aja, gak ada yang bisa saya andalkan, selain dari bantuan itu," keluh ibu satu anak ini.
2. Dijanjikan gaji tinggi

Asmawati menceritakan, mulanya ingin jadi TKW karena diiming-imingi gaji tinggi oleh sponsor bernama Sumiati yang merupakan warga Dompu dan Leo dari Sumbawa. Kemudian pada Oktober 2024, ia lalu dikirim untuk jadi TKW Arab Saudi sebagai petugas kebersihan.
Sebelum diterbangkan ke Arab, Asmawati dikirim seorang diri ke Jakarta lalu ditempatkan di penampungan 3 bulan lamanya. Di sana ia bertemu 3 TKW lain asal Bima, Dompu dan Lombok yang dikirim oleh orang yang sama sebagai petugas kebersihan di Arab Saudi.
"Waktu di penampungan saya sempat curiga jadi korban TPPO, saat itu saya sempat hubungi orang yang mengirim, tapi mereka mengelak, dan memastikan jika saya dikirim sesuai aturan serta bakal dapat gaji sesuai perjanjian," ujarnya.
3. Paspor dan HP disita saat tiba di Arab Saudi

Setelah mendapat panggilan ada pekerjaan, Sumiati bersama 3 rekannya kemudian diterbangkan ke Arab Saudi. Setibanya di sana, paspor hingga HP disita dan mereka harus menunggu satu bulan baru dapat panggilan kerja sebagai pengasuh lansia di tempat berbeda.
"Karena gak ada pilihan, saya pun bekerja di situ. Namun pas gajian setelah sebulan kerja, ternyata gaji yang saya terima sedikit, tak sesuai dengan perjanjian awal," tuturnya.
Asmawati mengatakan, ia bersama rekannya sempat menghubungi pihak sponsor untuk komplain ketidaksesuaian gaji. Bukannya mendapatkan solusi, HP mereka justru disita oleh pihak terkait di sana yang merupakan jaringan pengirim.
"Pernah kami komplain ke pengirim, tapi setelah itu HP kami ujung-ujungnya disita oleh kantor," bebernya.
Karena merasa tertipu, Asmawati kemudian kabur dari rumah majikannya tersebut. Sebulan setelah itu, ia bekerja pada majikan lain sebagai Asisten Rumah Tangga (ART) hingga akhirnya terjatuh dari lantai 3 saat mengepel lantai.
"Saya tiba-tiba terjatuh dari lantai 3 saat mengepel lantai," pungkasnya.