Gubernur NTT Dukung Peningkatan Produksi Biopestisida

Kupang, IDN Times - Gubernur provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) mengunjungi dan mengamati UPT Perbenihan, Kebun Dinas dan Laboratorium Hayati Perkebunan (PKDLHP) pada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT.
Dalam kunjungan di UPT PKDLHP tersebut, Gubernur VBL mengamati secara langsung proses produksi biopestisida. Di antaranya jamur trichoderma, metarizium dan beauveria yang termasuk agen pengendali hayati untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman.
1. Proses pembuatan
Proses pembuatan biopestisida tersebut dimulai dari eksplorasi dan penyediaan isolatnya. Pembuatan starter dan perbanyakan untuk produksi massal sesuai kebutuhan.
Biopestisida merupakan pestisida hayati, yang bahan utamanya berasal dari makhluk hidup, seperti mikroorganisme, bakteri, cendawan, dan nematoda.
2. Ramah lingkungan
Biopestisida digunakan untuk mengendalikan hama seperti serangga atau penyakit yang mengganggu, merusak, atau menyerang tanaman. Biopestisida dapat dikatakan ramah lingkungan, karena tidak mengandung zat racun yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan.
Biopestisida disebut sangat berbeda dibandingkan dengan pestisida kimia yang biasa digunakan.
Baca Juga: Banjir di Sikka NTT Menelan Korban Jiwa, Satu Balita Belum Ditemukan
3. Bermanfaat bagi petani
Gubernur VBL mengatakan pembuatan biopestisida ini perlu ditingkatkan karena sangat bermanfaat bagi bidang pertanian.
"Kita perlu dukung pengembangan biopestisida ini karena mudah dilakukan, ramah lingkungan, dan dapat dimanfaatkan secara luas oleh para petani dan juga ini akan mengurangi ketergantungan kita terhadap pupuk kimia," kata Gubernur.
"Jadi saya harapkan untuk terus dikembangkan dan ditingkatkan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat kita," kata Gubernur.
4. Mudah didapat dan ekonomis
Sementara itu, Kepala UPT PKDLHP Dewi Manek menjelaskan biopestisida dengan dibuat dari bahan alami atau zat organik sehingga mudah didapat, dan lebih ekonomis.
"Kita juga melakukan pembuatan biopestisida dalam produksi masal untuk pengendalian hama dan kita sesuaikan dengan permintaan dari kabupaten yang membutuhkan," tambahnya.
Biopestisida akan dipakai untuk perkebunan seperti kelapa, cengkeh dan lain-lain. "Ini merupakan salah satu alternatif yang baik untuk mengurangi ketergantungan para petani pada pupuk kimia," ungkapnya.
5. Pengembangan komoditi
Dewi juga menjelaskan untuk Pengelolaan Kebun Dinas pada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT, juga dikembangkan komoditi cengkeh, jambu mente, kopi, kakao, dan kelapa.
Pengembangan komoditi tersebut bertempat di 10 kebun dinas yang tersebar di 8 Kabupaten diantaranya Kabupaten Alor, TTU, Sikka, Ende, Nagekeo, Manggarai Timur, Manggarai Barat dan Sumba Barat Daya.
Dalam kunjungan tersebut, gubernur turut didampingi Kepala Dinas Pertanian Lecky F. Koli, Kepala Badan Kepegawaian Daerah Provinsi NTT Henderina Laiskodat, Kepala Biro Administrasi Pimpinan Setda Provinsi NTT Prisila Q. Parera, Staf Khusus Gubernur Bidang Pertanian, Peternakan dan Energi Prof. Fred Benu serta Kepala UPT PKDLHP Dewi Manek.
Baca Juga: Ditebas Warga, Dua Jari Tangan Polisi di Mabar NTT Nyaris Putus
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.