5 Fakta tentang Illusion of Control, Merasa Punya Kendali Padahal Tidak

Pernahkah kamu merasa bahwa hasil dari suatu peristiwa tergantung pada tindakan kecil kamu, padahal kenyataannya tidak demikian?.
Misalnya, merasa melempar dadu dengan cara tertentu akan menghasilkan angka yang diinginkan, atau berpikir bahwa memakai pakaian keberuntungan dapat memengaruhi hasil wawancara kerja.
Fenomena ini disebut sebagai ilusi kontrol atau illusion of control, yaitu keyakinan keliru bahwa kamu memiliki pengaruh terhadap sesuatu yang sebenarnya berada di luar kendali kamu.
Ilusi kontrol adalah salah satu bentuk bias kognitif yang sering terjadi tanpa disadari. Meskipun terdengar sepele, efek psikologisnya sangat luas, mulai dari pengambilan keputusan finansial, perjudian, hingga cara kamu menghadapi stres dan rasa tidak berdaya.
Memahami fakta-fakta psikologis di balik ilusi kontrol bisa membantu kamu bersikap lebih realistis, sehat secara mental, dan bijaksana dalam menyikapi ketidakpastian hidup.
Berikut 5 fakta psikologis tentang illusion of control, merasa punya kendali padahal tidak.
1. Ilusi kontrol muncul dari keinginan manusia untuk memahami dunia

Manusia pada dasarnya ingin hidup dalam dunia yang bisa diprediksi dan dikendalikan. Ketika menghadapi ketidakpastian atau kekacauan, kamu cenderung menciptakan narasi yang memberi rasa kontrol, bahkan jika narasi itu tidak rasional. Inilah yang menjadi akar dari ilusi kontrol: keinginan untuk merasa berdaya, meskipun tidak benar-benar demikian.
Psikolog Ellen Langer dalam penelitiannya menunjukkan bahwa orang cenderung mempercayai bahwa mereka memiliki pengaruh lebih besar terhadap hasil acak ketika mereka diberi pilihan, atau saat mereka aktif secara fisik dalam proses tersebut.
Misalnya, orang lebih percaya diri saat memilih sendiri angka lotere daripada saat angka dipilihkan secara acak. Ini menunjukkan bahwa perasaan kontrol bisa bersifat ilusif namun tetap memberi dampak nyata pada sikap dan perilaku.
2. Ilusi kontrol bisa meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi

Meskipun bersifat tidak akurat secara objektif, ilusi kontrol bisa memiliki efek psikologis positif. Dalam konteks tertentu, keyakinan bahwa kamu punya kontrol dapat meningkatkan rasa percaya diri, motivasi, dan daya tahan mental, terutama dalam situasi penuh tekanan. Ini disebut sebagai adaptive illusion, yaitu keyakinan keliru yang justru membantu kamu bertahan.
Contohnya, seorang atlet mungkin meyakini bahwa ritual sebelum pertandingan memberi keberuntungan. Secara logis, itu tidak berpengaruh, namun keyakinan tersebut bisa menenangkan pikiran dan memicu performa optimal.
Dalam psikologi positif, ini dianggap sebagai bentuk ilusi yang dapat memberikan manfaat psikologis, selama tidak menyebabkan pengabaian realitas penting.
3. Ilusi kontrol bisa membahayakan pengambilan keputusan

Di sisi lain, ilusi kontrol juga bisa membawa dampak negatif, terutama dalam pengambilan keputusan yang kompleks seperti investasi, manajemen risiko, atau hubungan interpersonal. Orang yang terlalu yakin bahwa mereka dapat mengendalikan hasil acak atau faktor eksternal bisa menjadi terlalu percaya diri dan mengambil risiko tidak realistis.
Misalnya, investor pasar saham bisa percaya bahwa mereka bisa “mengalahkan pasar” karena pernah mendapat untung sebelumnya, padahal hasil tersebut mungkin murni kebetulan.
Dalam dunia medis, pasien bisa menolak perawatan ilmiah demi metode alternatif karena merasa lebih “mengendalikan” pilihannya. Ketika ilusi kontrol bertabrakan dengan kenyataan, hasilnya bisa merugikan atau bahkan membahayakan.
4. Ilusi kontrol sering terkait dengan superstisi dan ritual

Banyak bentuk takhayul atau kebiasaan ritualistik berasal dari ilusi kontrol. Kamu mengasosiasikan peristiwa netral dengan hasil tertentu karena kebetulan, lalu mengulanginya demi “mengendalikan” hasil serupa. Ini menjelaskan mengapa banyak orang punya ritual sebelum ujian, pertandingan, atau saat menghadapi momen penting lainnya.
Penelitian Barber dan Odean yang dimuat dalam jurnal The Quarterly Journal of Economics menunjukkan bahwa bahkan orang dewasa yang rasional pun bisa terjebak dalam pola berpikir ini, terutama saat berada dalam tekanan atau lingkungan yang tidak dapat diprediksi. Dalam konteks ini, ilusi kontrol menjadi semacam penopang emosional, cara untuk menenangkan diri dengan menciptakan struktur semu dalam dunia yang kacau.
5. Mengenali batas antara kontrol nyata dan semu adalah tanda kesehatan mental

Salah satu indikator kesehatan mental yang baik adalah kemampuan membedakan antara hal-hal yang bisa dan tidak bisa dikendalikan. Orang yang menyadari batas kontrolnya cenderung lebih mampu mengelola stres, beradaptasi terhadap perubahan, dan mengambil keputusan yang lebih sehat.
Sebaliknya, mereka yang memiliki ilusi kontrol berlebihan bisa mengalami frustrasi dan rasa gagal saat harapan tidak sesuai kenyataan.
Dalam terapi kognitif, salah satu pendekatan penting adalah membantu klien mengenali area di mana mereka punya kontrol nyata, dan belajar menerima hal-hal di luar kendali. Strategi seperti mindfulness, refleksi kognitif, dan evaluasi rasional digunakan untuk membongkar keyakinan tidak akurat yang dibentuk oleh ilusi kontrol.
Ilusi kontrol adalah fenomena psikologis yang umum, bahkan mungkin tak terhindarkan. Dalam takaran tertentu, ia bisa memberi manfaat emosional, namun jika dibiarkan tanpa disadari, bisa menyesatkan kamu dalam membuat keputusan. Dengan memahami lima fakta ini, kamu dapat belajar membedakan antara kenyataan dan persepsi, serta menjadi lebih adaptif dalam menghadapi hal-hal yang tidak bisa kamu atur.
Demikian 5 fakta psikologis tentang illusion of control, merasa punya kendali padahal tidak.