Izin PT TCN Tetap Dicabut, Gili Trawangan Terancam Krisis Air Bersih

Mataram, IDN Times - Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Gili Trawangan terancam mengalami krisis air bersih setelah Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tetap mencabut izin PT Tiara Cipta Nirwana (TCN) yang menjadi mitra PDAM Lombok Utara untuk memasok air bersih di kawasan tersebut.
Ketua Gili Hotel Association (GHA) Lalu Kusnawan mengatakan jika operasional dihentikan oleh mitra PDAM Lombok Utara itu, maka destinasi pariwisata yang menjadi tujuan wisatawan mancanegara itu akan mengalami krisis air bersih.
"Kalau seandainya ini (pasokan air bersih) dimatikan karena terkait izin dari KKP, harusnya KKP juga melihat dan harus ada alternatif solusi. Kalau dengan mengangkut air dari daratan ke Gili, apakah bisa memenuhi kebutuhan. Karena ini bukan pulau mati tetapi destinasi pariwisata internasional," kata Kusnawan dikonfirmasi, Jumat (8/11/2024).
1. Mempertaruhkan nama Indonesia

Kusnawan mengatakan kawasan Gili Trawangan, Meno dan Air (Tramena) di Lombok Utara merupakan destinasi wisata yang banyak dikunjungi wisatawan mancanegara. Apabila pasokan air bersih dihentikan maka akan berdampak pada sektor pariwisata NTB.
"Ini bukan hanya berbicara NTB saja tetapi destinasi pariwisata internasional. Ini mempertaruhkan nama Indonesia," terangnya.
Menurutnya, langkah yang akan dilakukan PDAM Lombok Utara dengan membawa air bersih dari daratan Pulau Lombok ke Gili Trawangan bukan menjadi solusi. Pasalnya, kawasan Gili Meno yang lebih dulu mengalami krisis air bersih belum mampu disuplai oleh PDAM.
2. Perlu koordinasi lintas kementerian/lembaga

Ketua DPD Indonesia Hotel General Manager Association (IHGMA) NTB ini mengatakan Kementerian Pariwisata menggelontorkan dana yang tidak sedikit untuk mempromosikan pariwisata Indonesia termasuk Lombok. Apabila Gili Trawangan mengalami krisis air bersih, maka akan berdampak luas pada sektor pariwisata NTB.
Menurutnya, sektor pariwisata Gili Trawangan akan terpuruk apabila pasokan air bersih dihentikan. Sehingga akan membutuhkan biaya yang jauh lebih besar untuk melakukan recovery. Untuk itu, semua pihak diharapkan memikirkan dampak positif dan negatif dari pencabutan izin tersebut.
"Kalau seandainya ditutup dan kemarin sudah terjadi, seperti apa dampak negatifnya. Potensial lose pemerintah dan pengusaha sudah jelas. Seandainya ini ditutup, apakah pemerintah yakin mampu membawa air dari daratan ke Gili. Perlu koordinasi lintas kementerian menyelesaikan persoalan air bersih di kawasan tiga Gili," sarannya.
3. Kerugian bisa menembus Rp7 miliar sehari

Kusnawan menyebutkan apabila pasokan air dihentikan gara-gara pencabutan izin tersebut, maka pelaku wisata di Gili Trawangan akan mengalami kerugian sekitar Rp7 miliar per hari. Karena setiap hari, wisatawan yang datang ke Gili Trawangan sekitar 2.000 orang dikalikan dengan pengeluaran mereka sebesar Rp3,5 juta per orang. Jika tidak ada air bersih, maka wisatawan tidak akan datang ke Gili Trawangan.
"Saya berharap kepada semua pemangku kebijakan tolong melihat ini secara makro, tidak terpisah-pisah. Tiga Gili ini destinasi wisata internasional," ujarnya mengingatkan.