Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Program KUR Sapi BRI Dongkrak Ekonomi Peternak di Desa Kesik

Peternak penerima KUR BRI di Lombok Timur. (IDN Times/Linggauni)
Intinya sih...
  • Program KUR BRI membantu petani dan peternak di Desa Kesik, Lombok Timur
  • KUR sapi dapat menambah aset peternak dan meningkatkan keberanian berinvestasi
  • Petugas BRI aktif memberikan informasi tentang KUR kepada warga sekitar

Lombok Timur, IDN Times – Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) menjadi salah satu andalan peternak dan petani di Desa Kesik, Kecamatan Masbagik, Kabupaten Lombok Timur. Sejak 2022, lebih dari 30 warga di Dusun Lingkok Ratu, Desa Kesik, telah memanfaatkan program ini, khususnya untuk pengembangan usaha sapi.

Wilsaini, Koordinator Pengajuan KUR Sapi di Desa Kesik, mengatakan bahwa masyarakat desanya telah merasakan langsung manfaat program ini. Apalagi pengajuannya juga tidak sulit dan dibantu oleh petugas dari BRI.

"Penerima KUR sapi sangat terbantu sekali. Program KUR BRI ini sangat membantu kami sebagai petani dan peternak," ujar Wilsaini kepada IDN Times pada Selasa (22/4/2025).

Menurut Wilsaini, hubungan masyarakat dengan program KUR dari BRI sudah terjalin sejak tiga tahun terakhir. Awalnya, mereka terlibat dalam program pemerintah melalui Himpunan Tani Indonesia (HTI) yang memberikan akses pinjaman bagi petani dan peternak. Namun, setelah program HTI di Lombok Timur tidak lagi berjalan, warga kemudian mengikuti program KUR BRI yang dianggap lebih fleksibel dan berkelanjutan.

“Saya juga merupakan salah satu penerima KUR. Sekarang sudah masuk ketiga kalinya saya dapat KUR dari BRI,” ungkap Wilsaini.

1. Dampak langsung program KUR sapi bagi peternak lokal

Kandang sapi penerima KUR. (IDN Times/Linggauni)

Program KUR sapi terbukti memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi warga. Salah satunya dapat meningkatkan keberanian masyarakat dalam berinvestasi. Jika sebelumnya masyarakat hanya berani mengambil pinjaman Rp15 juta melalui program HTI, kini mereka sudah berani mengajukan KUR hingga Rp100 juta.

Selain itu, melalui KUR ini juga dapat menambah aset peternak. Dengan dana Rp25 juta, peternak bisa membeli dua hingga tiga ekor sapi betina beserta anaknya. Dalam setahun, keuntungan bisa mencapai Rp10 juta bahkan lebih, tergantung harga jual sapi di pasar.

Wilsaini mengatakan bahwa pembayaran KUR itu dilakukan sekali dalam setahun. Sehingga para peternak tidak terbebani cicilan bulanan. Sapi akan dijual sebelum tenggat waktu pembayaran, biasanya satu bulan sebelumnya, sehingga keuntungan bisa langsung dirasakan.

“Begitu sapi terjual kan bisa langsung disetor. Jangka waktunya biasanya setahun. Ini sangat memudahkan kami, karena kami punya waktu yang panjang untuk melakukan pelunasan pinjaman,” jelas Wilsaini.

2. Strategi bertahan di tengah ancaman wabah PMK

Sapi para peternak. (Dok. IDN Times)

Tak selalu mulus, peternak juga sempat menghadapi tantangan saat wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) merebak. Hal ini berdampak langsung pada harga sapi yang anjlok. Ia bersyukur mendapatkan KUR, sebab dari KUR itu dapat membiayai kebutuhan selama memelihara sapinya.

“Dulu sempat terpukul waktu PMK, harga anjlok karena telat dikasih vaksin,” kenang Wilsaini.

Meski demikian, ia mengapresiasi adanya vaksin gratis yang disediakan untuk mengendalikan penyebaran penyakit. Namun, tidak semua sapi milik penerima KUR mendapat vaksin, sehingga tantangan tetap ada. Kondisi ini mendorong warga untuk lebih mandiri dalam mengelola kesehatan ternaknya.

3. Pengajuan mudah, pembayaran ringan dan dukungan penuh dari BRI

Mekanisme pengajuan KUR BRI. (IDN Times/Aditya)

Kemudahan akses pengajuan menjadi salah satu kunci keberhasilan program KUR sapi di Desa Kesik. Warga merasa didampingi dan dibantu penuh oleh pihak BRI.

“Alhamdulillah, Mbak Rika (mantri BRI) sangat baik dalam membantu kita dulu. Karena berawal dari bantuan pemerintah sebelumnya, jadi mudah sekali proses pengajuannya,” kata Wilsaini.

Ia mengatakan bahwa pinjaman KUR yang diajukan oleh warga cukup beragam. Ada yang meminjam Rp15 juta, ada yang meminjam Rp25 juta, kemudian Rp50 juta hingga Rp100 juta.

Wilsaini sendiri mengaku baru saja mengambil KUR senilai Rp50 juta pada Oktober 2024 dan akan menyetor kembali pada Oktober 2025. sebagian masyarakat kini sudah mandiri dan tidak lagi tergantung pada pinjaman, meski tawaran KUR masih terbuka.

“Sangat dimudahkan untuk mengakses KUR BRI. Kami juga merasa terbantu karena bunga KUR sangat ringan,” jelasnya.

Wilsaini berharap program KUR ini dapat terus berlanjut, sehingga bisa membantu lebih banyak peternak di masa mendatang. Menurutnya, program ini sangat bermanfaat, terutama bagi warga yang memiliki keterbatasan modal.

Salah satu petugas KUR BRI atau mantri BRI di Lombok Timur, Rika Venisari mengatakan bahwa dirinya secara aktif memberikan informasi tentang KUR kepada warga sekitar, terutama yang berada di sekitar Kecamatan Masbagik dan Sikur. Ia merasa senang dapat membantu warga dalam mengembangkan usahanya, termasuk bagi para peternak.

“Kami senang kalau nasabah bisa berkembang bersama BRI. Ini adalah suatu kebanggan bagi kami,” ujarnya.

Sementara itu, Pimpinan Cabang BRI Selong, Dito Sanjaya Putra mengatakan bahwa pihaknya juga sangat mendukung perkembangan pertanian dan peternakan. Pada 2024, KUR yang disalurkan pada sektor ini sebesar Rp226 miliar.

“BRI melakukan sosialisasi KUR ke desa/kelurahan, baik atas inisiasi sendiri dari BRI atau pun kolaborasi dengan komunitas tertentu. Kami juga bekerja sama dengan Dinas Koperasi dan UMKM, Rumah BUMN dan Pegadaian untuk mempercepat penyaluran KUR di Lotim,” kata Dito.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Linggauni
Yogie Fadila
Linggauni
EditorLinggauni
Follow Us