Kisah Nakes di Bima, Diupah Rp50 Ribu dan Nyambi Jual Kue di Puskesmas

Upah itu merupakan sumbangan dari ASN tempat ia bekerja

Bima, IDN Times - Kisah sedih diderita Wiwin Kurniawati, tenaga perawat di Kota Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Sekalipun sudah 12 tahun sebagai garda terdepan pelayanan kesehatan, namun dia tetap semangat mengabdi walau hanya dikasih upah seadanya.

Dengan kondisi penghasilan yang masih jauh dari harapan, perempuan 37 tahun ini harus pandai memutar otak. Memanfaatkan peluang, dia nyambi jualan kecil-kecilan di puskesmas tempat ia mengadu nasib.

1. 12 tahun mengabdi, belum dapat gaji memadai

Kisah Nakes di Bima, Diupah Rp50 Ribu dan Nyambi Jual Kue di PuskesmasFoto Nakes saat mendatangi BKPSDM Kota Bima, (IDN Times/Juliadin)

Ketika ditemui IDN Times, tampak Wiwin Kurniawati sedang meratapi nasib yang masih terombang-ambing tanpa kejelasan dari pemerintah. Dia merupakan tenaga sukarela di Puskesmas Penana'e Kecamatan Asakota.

Wiwin sapaan karib Nakes ini mengaku, mengabdi di fasilitas kesehatan tersebut sejak tahun 2010 silam hingga 2022 sekarang ini. Selama 12 tahun bekerja, sepersen pun tidak pernah mendapatkan gaji dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), lebih-lebih dari APBN. 

Dia menyadari jika dirinya tidak tercatat sebagai tenaga kontrak atau mendapat SK Honor Daerah (Honda). Tak seperti status kepegawaian oleh kebanyakan Nakes di puskesmas lainnya.

"Belasan tahun mengabdi, sedikit pun saya gak pernah makan gaji dari negara," ungkap dia saat mengadu nasib di BKPSDM Kota Bima pada IDN Times, Kamis (29/9/2022).

Baca Juga: Proyek Rp166 Miliar, Wali Kota Bima Bantah Libatkan Keluarga Pejabat

2. Diupah dari Rp50 hingga Rp100 ribu per bulan

Kisah Nakes di Bima, Diupah Rp50 Ribu dan Nyambi Jual Kue di Puskesmasilustrasi uang tunai baru (ANTARA FOTO/Arif Firmansyah)

Selama mengabdi, tidak banyak upah yang diperoleh Wiwin pada setiap bulan. Dia bersama sejumlah rekan-rekannya dikasih upah dengan nominal yang variatif. Tidak menentu, mulai dari Rp50 hingga Rp100 ribu per bulan.

Upah itu juga merupakan keikhlasan sumbangan oleh para Nakes yang berstatus sebagai ASN di Puskesmas Penana'e. Bukan dari dana yang bersumber dari pemangku kebijakan (pemerintah).

"Sumbangan itu saja yang kami dapat, selebihnya gak ada sumber pendapatan lain," tutur dia.

Dengan kondisi ekonomi di era modern sekarang ini, Wiwin mengaku upah yang diperoleh masih jauh dari mencukupi kebutuhan. Praktis memaksa dia harus memanfaatkan kesempatan di sela-sela kekosongan pelayanan, dia nyambi jual kue dan makanan untuk menambah penghasilan.

"Macam-macam saya jual di puskesmas, ada kue, mie, air minum dan lain-lain," terangnya.

3. Diharapkan bisa diangkat jadi tenaga kontrak

Kisah Nakes di Bima, Diupah Rp50 Ribu dan Nyambi Jual Kue di PuskesmasIlustrasi ASN (Dok.)

Sehari-hari dari rumah saat berangkat kerja, Wiwin harus membawa barang dagangannya untuk dipasarkan di puskesmas tempat ia bekerja. Dari hasil jualan itu, paling tidak bisa meningkatkan penghasilan untuk menyambung hidup.

"Kalau gak sambil jualan, biaya hidup sehari-hari mana cukup," keluhnya sambil menahan tangis.

Dengan kondisi saat ini, impian Wiwin menjadi ASN perlahan pupus. Kini ia harus meratapi nasib yang suram, karena terhalang dengan faktor usia, sebagai satu di antara syarat prioritas ikut seleksi.

Namun di sisa umur sebelum menua, ia masih punya satu harapan. Dia berharap bisa diangkat langsung sebagai tenaga kontrak, sehingga bisa mendapatkan penghasilan yang layak.

Baca Juga: Tidak Terdata di BKN, Nakes Non ASN di Kota Bima Ancam Mogok Kerja

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya