Keluarga Prada Lucky Ngamuk, Tuding Saksi Lindungi Tiga Perwira

- Ibu Prada Lucky marah dan menuding saksi melindungi tiga perwira yang terlibat dalam kasus kematian anaknya.
- Ayah Prada Lucky heran dengan kesaksian saksi dan menuntut kebenaran atas kematian anaknya.
- Saksi, Pratu Petrus, mengaku tidak tahu dan lupa soal kejadian serta aktivitas perwira pada malam itu.
Kupang, IDN Times - Keluarga Prada Lucky Chepril Saputra Namo, mengamuk usai sidang pemeriksaan satu saksi, Pratu Petrus Kanisius Wae, di Pengadilan Militer III-15 Kupang, Senin (3/11/2025).
Pratu Petrus sendiri merupakan saksi ketujuh atas terdakwa Lettu Ahmad Faisal selaku Komandan Kompi A. Ia baru bisa hadir dalam sidang keempat di pekan kedua ini setelah sebelumnya absen dalam sidang perdana di pekan lalu.
Dalam sidang itu Pratu Petrus mengaku menjemput Prada Lucky untuk diperiksa pukul sejak 20:00 WITA, 27 Juli 2025. Namun ia lebih banyak mengaku tidak tahu apa yang dilakukan para perwira atau atasannya ini terhadap Prada Lucky. Ia juga tak tahu menahu soal apa yang dipermasalahkan kepada prada baru ini. Keterangannya pun membuat keluarga marah usai sidang hari itu berakhir.
1. Amarah ibu Prada Lucky

Sepriana Paulina Mirpey, ibu dari Prada Lucky menuding kesaksian Pratu Petrus banyak yang ditutup-tutupi.
"Dia mau jaga jabatannya saja. Itu saksi tadi, saksi putar balek (tidak benar), harusnya dia yang amankan," amuknya.
Omelannya ini diungkapkan dengan nada tinggi saat Pratu Petrus digiring kembali ke ruang tunggu saksi.
Ia menuding pula saksi ketujuh ini sedang berupaya melindungi tiga perwira yang terlibat yakni Letda Made Juni Arta Dana, Lettu Ahmad Faisal, Letda Tariq Singajuru.
"Mereka mau melindungi perwira tiga orang itu. Perwira itu semua biadab. Kami menuntut institusi kasih sikap tegas. Kalau tidak pecat itu perwira dengan antek-anteknya kami tidak percaya lagi!" amuknya.
2. Keterangan saksi buat Ayah Prada Lucky heran

Christian Namo selaku ayah Prada Lucky juga menilai kesaksian Pratu Petrus tak sesuai tugas dan perannya sebagai anggota provost.
"Saksi itu tugasnya bukan seperti itu. Dia seharusnya pengamanan. Di batalion itu dia cuma biarkan. Saya tentara. Kamu ingat baik-baik. Kamu bersaksi silakan ya, sudah disumpah, akan dapat karma juga, ingat baik-baik. Yang bersaksi jangan pernah main-main," omel prajurit aktif ini dengan lantang.
"Kerjaan provos kok cuman duduk diam, bubar saja," amuknya lagi.
Christian menuding kematian Prada Lucky telah diatur sedemikian rupa sehingga ia menuntut para saksi memberikan keterangan yang benar.
"Ini semua di-setting. Ingat baik-baik. Ini kematian Lucky sudah ada setting-an. Kamu silakan. Anak saya tidak akan hidup lagi! Kalian akan dapat karma. Saya akan ngomong terus. Silakan kalian mau bersaksi seperti apa pun, kalian sudah disumpah. Kamu akan dapat karma. Aturan kalian menang tapi ada karma, ingat baik-baik," tandasnya di lorong depan ruang tunggu saksi saat itu.
Ia menyebut akan mengejar kebenaran untuk anaknya bahkan ke tingkat dunia.
"Saya berani keluar dari tentara. Berani anak saya tidak diurus, saya akan tuntut bukan di Indonesia tapi sampai dunia, tanda mulut saya! Jangan main-main!" tegasnya.
3. Saksi mengaku tak lihat penyiksaan

Pratu Petrus dalam keterangannya mengaku membawa Lucky ke ruang staf intel sejak pukul 19.00 WITA. Ia tahu Prada Lucky diperiksa hingga pukul 00.00 WITA. Namun ia tidak masuk ke dalam ruangan itu. Ia juga tak tahu jam berapa terdakwa keluar atau masuk ruangan itu. Ia menyebut dirinya malah merokok di luar ruangan bersama dengan salah seorang terdakwa, Pratu Ponsianus Allan Dadi. Kemudian ia mengaku pergi tidur setelah sempat melihat beberapa pratu masuk ke dalamnya.
"Izin, saya tidur di dekat traktor, dekat bangku, di belakang ruang staf intel," kata dia.
Oditur Letkol Chk Alex Panjaitan terus bertanya soal apa yang dilakukan Ahmad Faisal malam itu bersama dua korban tapi Petrus menyebut sudah lupa.
"Mohon izin untuk terdakwa kami tidak ingat. Sudah lupa. Sudah malam tapi tidak tahu jam berapa. Sebelum jam 10 malam. Terdakwa hanya minta beli minyak gosok," jawabnya.
Oditur menanyai lagi soal apa yang dilakukan beberapa perwira saat kejadian itu. Namun ia menjawab lagi tak tahu.
"Mohon izin, yang kami lihat tidak ada yang melakukan penganiayaan," katanya.
"Loh, saksi yang mengatakan tadi terdakwa bersama letnan yang lain," sanggah Oditur Alex.
"Mohon izin kami tidak lihat. Yang kami lihat sebelum jam 12 malam itu Pratu Abner yang masuk pukul yang ada terdakwa. Untuk jamnya kami lupa," jawab Pratu Petrus.
"Loh, terdakwa di mana? Tadi kan bilang mendengar suara pukulan dan cambukan," ulang Oditur Alex.
Pratu Petrus saat itu membenarkan Ahmad Faisal bisa saja tak melarang anggota lainnya menyiksa Prada Lucky dan Prada Richard. Ia juga membenarkan Pratu Ponsianus Allan Dadi yang mengambil tali kompresor tapi ia tidak melihat adanya cambukan pada korban. Ia hanya mendengar suara cambukan.
Ia juga kebanyakan menjawab lupa dan tidak tahu soal kejadian selepas pukul 00.00 WITA. Ia saat itu melihat Letda Tariq selaku Danki B, bersama kelompoknya masuk ke ruang staf pers. Prada Lucky dan Prada Richard sudah dipindah ke ruang itu setelah mandi. Ia mengaku lagi dirinya tidak melihat apa yang terjadi tapi hanya mendengar suara almarhum minta ampun.
"Berarti kan saudara belum istirahat, kan melihat mereka masuk," potong Oditur lagi.


















