Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Kafe Kucing Lombok, Interaktif untuk Pecinta Kucing dan Kopi

Pengunjung Black House Cafe, bermain dengan kucing sambil makan dan nongkrong. (dok. Istimewa)
Pengunjung Black House Cafe, bermain dengan kucing sambil makan dan nongkrong. (dok. Istimewa)

Mataram, IDN Times - Momo dan Kharisma Hariadi, anggota komunitas pecinta kucing, merangkul kepedulian masyarakat terhadap kucing dengan membuka Black House Cafe, kafe kucing pertama di Pulau Lombok.

Terletak di Jalan Tulung Agung No 21 Pagesangan Timur Kota Mataram, kafe ini telah beroperasi sejak tahun 2020.

Momo memulai bisnis makanan secara online pada tahun 2016. Setelah empat tahun, bersama suaminya, mereka memutuskan untuk membuka kafe dengan konsep kucing karena kedua mereka merupakan pecinta kucing.

"Ini adalah konsep kafe kucing pertama di Lombok. Saya sering disamperin kucing ketika makan, dan saya merasa kasihan. Oleh karena itu, saya memberi makan kucing-kucing tersebut. Karena cinta saya pada kucing, maka tema kafe ini adalah kucing," kata Momo dalam wawancara dengan IDN Times pada Sabtu (16/3/2024).

1. Ruangan khusus bagi pengunjung makan bersama kucing

Momo bersama suami Kharisma Hariadi, pemilik kafe kucing di Kota Mataram. (IDN Times/Muhammad Nasir)
Momo bersama suami Kharisma Hariadi, pemilik kafe kucing di Kota Mataram. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Di kafe ini, para pengunjung dapat menikmati makanan dan minuman sambil berinteraksi dengan kucing. Momo menyediakan ruangan khusus di mana pengunjung dapat makan sambil menikmati kehadiran kucing.

"Kami memiliki ruangan khusus bagi pengunjung yang ingin makan sambil menikmati keberadaan kucing. Ada pengunjung yang sebelumnya tidak suka kucing, namun setelah berkunjung ke sini, mereka menjadi menyukainya. Ini juga merupakan bagian dari kampanye kami untuk peduli pada kucing," tambahnya.

Para pengunjung yang memiliki kucing juga dapat berkonsultasi tentang cara merawat dan memelihara kucing dengan baik. Selain dari wilayah Kota Mataram, pengunjung kafe ini juga berasal dari daerah Sumbawa dan bahkan Bandung.

2. Berawal dari rasa kasihan

Pemilik kafe kucing di Kota Mataram Kharisma Hariadi. (IDN Times/Muhammad Nasir)
Pemilik kafe kucing di Kota Mataram Kharisma Hariadi. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Meskipun pengunjung dapat berinteraksi dengan kucing, Momo menegaskan bahwa ada beberapa larangan yang harus diikuti. Misalnya, pengunjung tidak boleh menggunakan laser, terutama yang mengarah ke area mata kucing. Selain itu, pengunjung dilarang meremas atau melemparkan kucing, memberi makan sisa makanan kepada kucing, menyentuh area sensitif kucing, dan bermain kasar dengan kucing.

Momo menyatakan bahwa ia menjadi pecinta kucing setelah bergabung dengan komunitas Lombok Cat Lovers. Mereka sering kali berkumpul dan memberikan makanan kepada kucing jalanan. Kucing-kucing yang mereka temui di jalanan kemudian disterilisasi, dan komunitas ini menggalang dana untuk membantu kucing-kucing tersebut.

"Ada banyak orang yang dengan sengaja membuang kucing di jalanan. Padahal, memelihara kucing tidaklah sulit. Ada berbagai jenis makanan kucing dengan harga yang terjangkau. Mungkin mereka berpikir bahwa memelihara kucing membutuhkan biaya mahal, namun sebenarnya tidak," ucap Momo.

3. Memelihara kucing mendatangkan rizki

Ruangan khusus kucing di Black House Cafe Kota Mataram. (IDN Times/Muhammad Nasir)
Ruangan khusus kucing di Black House Cafe Kota Mataram. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Kini, terdapat sekitar 30 kucing ras yang dipelihara di dalam kafe ini. Momo juga menyebutkan bahwa memelihara kucing adalah panggilan hati, dan sebagai seorang muslim, ia percaya bahwa memelihara kucing dapat mendatangkan rizeki. 

"Kami memberi makan kucing ini sebagai bentuk sedekah kepada hewan yang membutuhkan kita," tambahnya.

Ia berharap agar masyarakat yang tidak menyukai kucing tidak melakukan tindakan kekerasan terhadap mereka, dan mengajak mereka untuk tidak mengabaikan cara-cara memelihara kucing yang baik.

Rosdiana, seorang pecinta kucing di Kota Mataram, bercerita bahwa awalnya ia merasa kasihan pada kucing karena menemukan dua ekor anak kucing yang dibuang di pinggir jalan. Anak kucing tersebut kemudian dibawa pulang dan dipelihara dengan baik. Ia mengajak masyarakat yang menemukan kucing di jalanan untuk mengadopsi dan merawatnya dengan baik.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sri Gunawan Wibisono
Muhammad Nasir
Sri Gunawan Wibisono
EditorSri Gunawan Wibisono
Follow Us