Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Hal yang Sering Kamu Lakukan yang Ternyata Merusak Personal Branding

ilustrasi ngobrol (pexels.com/Alexander Suhorucov)

Personal branding itu penting banget, terutama di era digital kayak sekarang. Apa yang kamu lakukan, tulis, atau bagikan di media sosial bisa banget memengaruhi cara orang lain melihat kamu. Banyak yang mikir personal branding cuma soal pencitraan, padahal lebih dari itu.

Sayangnya, ada beberapa kebiasaan yang sering dilakukan tanpa sadar, tapi justru merusak personal branding yang sudah kamu bangun. Kalau dibiarkan terus, bisa-bisa reputasi yang sudah kamu bentuk malah hancur begitu aja. Berikut ini beberapa hal yang sering dilakukan tanpa sadar, tapi sebenarnya bisa merusak personal branding kamu.

1. Terlalu sering mengeluh di media sosial

ilustrasi mengeluh di media sosial (pexels.com/cottonbro studio)

Media sosial memang tempat yang bebas buat berbagi cerita, tapi kalau setiap hari isinya cuma keluhan, orang-orang bisa ilfeel. Misalnya, kamu selalu mengeluh soal pekerjaan, tugas kuliah, atau bahkan hidup secara keseluruhan.

Lama-lama, orang bakal melihat kamu sebagai pribadi yang negatif dan sulit diajak kerja sama. Bukan berarti kamu harus selalu positif terus, tapi coba batasi curhatan yang terlalu personal, apalagi kalau sifatnya mengeluh tanpa solusi. Orang lebih suka mengikuti seseorang yang bisa memberi inspirasi atau solusi, bukan sekadar curhat tanpa ujung.

Selain itu, kebiasaan ini juga bisa berdampak pada kesempatan profesional. Bayangin kalau ada recruiter atau calon klien yang kepo akun media sosial kamu, terus yang mereka lihat cuma keluhan dan drama. Mereka pasti bakal mikir dua kali sebelum bekerja sama dengan kamu.

Jadi, daripada sering mengeluh, lebih baik gunakan media sosial buat hal-hal yang lebih produktif, seperti berbagi insight atau pengalaman yang bisa memberi nilai tambah buat orang lain.

2. Inkonsisten dalam menampilkan diri

ilustrasi personal branding (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Personal branding yang kuat itu butuh konsistensi. Kalau hari ini kamu dikenal sebagai orang yang profesional dan inspiratif, tapi besoknya kamu bikin postingan yang bertolak belakang, orang bakal bingung.

Contohnya, kalau kamu sering berbicara soal etika kerja dan profesionalisme, tapi di media sosial kamu sering posting hal-hal yang nggak relevan atau bahkan bertolak belakang, itu bisa bikin reputasi kamu rusak. Konsistensi dalam komunikasi, baik secara langsung maupun lewat media sosial, adalah kunci buat membangun brand yang solid.

Selain itu, inkonsistensi juga bisa bikin kamu kehilangan kredibilitas. Orang bakal sulit percaya sama kamu kalau mereka nggak tahu apa yang bisa diharapkan dari kamu. Makanya, penting buat tetap konsisten dalam menyampaikan nilai-nilai yang kamu pegang.

Kalau kamu ingin dikenal sebagai seorang profesional di bidang tertentu, pastikan semua yang kamu tampilkan dari cara berbicara, berpakaian, hingga konten yang kamu bagikan selalu mencerminkan hal tersebut.

3. Tidak memerhatikan cara berkomunikasi

ilustrasi cara berkomunikasi (pexels.com/Jopwell)

Cara kamu berbicara dan menulis juga sangat memengaruhi personal branding kamu. Misalnya, kalau kamu sering menggunakan bahasa yang kasar atau menyepelekan orang lain, itu bisa menciptakan citra negatif di mata banyak orang.

Bahkan, nada bicara yang terlalu sinis atau sarkastik juga bisa membuat orang enggan bekerja sama dengan kamu. Komunikasi yang baik itu bukan cuma soal isi, tapi juga bagaimana cara kamu menyampaikannya.

Selain itu, komunikasi yang buruk juga bisa berdampak pada kesempatan kerja atau bisnis. Misalnya, kalau kamu sering salah paham atau gagal menyampaikan ide dengan jelas, orang-orang bisa menganggap kamu nggak kompeten.

Makanya, penting buat belajar berkomunikasi dengan lebih efektif, baik secara lisan maupun tulisan. Sesuaikan gaya bicara kamu dengan audiens yang kamu hadapi, dan pastikan pesan yang kamu sampaikan mudah dimengerti tanpa menimbulkan kesalahpahaman.

4. Terlalu fokus pada pencitraan tanpa substansi

ilustrasi ngobrol (pexels.com/iPrice Group)

Banyak orang yang terlalu sibuk membangun citra, tapi lupa kalau personal branding yang kuat harus didukung dengan kemampuan nyata. Misalnya, ada yang selalu ingin terlihat sukses di media sosial, tapi sebenarnya nggak punya skill atau pengalaman yang cukup.

Akhirnya, personal branding yang mereka bangun jadi kosong dan gampang runtuh begitu orang-orang mulai menyadari kenyataannya. Branding yang baik itu nggak cuma soal tampilan, tapi juga kualitas yang kamu bawa.

Selain itu, orang-orang bisa dengan mudah melihat apakah branding kamu itu asli atau cuma pura-pura. Kalau kamu hanya fokus pada pencitraan tanpa benar-benar mengembangkan kemampuan, lama-lama reputasi kamu bisa runtuh.

Jadi, daripada sibuk membangun citra yang sempurna, lebih baik fokus pada pengembangan diri. Bangun branding yang autentik berdasarkan keahlian dan pengalaman nyata, bukan sekadar tampilan di media sosial.

5. Tidak menjaga jejak digital

ilustrasi jejak digital (pexels.com/Walls.io)

Apa yang kamu unggah di internet itu bisa bertahan selamanya. Banyak orang yang nggak sadar kalau jejak digital mereka bisa berdampak besar pada personal branding. Misalnya, postingan lama yang berisi komentar negatif atau perdebatan nggak penting bisa kembali muncul dan merusak reputasi kamu di masa depan. Makanya, penting banget buat lebih berhati-hati dengan apa yang kamu bagikan di internet.

Selain itu, banyak perusahaan atau rekan kerja yang mengecek jejak digital sebelum mengambil keputusan untuk bekerja sama. Kalau mereka menemukan sesuatu yang negatif, itu bisa mengurangi kesempatan kamu.

Cara terbaik buat menjaga personal branding adalah dengan selalu berpikir dua kali sebelum memposting sesuatu. Hapus atau arsipkan konten lama yang bisa merugikan, dan pastikan semua yang kamu bagikan benar-benar mendukung image yang ingin kamu bangun.

Membangun personal branding yang kuat itu butuh konsistensi dan kesadaran akan apa yang kamu tampilkan ke publik. Kebiasaan-kebiasaan kecil yang sering dianggap sepele ternyata bisa punya dampak besar terhadap reputasi kamu.

Jadi, daripada merusak personal branding dengan kebiasaan yang nggak perlu, lebih baik fokus membangun reputasi yang lebih kuat dan autentik.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Linggauni
EditorLinggauni
Follow Us