Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

7 Siswa Sekolah Rakyat di NTB Mengundurkan Diri, Ini Penyebabnya!

Sentra Paramita Mataram yang dijadikan sekolah rakyat di NTB. (IDN Times/Muhammad Nasir)
Sentra Paramita Mataram yang dijadikan sekolah rakyat di NTB. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Mataram, IDN Times - Sebanyak tujuh siswa sekolah rakyat di Nusa Tenggara Barat (NTB) mengundurkan diri. Mereka mengundurkan diri dengan berbagai alasan salah satunya tidak terbiasa merantau dan berpisah dengan orangtua.

Saat ini, ada dua sekolah rakyat yang beroperasi di NTB, yaitu sekolah rakyat jenjang pendidikan SMP di Sentra Paramita Mataram. Kemudian sekolah rakyat jenjang pendidikan SMA di Eks Akper Selong Lombok Timur.

Untuk sekolah rakyat di Santra Paramita Mataram menampung sebanyak 100 siswa atau empat rombongan belajar (rombel) terdiri dari 50 laki-laki dan 50 perempuan. Sedangkan sekolah rakyat di Eks Akper Selong Lombok Timur menampung sebanyak 125 siswa, terdiri dari 65 laki-laki dan 60 perempuan.

"Ada yang mengundurkan diri. Kemarin itu sekitar tujuh orang di sekolah rakyat Sentra Paramita maupun eks Akper Selong," sebut Kepala Dinas Sosial NTB Nunung Triningsih, Jumat (25/7/2025).

1. Alasan mengundurkan diri dari sekolah rakyat

IMG_20250724_110444_732.jpg
Kepala Dinas Sosial NTB Nunung Triningsih. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Nunung menyebutkan beberapa alasan tujuh siswa sekolah rakyat mengundurkan diri. Di antaranya, mereka beralasan tidak terbiasa merantau dan belum terbiasa berpisah dengan orang tua. Kemudian, ada juga yang mengundurkan diri karena ikut temannya.

"Ada yang karena temannya mengundurkan diri, dia juga ikut mengundurkan diri. Gak ada teman saya dia bilang. Inilah yang masih kita coba bagaimana memberikan pemahaman," kata Nunung.

Bagi siswa yang mengundurkan diri, langsung diganti siswa cadangan. Nunung menyebut setiap perekrutan calon siswa sekolah rakyat sudah disiapkan cadangan sebesar 10 persen. Dia menjelaskan seleksi sekolah rakyat dilakukan bersama BPS dan BPKP. Calon siswa sekolah rakyat diambil dari masyarakat miskin ekstrem dan miskin atau desil satu dan desil dua.

"Makanya ada yang tidak bersedia jadi siswa sekolah rakyat kita bisa naik ke desil 3. Tapi tetap dengan pendampingan BPS dan BPKP. Jadi kita tidak bisa menentukan sendiri calon siswanya. Profilnya juga digambarkan, bagaimana situasi dan kondisi di rumah. Berapa penghasilan keluarganya," jelas Nunung.

2. Kepala UPT Sentra Paramita Mataram sebut yang mengundurkan diri pada tahap seleksi siswa sekolah rakyat

IMG-20250712-WA0044.jpg
Kepala UPT Sentra Paramita Mataram Arif Rohman. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Terpisah, Kepala UPT Sentra Paramita Mataram Arif Rohman yang dikonfirmasi IDN Times, Jumat (25/7/2025) mengatakan bahwa tujuh siswa yang mengundurkan diri itu pada tahap proses seleksi. Menurutnya, wajar calon siswa sekolah rakyat mengundurkan diri sebelum masuk sekolah atau pembelajaran.

"Yang mengundurkan diri itu ada masa tahapan seleksi, ketika pendekatan, sudah ada surat keterangan orangtua untuk mengizinkan. Setelah ditetapkan sebagai calon siswa oleh bupati, itu akan ada visitasi kedua. Akan ada surat keterangan orang tua bersedia untuk menyekolahkan," jelas Arif.

Bagi calon siswa yang mengundurkan diri maka langsung digantikan calon siswa cadangan. "Begitu ada yang mengundurkan diri, kita sudah punya cadangan banyak. Begitu ada yang mengundurkan diri kita langsung gantikan," terangnya.

Dia membaambahkan bahwa jumlah siswa sekolah rakyat di Sentra Paramita Mataram saat ini sebanyak 100 orang. Begitu juga siswa sekolah rakyat di Eks Akper Selong Lombok Timur sebanyak 125 orang.

"Itu pas proses pencarian siswa dan itu wajar mengundurkan diri. Sebelum sekolah, orang berhak mengundurkan diri. Jadi itu dalam proses pencarian siswa, bukan setelah masuk sekolah," tambahnya.

3. Tak boleh memaksa

WhatsApp Image 2025-07-14 at 11.47.33 (1).jpeg
Para menteri menyapa siswa Sekolah Rakyat di Karadenan, Cibinong, Kabupaten Bogor, Senin (14/7/2025) (IDN Times/Linna Susanti)

Arif menjelaskan bahwa calon siswa yang bersekolah di sekolah rakyat tidak boleh dipaksakan. Sehingga, dalam tahapan seleksi calon siswa, ada surat keterangan dari orangvtua bahwa mereka bersedia menyekolahkan anaknya di sekolahvrakyat.

"Banyak mereka yang mengundurkan diri gak mau model asrama, ada juga yang pingin masuk ponpes. Kita tak boleh memaksakan, kita hanya mengedukasi. Kalau ada yang mengundurkan diri wajar tapi kita berikan pendampingan kepada mereka," terangnya.

Sejak beroperasinya sekolah rakyat di Sentra Paramita Mataram pada 14 Juli lalu, Arif mengungkapkan bahwa memang ada siswa yang menangis karena berpisah dengan orang tuanya.

Terkait kasus seperti ini, pihaknya berkoordinasi dengan pendamping program keluarga harapan (PKH) dan orang tua siswa. Pihaknya memberikan support kepada siswa sekolah rakyat supaya betah. Untuk itu, orang tua siswa sekolahvrakyat dipersilakan datang menjenguk anaknya di Sentra Paramita Mataram.

"Kapan saja orang tua datang, saya perbolehkan datang ke sini. Bahkan kalau perlu tidur, boleh tidur di Sentra Paramita Mataram. Itu untuk case emergency, anaknya nangis untuk sementara boleh orang tuanya tinggal di sini," tandas Arif.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Linggauni -
EditorLinggauni -
Follow Us