Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Balita obesitas asal Kabupaten Bekasi, Jawa Barat Muhammad Kenzi Alfaro (16 bulan). (ANTARA/Pradita Kurniawan Syah)

Mataram, IDN Times - Selain masalah gizi buruk dan stunting, balita di Nusa Tenggara Barat (NTB) juga banyak mengalami obesitas. Data Dinas Kesehatan Provinsi NTB pada 2022, jumlah balita yang mengalami obesitas sebanyak 2.021 orang.

Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Provinsi NTB dr. Nurhandini Eka Dewi, Sp.A, MPH., mengatakan selain masalah stunting dan gizi buruk, obesitas pada balita juga mulai muncul.

"Jangan anak-anak dibiasakan makan jajan. Jajanan yang disukai anak itu manis-manis. Manis itu mengandung gula yang tinggi. Itu memacu obesitas," kata Eka di Mataram, Sabtu (11/3/2023).

1. Pola makan tidak seimbang dan kurangi anak pegang gadget

ilustrasi pola makan sehat bergizi seimbang pada anak (pexels.com/Alex Green)

Menurutnya, balita atau anak di bawah 5 tahun yang mengalami obesitas karena pola makan yang tidak sehat. Pola makan yang tidak seimbang, jajanan sembarangan yang tidak bergizi memicu anak menderita obesitas. Untuk itu, pola makan seimbang harus dibiasakan sejak kecil.

Selain pola makan yang tidak seimbang, obesitas pad anak juga dipicu penggunaan gadget yang berlebihan. anak tidak boleh dibiarkan memegang gadget lebih dari 30 menit dalam sehari. Seperti yang terjadi saat ini, anak-anak dibiarkan memegang gadget seharian.

"Akibatnya mereka tidak pernah bergerak sehingga memicu anak obesitas," ucapnya.

Perubahan gaya hidup memicu semakin banyaknya kasus obesitas. Anak-anak sekarang lebih suka makan makanan siap saji daripada makanan bergizi.

"Anak sekarang justru banyak jajan daripada makanan yang sehat yang dimakan. Lebih banyak makan permen, cokelat, kentucky. Padahal itu lemaknya tinggi," terang Eka.

2. Anak berpotensi kena penyakit degeneratif seperti diabetes dan hipertensi

Editorial Team

Tonton lebih seru di