Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Diguyur Bansos, Penduduk Miskin di NTB Hanya Turun 0,13 Persen

IMG_20250723_105651_637.jpg
Penyaluran bantuan pangan beras kepada masyarakat miskin di NTB. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Mataram, IDN Times - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis persentase penduduk miskin di provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Maret 2025 sebesar 11,78 persen. Persentase penduduk miskin turun sebesar 0,13 persen terhadap September 2024 dan turun 1,13 persen terhadap Maret 2024.

Pada September 2024, persentase penduduk miskin di NTB sebesar 11,91 persen, sedangkan pada Maret 2024 sebesar 12,91 persen. Kepala BPS NTB Wahyudin membeberkan sejumlah faktor yang menyebabkan penurunan angka kemiskinan di NTB periode September 2024 sampai Maret 2025.

Setidaknya ada tujuh faktor yang mempengaruhi penurunan persentase kemiskinan di NTB, salah satunya guyuran bantuan sosial (bansos) kepada masyarakat miskin. Dia mengatakan penyaluran bansos mengurangi beban pengeluaran masyarakat.

"Penyaluran Bansos Sembako atau BPNT NTB sampai bulan Maret 2025 meningkat sebesar 3,54 persen dibanding bulan September 2024. Dari target 505.565 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) telah disalurkan kepada 496.778 KPM," kata Wahyudin di Mataram, Jumat (25/7/2025).

1. Enam faktor lainnya yang berpengaruh pada penurunan kemiskinan di NTB

Kepala BPS NTB Wahyudin. (IDN Times/Muhammad Nasir)
Kepala BPS NTB Wahyudin. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Selain itu, sebut Wahyudin, ada enam faktor lainnya yang berpengaruh terhadap penurunan kemiskinan di NTB periode September 2024 sampai Maret 2025. Pertama, perekonomian NTB triwulan I 2025 mengalami kontraksi sebesar -1,47 persen (y-on-y), namun pertumbuhan ekonomi NTB tanpa tambang tumbuh sebesar 5,57 persen direbound oleh pertumbuhan sektor pertanian yang menjadi pilar utama perekonomian NTB yaitu sebesar 10,28 persen dengan share sebesar 23,24 persen.

"Sektor tersebut menyerap tenaga kerja di NTB 32,50 persen pada Februari 2025 yaitu sebanyak 43,66 ribu orang dibanding tahun sebelumnya," jelas Wahyudin.

Kedua, kenaikan harga pembelian pemerintah (HPP) untuk komoditas gabah dan jagung. Dijelaskan, Pemerintah resmi menaikkan HPP untuk gabah dan jagung yang efektif mulai 1 Februari 2025.

HPP gabah menjadi Rp6.500 per kilogram dan HPP jagung pakan menjadi Rp5.500 per kilogram. Kenaikan HPP ini, kata Wahyudin, meningkatkan kesejahteraan petani dan mendorong produktivitas pertanian serta potensi mengurangi kemiskinan.

Ketiga, pada triwulan I 2025 terdapat peningkatan produksi padi dan jagung di NTB. Peningkatan produksi padi sebesar 141,09 ribu ton GKG atau 55,43 persen dibandingkan produksi padi pada triwulan I 2024 yang sebesar 254,56 ribu ton GKG.

Sedangkan produksi jagung pada triwulan I 2025 sebesar 221,049 ribu ton pipilan kering. Produksinya meningkat 43,88 persen dibandingkan produksi jagung pada triwulan I 2024 yaitu sebesar 153,631 ribu ton pipilan kering.

Keempat, persentase perubahan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi NTB Maret 2025 dibandingkan September 2024 meningkat sebesar 5,63 persen. Kelima, konsumsi masyarakat NTB tumbuh 4,18 persen (y-on-y), sehingga menopang pertumbuhan perekonomian NTB dan menggambarkan daya beli masyarakat tumbuh positif.

Keenam, rata-rata upah buruh di NTB meningkat. Rata-rata upah buruh pada Februari 2025 sebesar Rp2.377.411, mengalami peningkatan sebesar 0,52 persen dibandingkan Agustus 2024 yaitu sebesar Rp2.365.102.

2. Penduduk miskin di NTB tersisa 654,57 ribu orang

Ilustrasi masyarakat miskin mendapatkan bantuan beras (IDN Times/Muhammad Nasir)
Ilustrasi masyarakat miskin mendapatkan bantuan beras (IDN Times/Muhammad Nasir)

Wahyudin menyebutkan jumlah penduduk miskin di NTB pada Maret 2025 sebanyak 654,57 ribu orang. Dibandingkan September 2024, jumlah penduduk miskin turun sebanyak 4,03 ribu orang. Sementara jika dibandingkan dengan Maret 2024, jumlah penduduk miskin turun sebanyak 54,44 ribu orang.

Berdasarkan daerah tempat tinggal, kata Wahyudin, pada periode September 2024-Maret 2025, jumlah penduduk miskin perkotaan di NTB naik sebesar 14,94 ribu orang sedangkan di perdesaan turun sebesar 18,97 ribu orang. Dikatakan, persentase kemiskinan di perkotaan naik dari 11,64 persen menjadi 12,02 persen. Sementara di perdesaan turun dari 12,21 persen menjadi 11,51 persen.

3. Beras dan rokok penyumbang terbesar garis kemiskinan di NTB

IMG_20250723_110924_805.jpg
Ilustrasi beras di gudang Bulog NTB. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Dia menyebut garis kemiskinan di NTB pada Maret 2025 sebesar Rp556.846 per kapita per bulan. Dibandingkan September 2024, garis kemiskinan naik sebesar 3,05 persen. Sementara jika dibandingkan Maret 2024, terjadi kenaikan sebesar 4,14 persen.

Dengan memperhatikan komponen garis kemiskinan, jelas Wahyudin, yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), peranan komoditas makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditas bukan makanan. Besarnya sumbangan garis kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan di NTB pada Maret 2025 di perkotaan sebesar 75,97 persen dan perdesaan sebesar 75,71 persen.

Dia menjelaskan, pada Maret 2025, komoditas makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada garis kemiskinan di NTB, baik di perkotaan maupun perdesaan, pada umumnya hampir sama. Beras masih memberi sumbangan terbesar, yakni sebesar 26,72 persen di perkotaan dan 31,99 persen di perdesaan.

Kemudian rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar kedua terhadap garis kemiskinan yaitu sebesar 8,00 persen di perkotaan dan 5,50 persen di perdesaan. Komoditas lainnya adalah telur ayam ras sebesar 4,39 persen di perkotaan dan 3,20 persen di perdesaan, daging ayam ras sebesar 3,73 persen di perkotaan dan 2,25 persen di perdesaan. Selain itu, cabe rawit sebesar 2,24 persen di perkotaan dan 2,98 persen di perdesaan, roti sebesar 2,10 persen di perkotaan dan 2,41 persen di perdesaan.

Sedangkan komoditas bukan makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada garis kemiskinan di perkotaan dan perdesaan, adalah perumahan 9,11 persen di perkotaan dan 11,72 persen di perdesaan. Kemudian bensin sebesar 2,21 persen di perkotaan dan 2,39 persen di perdesaan, dan pendidikan sebesar 2,10 persen di perkotaan dan 1,26 persen di perdesaan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Linggauni -
EditorLinggauni -
Follow Us