KPAD Kupang Ungkap 2.543 Kasus HIV/AIDS, Pelajar hingga IRT Ikut Terinfeksi

- 35% kasus HIV/AIDS di Kota Kupang disebabkan oleh perilaku gay atau homoseksual, dengan 889 kasus dari total 2.543 kasus. Penularan dari heteroseksual mencapai 64%
- Pekerja swasta jadi yang tertinggi terinfeksi HIV/AIDS di Kota Kupang, diikuti oleh profesi lainnya.
- ODHA di Kota Kupang disiplin minum ARV yang rutin diberikan di 12 puskemas dan 8 rumah sak
Kupang, IDN Times – Komisi Penanggulangan HIV/AIDS Daerah (KPAD) Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), mencatat total 2.543 kasus HIV/AIDS hingga September 2025. Angka tersebut termasuk penambahan empat kasus baru.
Sekretaris KPAD Kota Kupang, Julius Tanggu Bore, mengatakan sebagian besar penularan terjadi melalui hubungan seksual heteroseksual. Setelah itu disusul oleh penularan pada pasangan sesama jenis (lelaki seks lelaki/LSL).
“Para penderita yang terdeteksi sudah mendapatkan perawatan intensif,” kata Julius, Senin (2/12/2025).
1. Kasus gay dan perinatal

Data KPAD menunjukkan, dari total 2.543 kasus yang dihimpun sejak 2020 hingga 2025, sekitar 64 persen atau 1.628 kasus berasal dari penularan heteroseksual. Sementara penularan dari kelompok gay mencapai 35 persen atau 889 kasus.
Sisanya, sekitar 1 persen adalah penularan perinatal, yakni terjadi sejak masa kehamilan atau menyusui.
Kecamatan Oebobo menjadi wilayah dengan temuan kasus terbanyak, yakni 22 persen. Disusul Kecamatan Maulafa dan Kelapa Lima masing-masing 20 persen, Alak 17 persen, Kota Lama 12 persen, dan Kota Raja 11 persen.
2. Pekerja swasta terbanyak

Berdasarkan profesi, pekerja swasta mendominasi temuan dengan 35 persen. Setelah itu kategori profesi campuran atau tidak spesifik sebanyak 18 persen.
Yang mengejutkan, kasus pada ibu rumah tangga (IRT) mencapai 16 persen, sementara pelajar dan mahasiswa mencapai 10 persen—lebih tinggi dibandingkan wanita pekerja seksual langsung (WPSL) yang tercatat hanya 8 persen.
Profesi lain seperti PNS berkontribusi 7 persen, petani 2 persen, serta buruh, TNI/Polri, ojek, dan sopir masing-masing 1 persen.
3. Pemberian obat ARV

Julius menegaskan bahwa Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Kota Kupang rutin mengonsumsi obat Antiretroviral (ARV). Pemberian ARV dilakukan di 12 puskesmas dan 8 rumah sakit.
“Obat ini diberikan sejak pertama kali ODHA terdeteksi. Fungsinya menekan perkembangan virus, bukan menyembuhkan,” ujarnya.
KPAD juga mengoperasikan layanan mobile VCT atau tes HIV sukarela keliling. Sasaran utamanya adalah populasi kunci seperti kelompok gay, perempuan pekerja seks, waria/transgender, serta pelajar, mahasiswa, dan lokasi rawan lainnya.
Menurut Julius, tingginya angka kasus berkaitan erat dengan perilaku seksual berisiko dan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap praktik seks aman.
“Selama perilaku masyarakat belum berubah, virus ini sulit dikendalikan,” tegasnya.


















