Kejar Target Investasi Rp61 Triliun, NTB Genjot Sektor Pariwisata dan Pertanian

- Realisasi investasi NTB 2024 mencapai Rp54,5 triliun
- Dorong investasi industri turunan smelter dan sektor lainnya
- Bukan hanya mengandalkan tambang, tapi juga sektor pariwisata dan pertanian
Mataram, IDN Times - Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI menargetkan realisasi investasi di Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 2025 sebesar Rp61 triliun. Pemprov NTB menganggap target tersebut cukup besar mengingat investasi pembangunan smelter PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) di Sumbawa Barat sudah rampung pada 2024.
Untuk mengejar target investasi yang dibebankan pemerintah pusat, Pemprov NTB akan menggenjot investasi di sektor pariwisata dan pertanian.
"Untuk mengejar target investasi NTB sebesar Rp61 triliun. Kita ke sektor lain, seperti pariwisata, pertanian, perkebunan, peternakan kita dorong. Sudah kita petakan per kabupaten/kota, sudah kita breakdown," kata Plt Kepala DPMPTSP NTB Eva Dewiyani di Mataram, Kamis (5/6/2025).
1. Dorong investasi industri turunan smelter

Dia menjelaskan target realisasi investasi sebesar Rp61 triliun bukan ditentukan oleh Pemprov NTB melainkan BKPM RI. Dia menjelaskan BKPM menargetkan realisasi investasi sebesar Rp61 triliun pada 2025 karena melihat tren capaian investasi di NTB pada 2024 lalu.
"Karena dilihat trennya tahun lalu sampai 202 persen realisasinya. Itu yang menyebabkan kita diberikan target dari Rp29 triliun menjadi Rp61 triliun," jelas Eva.
Dia mengaku cukup berat untuk mencapai target realisasi investasi Rp61 triliun pada 2025. Namun, pihaknya akan mendorong investasi industri turunan smelter di Sumbawa Barat.
"Tapi kita coba kabupaten lain juga didorong. Kita mendorong investasi industri turunan smelter termasuk pariwisata, pertanian, perkebunan dan peternakan," terangnya.
2. Bukan hanya mengandalkan tambang

Mantan Kepala Bappenda NTB ini mengatakan pihaknya terus berkoordinasi dengan Pemda kabupaten/kota untuk mendorong tumbuhnya sektor lain. Sehingga NTB bukan hanya mengandalkan investasi di sektor pertambangan namun juga sektor lainnya.
"Jadi bukan hanya mengandalkan sektor tambang. Banyak juga potensi yang belum tergali. Karena dari kajian yang dilakukan akademisi, ternyata banyak juga potensi lain yang belum digarap," kata Eva.
Selain itu, pihaknya juga mengawal rencana investasi pembangunan kereta gantung Rinjani. Namun, hingga saat ini, proses perizinannya masih di pemerintah pusat.
"Lama tidaknya perizinan tergantung mereka (pemerintah pusat). Kita belum tahu kelanjutannya soal proyek kereta gantung Rinjani. Tapi investornya sudah menyerahkan dana Rp5 miliar sebagai bentuk keseriusan merealisasikan investasi," tandas Eva.
3. Realisasi investasi NTB 2024 menembus Rp54,5 triliun

DPMPTSP NTB mencatat realisasi investasi sepanjang 2024 menembus angka Rp54,5 triliun. Realisasi investasi di NTB mencapai 202 persen dari target yang dibebankan Kementerian Investasi atau BKPM sebesar Rp26,9 triliun pada 2024.
Realisasi investasi sebesar Rp54,5 triliun, mampu menyerap tenaga kerja Indonesia sebanyak 15.590 orang. Selain itu, tercatat juga 221 tenaga kerja asing yang bekerja di NTB. Realisasi investasi sektor pertambangan atau energi dan sumber daya mineral (ESDM) paling tinggi pada 2024.
Realisasi sektor ESDM menembus angka Rp37,9 triliun, terdiri dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp30,2 triliun dan Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp7,6 triliun.
Kemudian disusul investasi sektor perindustrian menembus angka Rp10,03 triliun, terdiri dari PMDN sebesar Rp9,8 triliun dan PMA sebesar Rp182,9 miliar. Berikutnya, sektor pariwisata dan ekonomi kreatif menembus angka Rp4,07 triliun, terdiri dari PMDN Rp1,3 triliun dan PMA Rp2,6 triliun. Selanjutnya investasi sektor perdagangan menembus angka Rp1,3 triliun, terdiri dari PMDN Rp1,2 triliun dan PMA Rp144,2 miliar.
Selain itu, sektor transportasi realisasi investasi mencapai Rp267,2 miliar, ketenagakerjaan Rp280,1 miliar, kelautan dan perikanan Rp274,1 miliar, PUPR Rp164,5 miliar, peternakan, pertanian dan perkebunan Rp53,6 miliar dan sektor-sektor lainnya.