Gas Gunung Lewotobi Laki-Laki Tersumbat, Waspada Risiko Erupsi Eksplosif

- Suplai magma meningkat namun terdapat sumbatan sehingga gas sulit keluar dan meningkatkan risiko erupsi eksplosif.
- Suhu di puncak gunung api Lewotobi Laki-laki meningkat, terlihat dari asap putih tebal dan cahaya merah di sekitar puncak gunung.
- Warga diminta waspada dan menjauh dalam radius 6-7 km dari pusat erupsi serta mewaspadai potensi banjir lahar apabila terjadi hujan lebat.
Kupang, IDN Times - Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, melaporkan aktivitas magma Gunung Api Lewotobi Laki-laki yang masih kuat, baik di kedalaman maupun mendekati permukaan, akan tetapi pelepasan gas dari aktivitas ini terhambat. Wafid dalam laporan khususnya, Jumat (1/8/2025), menjelaskan pelepasan gas dari gunung dengan Level IV (AWAS) yang tersumbat ini meningkatkan risiko erupsi eksplosif.
"Kondisi ini dapat meningkatkan risiko erupsi eksplosif jika gas yang tertahan menumpuk dalam jumlah besar," tukasnya.
1. Suplai magma meningkat

Penyumbatan ini diketahui dari data kenaikan aktivitas gempa vulkanik dalam, namun terjadi kenaikan gempa harmonik dan non-harmonik. Mereka pun mengetahui suplai magma yang terus bergerak dari kedalaman menuju ke permukaan. Aktivitas ini perlu diwaspadai karena dapat memicu perubahan aktivitas secara tiba-tiba, meskipun sumbatan ini membuat gempa embusan menurun cukup signifikan.
"Yang mengindikasikan gas sulit keluar," lanjut dia.
2. Suhu di puncak meningkat

Ia juga menyebut adanya suhu yang meningkat di area puncak gunung api yang berada di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Peningkatan ini diketahui dari dari pengamatan visual pada 29-30 Juli 2025.
"Dilihat dari asap putih tebal yang keluar dari kawah sebagian besar berupa uap air," tandasnya.
Sementara pada malam hari terlihat cahaya merah di sekitar puncak gunung, menandakan adanya material panas atau pijar di dekat kawah. Guguran yang terjadi pada periode ini disebabkan adanya material yang berada di lereng yang tidak stabil karena intensitas hujan yang berada di puncak yang menyebabkan adanya guguran.
3. Warga mesti waspada

Berdasarkan analisis visual dan instrumental yang masih tinggi ini, maka masyarakat diminta menjauh dalam radius 6 kilometer (km) dan 7 km sektoral barat daya - timur laut dari pusat erupsi.
Selain itu masyarakat sekitar wilayah rawan bencana diminta mewaspadai potensi banjir lahar apabila terjadi hujan lebat.
"Terutama pada daerah aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Lewotobi Laki-laki, seperti di Nawakote, Dulipali, Nobo, Hokeng Jaya, hingga Nurabelen," tukasnya.
Ia menganjurkan warga untuk menggunakan masker atau penutup hidung dan mulut untuk melindungi saluran pernapasan.