Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Ekspor Tambang AMNT Dihentikan, Ekonomi NTB Kembali Minus 0,82 Persen

IMG_20250802_083754_193.jpg
Suasana pedagang di pasar Kebon Roek Kota Mataram. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Mataram, IDN Times - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis ekonomi provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada triwulan II 2025 terhadap triwulan II 2024 tumbuh negatif atau minus sebesar 0,82 persen years on years (y-on-y). Kepala BPS NTB Wahyudin menjelaskan dari sisi produksi, kontraksi terdalam terjadi pada lapangan usaha pertambangan dan penggalia sebesar 29,93 persen.

Sedangkan dari sisi pengeluaran, komponen ekspor barang dan jasa mengalami kontraksi terdalam sebesar 40,02 persen. Kontraksi pertumbuhan ekonomi NTB pada triwulan II 2025 disebabkan oleh penurunan kinerja pada kategori pertambangan dan penggalian lainnya serta kategori administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib.

"Sementara itu, 15 kategori lainnya masih mencatatkan pertumbuhan yang positif, dengan peningkatan tertinggi terjadi pada kategori industri pengolahan," kata Wahyudin di Mataram, Selasa (5/8/2025).

1. PDRB NTB mencapai Rp47,46 triliun

Kepala BPS Provinsi NTB Wahyudin. (IDN Times/Muhammad Nasir)
Kepala BPS Provinsi NTB Wahyudin. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Dia menjelaskan perekonomian NTB berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku triwulan II 2025 mencapai Rp 47,46 triliun. Sedangkan PDRB NTB atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp27,83 triliun.

Wahyudin mengatakan ekonomi NTB triwulan II 2025 terhadap triwulan I 2025 mengalami pertumbuhan sebesar 6,56 persen (q-to-q). Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha industri pengolahan sebesar 37,69 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, komponen ekspor barang dan jasa mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 26,62 persen.

Sedangkan ekonomi NTB selama triwulanI sampai dengan triwulan II 2025 terhadap triwulan I sampai dengan triwulan II 2024 mengalami kontraksi sedalam minus 1,11 persen (c-to-c). Dari sisi produksi, kontraksi terdalam terjadi pada lapangan usaha pertambangan dan penggalian sebesar 30,03 persen. Dari sisi pengeluaran, komponen ekspor barang dan jasa mengalami kontraksi terdalam sebesar 40,45 persen.

2. Produksi konsentrat tembaga AMNT turun 57 persen akibat dihentikannya ekspor

Aktivitas pertambangan PT AMNT di Sumbawa Barat. (dok. AMNT)
Aktivitas pertambangan PT AMNT di Sumbawa Barat. (dok. AMNT)

Wahyudin menambahkan penurunan nilai tambah pada kategori pertambangan dan penggalian lainnya disebabkan oleh turunnya produksi konsentrat tembaga PT. Amman Mineral Nusa Tenggara (PT AMNT) sebesar 57 persen dibandingkan triwulan II-2024. Kondisi ini merupakan dampak dari dihentikannya ekspor konsentrat tembaga sebagai tindak lanjut penerapan UU No. 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yang melarang ekspor mineral mentah.

Di sisi lain, kategori administrasi pemerintah turut mengalami kontraksi yang dipicu oleh penurunan realisasi belanja pegawai dari Rp3,2 triliun pada triwulan II 2024 menjadi Rp2,9 triliun pada triwulan II 2025. Penurunan ini, kata Wahyudin disebabkan oleh pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR) yang telah direalisasikan pada triwulan I 2025.

"Meskipun demikian, kontraksi ekonomi tertahan oleh pertumbuhan yang tinggi di sejumlah lapangan usaha, khususnya kategori industri pengolahan yang tumbuh signifikan sebesar 66,19 persen (y-on-y) pada triwulan II 2025. Lonjakan ini didorong oleh beroperasinya smelter PT. Amman Mineral Industri (PT. AMIN) di Kabupaten Sumbawa Barat," beber Wahyudin.

Dia menambahkan kategori penyediaan akomodasi dan makan minum mencatatkan pertumbuhan yang tinggi, seiring dengan meningkatnya tamu yang menginap di hotel bintang dan non-bintang sebesar 31 persen (y-on-y). Peningkatan ini dipengaruhi oleh peningkatan kunjungan wisatawan asing.

Kemudian kategori pertanian, kehutanan, dan perikanan sebagai kontributor terbesar terhadap PDRB NTB, juga menunjukkan pertumbuhan yang positif, antara lain didorong oleh adanya peningkatan produksi padi sebesar 5,86 persen (y-on-y).

3. Akibat penurunan kinerja ekspor dan pengeluaran konsumsi pemerintah

Tambang tembaga milik PT AMNT di Kabupaten Sumbawa Barat. (dok. AMNT)
Tambang tembaga milik PT AMNT di Kabupaten Sumbawa Barat. (dok. AMNT)

Wahyudin menjelaskan dari sisi PDRB menurut pengeluaran, kontraksi pertumbuhan ekonomi NTB pada triwulan II 2025 disebabkan oleh penurunan kinerja ekspor barang dan jasa, serta komponen pengeluaran konsumsi pemerintah (PKP). Ekspor luar negeri Provinsi NTB triwulan II-2025 turun sebesar 77,73 persen secara y-on-y, karena tidak adanya ekspor komoditas tambang atau konsentrat tembaga.

Begitu juga realisasi belanja pegawai yang bersumber dari APBD Provinsi NTB dan Kabupaten/Kota turun sebesar 7,72 persen secara y-on-y. Meskipun demikian, kontraksi ekonomi tertahan oleh masih tumbuhnya sejumlah komponen pengeluaran antara lain pengeluaran konsumsi rumah tangga (PKRT), pembentukan modal tetap bruto (PMTB), dan konsumsi Lembaga Non-Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT).

Sebelumnya, pertumbuhan ekonomi NTB triwulan I 2025 juga minus sebesar 1,47 persen disebabkan penurunan pertumbuhan di sektor pertambangan. Sektor pertambangan memiliki share yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi NTB.

Sektor pertambangan pada triwulan I 2025 mengalami pertumbuhan minus 30,14 persen. Sementara sektor pertanian yang menjadi sektor basis yang menyerap banyak tenaga kerja di NTB tumbuh sebesar 10,28 persen.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Linggauni -
EditorLinggauni -
Follow Us