Bule Prancis Takjub Saksikan Tradisi Perang Topat di Lombok 

Baru pertama kali menyaksikan tradisi perang topat

Lombok Barat, IDN Times - Selain dihadiri ribuan masyarakat di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), tradisi perang topat juga menarik perhatian wisatawan asing. Salah satunya bule asal Prancis, Sabrina.

Sabrina mengaku baru pertama kali datang ke Lombok dan menyaksikan tradisi perang Topat di Pura Lingsar, Desa Lingkar, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat. Selain menampilkan tarian-tarian tradisional, Sabrina takjub dengan tradisi perang Topat yang menjadi simbol kerukunan antara umat Islam dan Hindu di Lombok.

1. Tidak pernah melihat event sebesar perang topat

Bule Prancis Takjub Saksikan Tradisi Perang Topat di Lombok Sabrina mendengarkan penjelasan terkait tradisi perang Topat. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Sabrina mengaku tidak pernah melihat event sebesar perang topat di Pura Lingsar yang dihadiri ribuan pengunjung. Ia mengatakan sangat tertarik dengan tarian-tarian tradisional yang ditampilkan di acara tersebut.

"Saya tidak pernah melihat event sebesar ini. Ini sedikit berbeda dengan di Prancis," kata Sabrina.

Baca Juga: Surplus Ratusan Ribu Ton, NTB Tolak Impor Beras

2. Kerukunan umat Islam dan Hindu menjadi daya tarik

Bule Prancis Takjub Saksikan Tradisi Perang Topat di Lombok Tradisi budaya perang Topat di Pura Lingsar Lombok Barat. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Hal lainnya yang membuat dirinya tertarik menyaksikan tradisi perang topat ke Lombok adalah hidup rukunnya dua agama yang berbeda yaitu umat Islam dan Hindu. Hal ini menjadi pemandangan yang menakjubkan dalam satu komunitas.

"Adanya integrasi ini menjadi sesuatu yang sangat menarik," ucap Sabrina.
Event budaya perang Topat kembali digelar setelah dua tahun pandemik COVID-19. Tradisi budaya perang topat berjalan meriah dihadiri ribuan masyarakat dan wisatawan asing.

3. Berkaitan dengan budaya pertanian

Bule Prancis Takjub Saksikan Tradisi Perang Topat di Lombok Tradisi budaya perang topat di Pura Lingsar Lombok Barat. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Perang topat adalah sebuah peristiwa budaya yang sudah menjadi pranata adat yang berkaitan dengan budaya pertanian yang diadakan di taman Kemaliq dan Pura Lingsar. Dalam pura ini, ada dua bangunan besar yakni Pura Gaduh sebagai tempat persembahyangan umat Hindu, dan bangunan Kemaliq yang disakralkan sebagian umat muslim Sasak dan masih digunakan untuk upacara-upacara ritual adat hingga kini.

Masyarakat Desa Lingsar menggelar ritual perang topat pada hari ke-15 bulan ke tujuh pada penanggalan Sasak Lombok, yang disebut purnama sasih kepitu (Purnama bulan ketujuh), atau hari ke 15 bulan keenam pada penanggalan Hindu Bali, yang disebut purnama sasi kenem (Purnama bulan keenam). Perang ini merupakan simbol perdamaian antara umat Muslim dan Hindu di Lombok.

Perang Topat dilakukan dengan saling melempar ketupat di antara masyarakat muslim dengan masyarakat hindu. Ketupat yang telah digunakan untuk berperang seringkali diperebutkan, karena dipercaya bisa membawa kesuburan bagi tanaman agar hasil panen bisa maksimal. Kepercayaan ini sudah berlangsung ratusan tahun, dan masih terus dijalankan hingga saat ini.

Baca Juga: Harga Beras di Lombok Naik, Pedagang: Pembeli Sepi! 

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya