Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Ketua Yayasan di Lombok Cabuli 20 Santriwati, Modusnya Bikin Miris

Perwakilan Aliansi Stop Kekerasan Seksual NTB Joko Jumadi. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Mataram, IDN Times - Ketua Yayasan Pondok Pesantren (Ponpes) di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) inisial AF (55) diduga mencabuli 20 santriwati. Aksi bejat pelaku dilakukan sejak 2016 hingga 2023 berdasarkan penuturan dari para korban.

Sebanyak tujuh korban telah melaporkan peristiwa kekerasan seksual yang dialami ke Polresta Mataram didampingi Aliansi Stop Kekerasan Seksual NTB. Dalam menjalankan aksinya, terduga pelaku AF menggunakan modus menjanjikan korban agar melahirkan anak menjadi seorang wali.

"Untuk sementara 20 orang santri yang sudah masuk laporannya sebagai korban. Yang sudah lapor ke polisi 7 orang. Itu modusnya pimpinan yayasan ini menjanjikan akan memberikan keberkahan di rahimnya supaya dapat melahirkan anak-anak yang menjadi seorang wali," ungkap Koordinator Aliansi Stop Kekerasan Seksual NTB Joko Jumadi di Mapolresta Mataram, Senin (21/4/2025).

1. Korban berani bicara setelah nonton drama seri "Bidaah"

Walid yang viral di TikTok (dok. VIU/Bidaah)

Joko menceritakan para korban berani berbicara terbuka atau menyampaikan peristiwa pelecehan seksual yang dialami setelah menonton drama seri asal Malaysia yakni "Bidaah". Drama tersebut mengangkat tema kontroversial tentang sekte keagamaan yang dibintangi Faizal Hussein yang berperan sebagai Walid.

Para korban melaporkan peristiwa pelecehan seksual yang dialami pada Rabu pekan lalu ke Polresta Mataram sebanyak empat orang. Kemudian pada Senin (21/4/2025), ada tiga korban yang kembali melapor didampingi Aliansi Stop Kekerasan Seksual NTB.

"Sebagian korban adalah alumni dari ponpes itu yang terinspirasi dari film "Bidaah" Malaysia yang kemudian di film itu hampir sama pengalamannya waktu di ponpes yang dilakukan terduga pelaku. Karena film Walid inilah kemudian memberanikan diri mereka untuk speak up," tutur Joko.

2. Ada korban yang disetubuhi dan dicabuli

Ilustrasi pelecehan seksual. (IDN Times/Arief Rahmat)

Dari 20 korban, ada yang disetubuhi dan dicabuli. Namun, Joko mengatakan sampai sejauh ini belum ada korban yang dilaporkan sampai hamil. Dia mengatakan peristiwa tersebut terjadi sejak 2016 sampai 2023.

"Sebanyak 20 orang yang menjadi korban. Yang sudah diperiksa tujuh orang," sebutnya.

Dalam penanganan kasus kekerasan seksual terhadap puluhan santriwati ini, kata Joko, pihak pimpinan Ponpes cukup kooperatif. Ketika menerima laporan dari santriwati, pimpinan Ponpes langsung mengambil langkah memberhentikan terduga pelaku yang menjabat Ketua Yayasan dari jabatannya.

"Pimpinan ponpes yang menerima laporan dia juga mengklarifikasi kepada beberapa korban dan terduga pelaku. Terduga pelaku menurut pengakuan pimpinan ponpes dia menyatakan mengakui perbuatannya," ungkap Joko.

3. Korban diajak ke ruangan kelas pada malam dini hari

ilustrasi kekerasan seksual (IDN Times/Aditya Pratama)

Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kota Mataram ini menambahkan bahwa terduga pelaku melakukan kekerasan seksual kepada korban di ruangan kelas pada malam hari sekitar pukul 01.00 dan 02.00 dini hari.
Terduga pelaku merupakan orang yang dituakan di Ponpes tersebut. Sebagian besar korban merupakan alumni dari Ponpes tersebut.

"Jadi kasus ini dimulai dari grup alumni. Nonton film Walid kok sama iya. Ustaz ini kok kayak Walid itu iya. Kemudian korban berani speak up, sama-sama berani bicara, curhat di dalam grup itu," tutur Joko.

Selain memberikan pendampingan kepada para korban, Aliansi Stop Kekerasan Seksual NTB juga melakukan rehabilitasi psikologi kepada korban.

"Karena ponpes cukup kooperatif termasuk melindungi korban maka langkah selanjutnya perbaikan kepada manajemen ponpes supaya jangan sampai terulang peristiwa yang sama," tandasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
SG Wibisono
Muhammad Nasir
SG Wibisono
EditorSG Wibisono
Follow Us