Polisi Dalami Motif Perusakan Pagar Pembatas SDN Model Mataram
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Mataram, IDN Times - Sejumlah siswa SMPN 14 Mataram merusak pagar pembatas yang menjadi sekat dengan SDN Model Mataram, Jumat (2/9/2022). Akinatnya, sekat pembatas yang terbuat dari kasiboard itu jebol.
Perusakan sekat pembatas tersebut terjadi sekitar pukul 09.30 Wita. Peristiwa tersebut mengakibatkan para siswa SDN Model Mataram ketakutan dan lari berhamburan keluar kelas. Aparat kepolisian juga telah memasang garis polisi di tempat kejadian perkara (TKP).
1. Polisi dalami motif perusakan
Kapolresta Mataram melalui Kapolsek Sandubaya, Kompol M. Nasrullah menjelaskan peristiwa tersebut diduga dipicu rasa kekesalan siswa SMPN 14 Mataram. Pasalnya bangunan yang digunakan SDN Model Mataram tersebut, masih berstatus pinjaman dari SMPN 14 Mataram.
"Bangunan SDN Model Mataram merupakan milik SMPN 14 Mataram yang dipinjam dengan ketentuan peminjaman selama 2 tahun namun malah berlanjut menjadi 6 tahun atau di luar ketentuan," kata Nasrullah.
Nasrullah menjelaskan aparat kepolisian masih mendalami motif dari aksi perusakan tersebut. Karena peristiwa itu berdampak terhadap kondisi psikis siswa SDN Model Mataram.
Baca Juga: Siswa SMPN 14 Mataram Ngamuk Rusak Pagar Pembatas Sekolah
2. Diarahkan ke Unit PPA Polresta Mataram
Untuk pelakunya, kata Nasrullah, pihaknya mengarahkan ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polresta Mataram. Ia mengimbau kepada orang tua siswa SDN Model Mataram, jika anaknya yang mengalami trauma akibat kejadian ini.
Pihaknya akan mengarahkan ke unit PPA untuk me-recovery psikis anak-anak. Akibat kejadian tersebut, menyebabkan trauma bagi sejumlah murid SDN Model Mataram.
3. Mencoreng citra pendidikan di Kota Mataram
Ketua DPRD Kota Mataram Didi Sumardi menyesalkan peristiwa perusakan tersebut. Terlebih, tindakan siswa SMPN 14 Mataram masuk dalam unsur kekerasan dan mencoreng citra lembaga pendidikan di Kota Mataram, bahkan nasional.
"Dampak besarnya lagi adalah psikis anak-anak kita, mental anak-anak kita bisa terganggu," kata Didi.
Sebelumnya telah ada upaya mediasi antara kedua belah pihak. Namun belum ada kesimpulan disebabkan waktu yang sangat terbatas.
Baca Juga: Terlalu Mahal, NTB Minta Harga Tiket WSBK Diturunkan Jadi Rp50 Ribu