Sarjana di NTB Diminta Magang ke Jepang Ketimbang Jadi Honorer

Mataram, IDN Times - Lulusan fresh graduate yang baru menyelesaikan pendidikan tinggi atau sarjana di Nusa Tenggara Barat (NTB) diminta mendaftar magang ke Jepang ketimbang menjadi tenaga honorer. Gaji atau uang saku yang didapatkan juga cukup menggiurkan mulai Rp10 juta sampai Rp12 juta per bulan.
"Daripada jadi honorer lebih baik magang ke Jepang. Sarjana kok nyari honorer. Lebih baik magang ke Jepang, cuma tiga tahun," kata Plt Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) NTB Baiq Nelly Yuniarti dikonfirmasi di Mataram, Senin (19/5/2025).
1. Kuota magang ke Jepang capai 15.000 orang per tahun

Nelly menyebutkan Jepang membuka kuota peserta magang sebanyak 15.000 orang setahun dari Indonesia. Dari kuota tersebut, hanya sedikit yang lolos seleksi dari NTB. Seperti saat ini, NTB hanya bisa mengirim 62 orang dari 192 orang peserta yang ikut seleksi.
Untuk itu, pihaknya akan berkolaborasi dengan lembaga pendidikan seperti Fakultas Teknik Universitas Mataram, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Yarsi Mataram dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
"Supaya anak-anak yang sudah terdidik bisa mengikuti seleksi dan berangkat magang ke Jepang. Jadi ketika tamat, tidak bingung," terangnya.
Nelly berharap NTB dapat mengirim 1.000 orang sarjana magang ke Jepang setiap tahun. Sehingga setiap ada pembukaan seleksi pemagangan ke Jepang diumumkan di lembaga pendidikan tinggi dan lembaga pendidikan vokasi.
2. Pemprov NTB akan berikan subsidi bunga pinjaman modal bekerja ke Jepang

Program magang ke Jepang dilakukan melalui dua skema yaitu government to government (G to G) dan private to private (P to P). Nelly mengatakan Pemprov NTB akan menyiapkan pinjaman tanpa bunga kepada anak muda NTB yang ingin bekerja ke Jepang dengan menggandeng Bank NTB Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) NTB.
Misalnya biaya untuk bekerja ke Jepang sebesar Rp30 juta. Anak muda NTB dapat mengajukan pinjaman untuk biaya berangkat bekerja ke Jepang di Bank NTB Syariah dan BPR NTB, nanti bunganya disubsidi oleh Pemprov NTB.
"Kalau dia mau berangkat, biayanya Rp30 juta, dia bisa pinjam tapi bunganya daerah yang bayar. Ini akan kita coba," jelasnya.
3. Solusi mengatasi pengangguran lulusan perguruan tinggi dan SMK

Menurut Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) NTB ini, lapangan kerja sektor formal di luar negeri masih terbuka lebar untuk lulusan perguruan tinggi dan pendidikan vokasi. Program magang ke Jepang ini, kata Nelly, dapat menjadi solusi mengatasi masih tingginya pengangguran lulusan SMK dan perguruan tinggi.
Namun, dia mengatakan masih ada tantangan kaitan dengan budaya masyarakat di NTB. Mereka banyak yang tidak berani merantau ke luar negeri, apalagi lulusan perguruan tinggi.
"Program magang ke Jepang ini bisa menjadi solusi mengatasi pengangguran lulusan SMK dan perguruan tinggi. Karena umur maksimal peserta 26 tahun. Gaji atau uang saku yang diterima antara Rp10-12 juta per bulan. Kalau lembur bisa sampai Rp19 juta per bulan," tandasnya.