Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Momen Hari Terakhir Kamu Menangis karena Hal yang Sama

ilustrasi menangis (pexels.com/ Kaboompics.com)
ilustrasi menangis (pexels.com/ Kaboompics.com)

Ada tangisan yang berulang, bukan karena hal baru, tapi karena luka lama yang tak kunjung sembuh. Kamu menangis karena hal yang sama selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.

Rasanya seperti siklus yang tak berkesudahan, kamu merasa sudah sembuh, lalu tiba-tiba kembali rapuh karena kenangan yang belum selesai. Tapi di antara sekian banyak malam sunyi dan mata bengkak, akan datang satu hari yang berbeda.

Hari itu mungkin terasa biasa saja. Tapi tiba-tiba kamu menyadari, kamu tidak menangis karena hal itu lagi. Luka itu masih ada, tapi tidak lagi berdarah. Kamu mulai melihatnya bukan sebagai duka, tapi sebagai bagian dari perjalanan.

Tanpa kamu sadari, itulah hari terakhir kamu menangis karena hal yang sama, bukan karena kamu melupakan, tapi karena kamu sudah belajar menerima.

Berikut ulasan tentang hari terakhir kamu menangis karena hal yang sama.

1. Ketika air mata tidak lagi membawa rasa lega

Menangis (freepik.com/freepik)
Menangis (freepik.com/freepik)

Sebelumnya, menangis adalah caramu melepaskan beban. Tapi lama-lama, kamu sadar bahwa air mata tak lagi membawa kelegaan. Kamu menangis dan tetap merasa hampa, tetap merasa lelah. Tangisan itu berubah dari pelipur menjadi pengingat, bahwa kamu masih terjebak dalam luka yang sama.

Hari itu, kamu berhenti. Bukan karena kamu menahan, tapi karena kamu merasa tangisan itu tidak lagi membantu. Kamu sudah mengulangnya begitu lama, sampai akhirnya rasa itu tak punya tempat lagi untuk bersembunyi. Dan di situlah, tanpa sadar, proses sembuhmu dimulai, bukan dari tawa, tapi dari keheningan setelah tangis yang tak lagi datang.

2. Ketika kenangan tak lagi menyayat, hanya menyentuh

ilustrasi perempuan menangis (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi perempuan menangis (pexels.com/cottonbro studio)

Awalnya, setiap kali mengingat seseorang atau kejadian tertentu, kamu merasa dada diremas. Kamu mengulang percakapan, perpisahan, atau penyesalan dalam benakmu seperti kaset rusak. Dan itu selalu berakhir dengan air mata yang sama, seolah kamu tidak bisa bergerak maju.

Namun suatu hari, kamu mengingat hal itu lagi, dan tidak menangis. Kamu terdiam, lalu tersenyum kecil. Masih ada rasa sedih, tapi tidak ada lagi ledakan di dada. Kamu tahu bahwa kamu masih peduli, tapi kini kamu bisa menerima. Kenangan itu tak lagi melukaimu, hanya menyentuhmu dengan lembut. Dan itu adalah tanda bahwa kamu akhirnya bebas.

3. Saat kamu tidak lagi membutuhkan jawaban

pexels-cottonbro-6764088.jpg
ilustrasi menangis (pexels.com/cottonbro studio)

Salah satu alasan kamu terus menangis adalah karena kamu belum mendapatkan penjelasan. Kamu ingin tahu mengapa sesuatu berakhir, mengapa seseorang berubah, atau mengapa hidup tidak berjalan sesuai rencana. Tangisanmu adalah bentuk protes atas ketidakjelasan yang tak kunjung terjawab.

Tapi hari itu, kamu berhenti mencari. Kamu berdamai dengan kenyataan bahwa tidak semua hal harus memiliki akhir yang masuk akal. Kamu mulai menerima bahwa keheningan juga bisa menjadi jawaban. Dan saat itu, kamu tidak lagi menangis karena pertanyaan yang sama, karena kamu akhirnya memilih percaya pada proses, bukan pada kejelasan.

4. Ketika kamu menyadari kamu telah berubah

ilustrasi menangis (pexels.com/ RDNE Stock Project)
ilustrasi menangis (pexels.com/ RDNE Stock Project)

Mungkin kamu pernah merasa dirimu akan selalu terluka karena hal itu. Tapi waktu berjalan, dan kamu terus bertumbuh, meski pelan, meski kamu sendiri tak sadar. Hari itu, kamu melihat ke dalam cermin dan melihat versi dirimu yang berbeda, lebih kuat, lebih tenang, lebih bisa menerima. Dan kamu sadar, kamu bukan lagi orang yang dulu menangis karena hal yang sama.

Kamu tidak lagi merespons dengan cara yang sama, tidak lagi terpicu dengan hal yang sama, dan tidak lagi mencari hal yang sama. Luka itu masih ada dalam arsip hidupmu, tapi kamu tak lagi tinggal di sana. Kamu sudah berpindah, bukan melupakan, tapi mengikhlaskan. Dan saat itulah, kamu menangkap perasaan tenang yang belum pernah kamu rasakan sebelumnya.

Hari terakhir kamu menangis karena hal yang sama tidak selalu datang dengan perayaan. Ia datang dalam bentuk keheningan yang manis, kedamaian yang lembut. Ia bukan akhir dari rasa, tapi akhir dari keterikatan pada luka itu. Dan sejak hari itu, kamu mulai berjalan lebih ringan, karena kamu tahu, kamu tidak lagi dikuasai oleh apa yang pernah menyakitimu, tapi dituntun oleh siapa yang telah kamu jadi.

Itulah ulasan tentang hari terakhir kamu menangis karena hal yang sama.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Linggauni -
EditorLinggauni -
Follow Us