ASITA Respons Soal Wisatawan Kena Pungli saat Berkunjung ke SBD

Kupang, IDN Times - ASITA (Association of The Indonesian Tours & Travel Agencies) menyarankan penataan tarif yang proporsional dan pendampingan sumber daya manusia (SDM) di area wisata Pantai Mandorak dan Kampung Adat Ratenggaro.
Saran ini disampaikan Ketua DPD ASITA Nusa Tenggara Timur (NTT), Oyan Kristian, ketika bertemu langsung pihak Dinas Pariwisata Sumba Barat Daya (SBD). Diskusi ini berlangsung usai viralnya pungli yang dialami Jajago Keliling Indonesia.
Asosiasi perusahaan perjalanan wisata Indonesia ini mencatat kondisi tersebut telah berlangsung lama sebelum viral di jagat maya. Untuk itu, ASITA berharap Pemda SBD punya solusi jangka panjang, bukan solusi sesaat yang meredam situasi.
1. Penataan tarif yang masuk akal

Penataan wisata di sana bisa dimulai misalnya dari sistem pembelian karcis yang terarah dan tarif yang masuk akal. Model penawaran jasa ke tamu pun harus senyaman mungkin. Pelayanan seperti ini yang akan memberi kesan dan kepuasan bagi tamu. Tamu biasanya tidak akan datang atau memberi testimoni yang buruk bila hal ini diabaikan.
"Ini berpengaruh terhadap psikologis tamu yang merasa mereka datang tapi kayak dipalak. Kadang tawaran ini sifatnya memaksa, menekan tamu menggunakan jasa, foto dengan kuda, dengan kain tenun, kalau tamu menolak sekali mereka masih terus meminta, memaksa. Ini jadi pola yang tidak nyaman bagi para tamu," jelas dia.
2. Pendampingan masyarakat

ASITA juga mencatat masyarakat setempat telah beberapa kali dibina dan diedukasi oleh beberapa pihak ketiga. Namun karakteristik SDM di sana belum sepenuhnya berubah sehingga perlu pendampingan lanjutan.
Pada rapat itu disebut akan ada program CSR (corporate social responsibility) bagi pengembangan SDM terkait hospitality. Ia mendukung ini karena masyarakat adalah bagian yang tidak terlepas dalam kegiatan pariwisata.
"Sehingga perlu edukasi, pelatihan dan pendampingan baik oleh pemerintah dan pihak ketiga. Masyarakat sendiri yang dapat menjaga destinasi wisata mereka hingga ke anak cucu mereka," lanjut dia.
3. Jadikan kritik yang membangun

Sorotan publik soal pelayanan di Pantai Mandorak dan Kampung Adat Ratenggaro, kata dia, bisa jadi kritik yang membangun agar membenahi pola pelayanan yang sudah lama terjadi.
"Kita menanggapi ini sebagai hal positif dan sebagai masukan bagi pemerintah untuk berbenah lagi bila belum ada perubahan baik. Kita sadari Sumba ini destinasi wisata yang menarik dan populer di Indonesia dan banyak orang yang mau datang," tambahnya.
ASITA sendiri, kata Oyan, selalu mempromosikan Sumba sebagai destinasi yang indah dan unggulan di banyak kesempatan dan kegiatan agar menarik kunjungan banyak wisatawan.