Kelompok Tenun Mantar Berseri Lanjutkan Tradisi dan Tingkatkan Ekonomi

Sumbawa Barat, IDN Times – Desa Mantar merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Poto Tano, Kabupaten Sumbawa Barat. Warga di desa ini memiliki kelompok tenun bernama Mantar Berseri. Mereka melajutkan tradisi leluhur untuk menenun kain yang dapat digunakan sehari-hari.
Saat ini, tenun tidak hanya digunakan sehari-hari saja, namun dapat bernilai ekonomi. Kelompok Tenun Mantar Berseri memproduksi kain tenun yang dikreasikan menjadi beberapa jenis kerajinan. Mereka kemudian menjual hasil tenun itu dan mendapatkan keuntungan.
“Produk selain kain, selendang, sarung, tote bag, topi dan baju. Dipasarkan ke hotel-hotel, wisatawan, instansi juga banyak yang pesan. Tapi karena alatnya cuma dua, jadi tidak bisa memenuhi semua permintaan (pemesanan),” kata Ketua Kelompok Tenun Mantar Berseri, Sri Devi, di Desa Mantar Berseri di Desa Mantar, Kamis (31/10/2024).
1.Pakai dana desa

Kepala Desa Mantar, Asmono mengatakan bahwa pihaknya sangat mendukung keberadaan kelompok tenun ini. Bentuk dukungan yang diberikan berupa bantuan pendanaan untuk membeli benang dan beberapa bantuan lainnya.
“Benangnya ini dari pemdes. Pemberian pelatihan dan juga bangunan ini juga dari pemdes. Semuanya pakai dana desa,” kata Asmono.
Ia mengaku senang dengan adanya kelompok tenun ini, kerajinan Desa Mantar semakin dikenal. Selain itu, bisa memberikan manfaat secara ekonomi kepada para anggota kelompok tenun.
“Kita berharap kedepannya bisa dibantu oleh pemda, sehingga ada galeri untuk memajang hasil kerajinan. Tapi ini sudah dibantu sebelumnya, berupa alat tenun bukan mesin,” ujarnya.
2.Program pemberdayaan masyarakat dari PT Amman Mineral

Kelompok Tenun Mantar Berseri ini juga didampingi oleh PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMMAN). Program ini juga mengantarkan AMMAN mendapatkan penghargaan sebagai ‘Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Mineral Terinovatif’ kategori ‘Sosial dan Budaya’ dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
“Fokus untuk pemberdayaan ekonomi sendiri, memastikan pelaku IKM untuk berbisnis secara mandiri, berbisnis secara baik dan memiiki kemampuan mengelola. Mereka juga memiliki kemampuan independent untuk komunitas mereka sendiri,” kata Senior Manager Social Impact AMMAN, Aji Suryanto.
3. Lanjutkan tradisi leluhur

Desa Mantar memiliki tradisi kain tenun tradisional yang indah dan mencerminkan budaya Tanah Sumbawa. Namun pengetahuan mengenai cara menenun dan motif tenun khas Mantar sudah hampir terlupakan.
Diketahui saat itu hanya tersisa empat orang sesepuh di Desa Mantar yang dapat mengoperasikan gedogan dengan kemampuan sangat dasar, dan motif tenun yang ada tidak tercatat dengan baik sehingga tidak dapat direplikasi oleh generasi berikutnya.
Dalam pelaksanaannya, komunitas kelompok tenun berhasil dibentuk yang terdiri dari perempuan muda Desa Mantar sebagai generasi penerus. Awalnya, kelompok ini hanya terdiri dari sembilan orang, dan berkembang menjadi 16 orang penenun muda.
Saat ini, mereka dapat saling bekerja sama dalam kegiatan menenun, di mana sebelumnya kegiatan menenun dilakukan secara individual. Pengembangan kelompok tenun juga dilakukan dengan pendekatan partisipatif, baik dalam menentukan identitas, bentuk dan struktur organisasi/pembagian tugas, peran tanggung jawab.
Seiring waktu berjalan, program Mantar Berseri telah menampakkan keberhasilannya. Kelompok tenun telah berhasil membuat desain dan menyusun database motif yang tercatat secara digital. Berkat pelatihan manajemen bisnis, kelompok tenun Mantar Berseri kini mampu memproduksi kain tenun menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) dan gedogan, serta berbagai produk turunan seperti outer, tumbler dan gantungan kunci, menciptakan motif tenun baru.
Mereka didampingi untuk secara konsisten mempromosikan produk di media sosial, menjalin hubungan bisnis dengan UMKM lain di KSB hingga mampu meningkatkan omzet hingga Rp120 juta. Saat ini, mereka juga masih berupaya untuk memperluas jangkauan pasar hingga ke luar daerah.