5 Ajaran Jepang untuk Menghancurkan Rasa Malas

Semua orang pasti sering terjebak dalam lingkaran rasa malas. Terasa sulit untuk memulai tugas, menunda pekerjaan, dan menghabiskan waktu dengan sia-sia. Sayangnya, masih banyak orang yang merasa keadaan ini adalah hal yang wajar. Padahal, mestinya harus diwaspadai.
Pernahkah kamu berpikir, sudah berapa waktu yang kamu buang hanya untuk bersantai di dalam rumah tanpa melakukan apa-apa? Sementara orang di luar sana yang seumuran dengan kamu sudah mampu berinvestasi, memiliki rumah, pekerjaan yang layak, gaji jauh di atas UMR.
Hidup memang bukan perlombaan, tapi jika kamu tidak berbuat apa-apa, mau sampai kapan kamu berada dalam kondisi yang sama? Tidak bisa dipungkiri rasa malas adalah rintangan yang dihadapi semua orang. Namun, budaya Jepang memiliki beberapa ajaran yang dapat membantu kamu menghancurkan rasa malas dan mencapai tujuanmu.
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut 5 ajaran Jepang untuk menghancurkan rasa malas.
1. Ikigai: menemukan alasan hidupmu

Ikigai, sebuah konsep dari Jepang, menawarkan filosofi hidup yang melampaui kesibukan sehari-hari dan mengantarkanmu pada makna dan tujuan hidup yang lebih dalam. Di balik kesederhanaan kata “Ikigai” yang berarti “alasan untuk hidup”, terdapat perpaduan kompleks antara passion, keahlian, kebutuhan dunia, dan nilai yang kamu junjung tinggi.
Menemukan Ikigai bukanlah tugas yang mudah, melainkan sebuah perjalanan introspeksi yang membutuhkan refleksi mendalam. Ikigai terletak pada empat titik temu yang saling tumpang tindih, yaitu apa yang kamu sukai? Apa yang kamu kuasai? Apa yang dibutuhkan dunia? Apa yang bisa kamu bayar?
Di sinilah kamu menemukan keseimbangan antara passion, keahlian, kebutuhan dunia, dan nilai yang kamu junjung tinggi. Menemukan ikigai bagaikan menemukan harta karun yang tak ternilai, karena memberikan arah dan makna pada hidupmu.
2. Kaizen: melakukan perbaikan kecil setiap hari

Kaizen adalah filosofi Jepang yang berfokus pada peningkatan berkelanjutan. Artinya, kamu hanya perlu fokus pada pertumbuhan kecil setiap harinya. Alih-alih mencoba melakukan perubahan besar sekaligus, kaizen mendorong kamu untuk membuat perubahan kecil dan bertahap. Hal ini dapat membantu kamu merasa lebih mudah untuk memulai dan menyelesaikan tugas.
Esensi kaizen adalah fokus pada peningkatan berkelanjutan. Kaizen bukan tentang mencapai kesempurnaan dalam sekali lompatan, melainkan tentang melakukan perbaikan kecil secara terus-menerus. Filosofi ini berlandaskan keyakinan bahwa perubahan kecil yang diimplementasikan secara konsisten dapat menghasilkan hasil yang luar biasa dalam jangka panjang.
3. Hara hachi bu: berhenti makan sebelum kenyang

Hara hachi bu adalah sebuah pepatah Jepang yang berarti “makan sampai 80% kenyang”, merupakan filosofi makan yang lebih dari sekadar mengisi perut. Filosofi ini mengajak kita untuk makan dengan penuh kesadaran dan memperhatikan sinyal tubuh, sehingga mencapai keseimbangan antara rasa kenyang dan kesehatan.
Adapun esensi ajaran hara hachi bu ini ada tiga, diantaranya:
1. Makan dengan perhatian
Hara hachi bu mendorong kita untuk fokus pada makanan yang kita makan, menikmati rasa, tekstur, dan aroma. Kita diajak untuk makan dengan perlahan dan tanpa gangguan, sehingga lebih peka terhadap sinyal tubuh.
2. Makan sampai 80% kenyang
Filosofi ini bukan tentang kelaparan, melainkan tentang berhenti makan sebelum benar-benar kenyang. Hal ini membantu menjaga porsi makan, mencegah makan berlebihan, dan memberikan efek positif bagi kesehatan pencernaan.
3. Mendengarkan tubuh
Hara hachi bu menekankan pentingnya mendengarkan sinyal tubuh. Kita diajak untuk memperhatikan rasa lapar dan kenyang, dan berhenti makan ketika merasa kenyang 80%.
4. Wabi-sabi: menerima ketidaksempurnaan

Ajaran Jepang yang keempat adalah wabi-sabi. Wabi-sabi adalah konsep Jepang yang menghargai keindahan dalam ketidaksempurnaan. Ketika kamu menerima bahwa tidak ada yang sempurna, kamu akan lebih mudah untuk memaafkan diri sendiri atas kesalahan dan terus maju.
Kamu tidak akan terjebak dalam perfeksionisme yang dapat menghambat kemajuanmu. Justru kamu akan menerima segala hal yang kamu anggap tidak sempurna itu untuk menjadi sempurna.
5. Ganbaru: melakukan yang terbaik setiap hati

Ganbaru adalah kata dalam bahasa Jepang yang berarti “melakukan yang terbaik” atau “berusaha keras”. Kata ini sering digunakan untuk menyemangati orang lain agar tidak mudah menyerah dan terus berusaha mencapai tujuan mereka.
Ganbaru bukan hanya tentang bekerja keras, tetapi juga tentang memiliki tekad dan semangat yang kuat. Lakukan saja yang terbaik setiap harinya. Orang yang memiliki semangat ganbaru tidak mudah putus asa, bahkan ketika mereka menghadapi rintangan dan kesulitan. Mereka terus berusaha dan pantang menyerah sampai mereka mencapai tujuannya.
Semangat ganbaru dapat kita terapkan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti dalam pekerjaan, belajar, olahraga, dan bahkan dalam kehidupan pribadi. Ketika kamu memiliki semangat ganbaru, kamu akan lebih termotivasi untuk melakukan yang terbaik dalam segala hal yang kamu lakukan.
Nah itulah 5 ajaran Jepang untuk menghancurkan rasa malas. Semoga bermanfaat, ya.