5 Tips Mudah yang Bisa Kamu Terapkan Setiap Hari ala Stoik

Filosofi Stoik, yang lahir di Yunani Kuno, semakin populer di era modern karena kesederhanaan prinsipnya, fokus pada hal-hal yang bisa kita kendalikan dan menerima dengan tenang apa yang berada di luar kendali kita. Meski berusia ribuan tahun, ajaran Stoik ternyata sangat relevan dengan tantangan hidup masa kini, dari stres kerja, kegelisahan akan masa depan, hingga rasa kecewa terhadap orang lain.
Psikologi modern bahkan melihat banyak kesamaan antara Stoik dengan terapi kognitif yaitu Cognitive Behavioral Therapy (CBT). Intinya, Stoik bukan sekadar filsafat abstrak, tetapi bisa menjadi panduan praktis untuk hidup lebih tenang, bijak, dan seimbang.
Berikut 5 tips mudah yang bisa kamu terapkan setiap hari untuk melatih diri ala Stoik.
1. Fokus pada apa yang bisa kamu kendalikan

Prinsip inti Stoik adalah membedakan antara apa yang bisa dan tidak bisa kita kendalikan. Kita tidak bisa mengatur cuaca, opini orang lain, atau masa lalu. Namun, kita bisa mengendalikan reaksi, sikap, dan pilihan kita sendiri. Kesadaran sederhana ini dapat mengurangi stres karena kita berhenti menghabiskan energi pada hal-hal yang mustahil diubah.
Misalnya, alih-alih kesal karena macet, kita bisa memilih mendengarkan podcast atau musik favorit agar waktu terasa lebih bermanfaat. Dengan memusatkan perhatian pada hal-hal yang bisa dikendalikan, hidup menjadi lebih ringan dan bermakna.
2. Latih diri untuk menerima kenyataan

Banyak penderitaan lahir bukan dari peristiwa itu sendiri, melainkan dari penolakan kita terhadap kenyataan. Stoik mengajarkan untuk menerima realitas sebagaimana adanya. Ini bukan berarti pasrah, melainkan menerima situasi saat ini sebagai titik awal untuk melangkah.
Ketika rencana tidak berjalan sesuai harapan, cobalah melihatnya sebagai pelajaran. Dengan menerima kenyataan, kita tidak lagi terjebak dalam keluhan, tetapi bisa lebih cepat menata ulang strategi. Inilah yang membuat para Stoik dikenal tangguh menghadapi kesulitan hidup.
3. Latihan perspektif: bayangkan hal buruk bisa terjadi

Salah satu praktik Stoik adalah premeditatio malorum, membayangkan skenario buruk sebelum benar-benar terjadi. Tujuannya bukan untuk menakut-nakuti diri, melainkan melatih mental agar lebih siap menerima kenyataan jika hal itu benar-benar terjadi.
Misalnya, sebelum presentasi penting, bayangkan kemungkinan ditolak atau dikritik. Dengan begitu, saat kritik benar-benar datang, kita tidak kaget atau hancur. Latihan ini membantu kita lebih menghargai apa yang ada sekarang, sekaligus memperkuat daya tahan mental.
4. Syukuri hal-hal kecil setiap hari

Stoik mengajarkan bahwa kebahagiaan bukan datang dari kemewahan, melainkan dari kemampuan menikmati hal sederhana. Menyadari bahwa setiap hari kita masih bisa bernapas, makan, atau berbicara dengan orang yang kita cintai, sudah cukup menjadi alasan untuk bersyukur.
Melatih syukur bukan hanya membuat kita lebih tenang, tetapi juga melawan keinginan tanpa henti untuk selalu mengejar lebih. Dari sisi psikologi, syukur terbukti menurunkan stres dan meningkatkan kepuasan hidup. Dengan demikian, hidup terasa cukup meski tidak sempurna.
5. Renungkan kefanaan hidup

Stoik kerap mengingatkan manusia akan kefanaan hidup dengan ungkapan memento mori, yaitu ingatlah bahwa kamu akan mati. Alih-alih menakutkan, kesadaran ini membuat kita lebih menghargai waktu, lebih bijak dalam mengambil keputusan, dan lebih sayang pada orang terdekat.
Saat kita menyadari bahwa hidup tidak selamanya, hal-hal kecil yang biasanya membuat marah atau kecewa jadi terasa sepele. Kita jadi lebih fokus pada hal-hal yang benar-benar bermakna. Dengan begitu, hidup sehari-hari tidak lagi dijalani sekadar rutinitas, melainkan dengan kesadaran penuh.
Itulah 5 tips mudah yang bisa kamu terapkan setiap hari untuk melatih diri ala Stoik.