NTB Nyatakan Siap Terapkan Sistem Penjurusan SMA

Mataram, IDN Times - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) NTB menyatakan sekolah menengah atas (SMA) di daerah ini cukup siap menerapkan sistem penjurusan, seperti yang direncanakan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen).
Kemendikdasmen akan mengembalikan sistem penjurusan IPA, IPS dan Bahasa di tingkat SMA.
"Menurut saya sekolah cukup siap. Karena sebelumnya di sekolah cukup lama menerapkan sistem jurusan," kata Kepala Dinas Dikbud NTB Aidy Furqan dikonfirmasi IDN Times, Sabtu (19/4/2025).
1. Mata pelajaran jurusan tetap diajarkan di kurikulum merdeka meski porsi waktu berubah

Aidy menjelaskan mata pelajaran jurus masih tetap diajarkan meskipun porsi waktu dalam struktur kurikulum merdeka mengalami perubahan. Misalnya untuk jurusan IPA tetap ada mata pelajaran biologi, fisika dan kimia.
Kemudian jurusan IPS masih diajarkan mata pelajaran ekonomi, sejarah, sosiologi, dan lainnya. Begitu juga untuk jurusan bahasa masih diajarkan mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia, bahasa asing, dan lainnya.
2. Tantangan kurikulum merdeka guru bias dalam mengajar

Selama ini dalam penerapan kurikulum merdeka, banyak tantangan yang dialami para guru. Tantangan yang paling terasa adalah menghadapi minat siswa yang beragam atau heterogen.
Sehingga sulit untuk melihat kecenderungan minat para siswa. Hal ini berakibat pada pola pembinaan para guru menjadi kurang fokus mengarahkan ke minat peserta didik.
"Selain itu juga materi pelajaran yang sangat terbuka dan umum menyebabkan guru bias dalam mengajar serta anak didik tidak mendalam penguasaaannya," beber Aidy
3. Sistem penjurusan dinilai akan membantu mengelompokkan minat dan bakat siswa

Menurut Aidy, sistem penjurusan di SMA akan cukup membantu mengelompokkan bakat dan minat para siswa serta fokus dalam pendalam materi pembelajarannya. Dia menyatakan pembagian jurusan tidak akan menghambat siswa dalam mengembangkan minat lintas disiplin.
"Karena anak didik boleh mengikutinya melalui strategi intrakurikuler dan ekstrakurikuler," paparnya.
Dia menegaskan perubahan kurikulum tetap diperlukan sesuai perkembangan kebutuhan peserta didik dan kebijakan pendidikan. "Maka perubahan kurikulum itu justru membantu perkembangan pembelajaran para siswa," ujarnya.