Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Cara Trauma Masa Lalu Membentuk Keputusan yang akan Kamu Ambil

ilustrasi trauma (freepik.com/freepik)

Trauma masa lalu sering kali memiliki dampak yang mendalam dan berkepanjangan dalam kehidupan kita, termasuk cara kita membuat keputusan saat ini. Pengalaman-pengalaman sulit atau menakutkan yang pernah kita alami dapat membentuk pola pikir dan perilaku kita, memengaruhi bagaimana kita menilai risiko, membuat pilihan, dan merespons situasi baru.

Hal ini bisa menyebabkan kita menghindari situasi tertentu, membuat keputusan impulsif, atau merasa terjebak dalam pola perilaku yang tidak sehat. 

1. Trauma dapat menyebabkan seseorang menjadi sangat waspada

ilustrasi khawatir (freepik.com/freepik)

Menurut laman Centre for Clinical Psychology, ketika seseorang mengalami trauma, mereka mungkin lebih cenderung mengalami waspada berlebihan, yaitu keadaan di mana seseorang selalu mencari potensi ancaman. Hal ini dapat menyebabkan pengambilan keputusan yang buruk mengenai ancaman yang sebenarnya.

Reaksi impulsif dapat muncul dalam dua cara. Yang pertama, sebagai respons terhadap ancaman yang dirasakan, seseorang mungkin membuat keputusan cepat tanpa mempertimbangkan situasi dengan baik, karena mereka terlalu waspada dan gelisah. Akibatnya, mereka mungkin membuat keputusan terburu-buru yang tidak menguntungkan mereka.

Selain itu, seseorang mungkin membuat keputusan asal sebagai cara untuk menghindari perasaan sulit. Misalnya, seseorang yang merasa tertekan mungkin mengambil keputusan ekstrem seperti menghindari tanggung jawab atau mengubah pekerjaan secara mendadak untuk menghindari stres, tanpa mempertimbangkan dampaknya secara menyeluruh.

2. Trauma masa lalu bisa menurunkan self-esteem

ilustrasi trauma (freepik.com/freepik)

Trauma masa lalu dapat memengaruhi harga diri dan kemampuan seseorang untuk memperjuangkan kebutuhan pribadi. Individu yang mengalami trauma mungkin memiliki pandangan negatif tentang diri mereka sendiri, yang dapat menurunkan rasa harga diri dalam hubungan.

Ini seringkali membuat mereka mencari validasi dari orang lain, mentolerir perlakuan buruk, atau mengorbankan diri demi mendapatkan cinta dan persetujuan.

Dampak dari rendahnya harga diri ini adalah sulitnya mereka untuk mengemukakan kebutuhan dan menetapkan batasan dalam hubungan. Ketidakmampuan untuk mengkomunikasikan kebutuhan dengan jelas dan menetapkan batasan yang sehat dapat mempengaruhi keputusan yang diambil dalam hubungan.

Misalnya, mereka mungkin cenderung menghindari konfrontasi atau menyetujui hal-hal yang tidak mereka inginkan demi menjaga hubungan, yang pada akhirnya dapat merugikan mereka secara emosional dan menghambat keberhasilan hubungan tersebut, demikian dilansir Simi Psychological Group. 

3. Dampak trauma membuat seseorang sulit memproses informasi

ilustrasi trauma (freepik.com/freepik)

Post Traumatic Stress Disorder atau PTSD merupakan gangguan kecemasan yang membuat penderitanya teringat pada kejadian traumatis. Ketika seseorang mengalami PTSD, mereka mungkin menghadapi halusinasi yang membuat mereka melihat atau mendengar hal-hal yang tidak nyata. Ini mirip dengan gejala pada gangguan mental lain seperti skizofrenia.

Trauma masa lalu dapat meninggalkan bekas yang mendalam, mempengaruhi cara seseorang membuat keputusan di masa kini. Halusinasi akibat trauma dapat menyebabkan seseorang merasa seolah-olah mereka mengalami kembali peristiwa traumatis dari masa lalu.

Hal ini mengganggu pemrosesan informasi di otak, yang berdampak pada kemampuan berpikir. Ketidakmampuan memproses informasi dengan benar dapat membuat pengambilan keputusan menjadi lebih sulit, seperti dikutip laman ProjectXFactor. 

4. Menyebabkan seseorang mengulang pola hubungan tidak sehat

ilustrasi cemas (freepik.com/freepik)

Tanpa kesadaran dan intervensi, orang dengan trauma masa lalu mungkin tanpa sadar membuat keputusan yang membawa mereka ke dalam hubungan yang mirip dengan pengalaman traumatis mereka karena pola-pola yang sudah dikenal.

Trauma masa lalu dapat menyebabkan seseorang mengulangi pola hubungan yang tidak sehat, seperti mencari hubungan yang mencerminkan ketidakstabilan emosional yang sama dengan pengalaman masa lalu mereka. Meskipun pola ini terasa familiar, hal tersebut bisa mengarah pada hubungan yang buruk dan merugikan diri sendiri. 

Akibatnya, pola-pola ini juga memengaruhi pengambilan keputusan saat ini. Keputusan yang dibuat bisa dipengaruhi oleh kebiasaan yang terbentuk dari pengalaman masa lalu, seperti terjebak dalam hubungan yang tidak sehat atau membuat pilihan yang nyatanya tidak mendukung pertumbuhan pribadi, demikian dilansir Simi Psychological Group. 

5. PTSD memengaruhi area otak yang mengatur stres dan keputusan

ilustrasi orang bersedih (freepik.com/teksomolika)

Dilansir laman Donders Wonders, penelitian menunjukkan bahwa orang dengan PTSD memiliki perbedaan dalam fungsi dan struktur amigdala, hipokampus, dan korteks prefrontal ventromedial, yakni area yang mengatur respons terhadap stres. Inii berarti orang dengan PTSD memandang stres secara berbeda. Selain itu, trauma dapat mengubah cara seseorang membuat keputusan.

Hal ini dikaitkan dengan sebuah istilah yang disebut sebagai Bias Pavlovian, yaitu hubungan antara tindakan dan hasil, dan mempengaruhi bagaimana seseorang membuat keputusan untuk mendapatkan keuntungan atau menghindari kerugian. Namun, penyintas trauma menunjukkan bias Pavlovian yang lebih kuat.

Sebagai contoh, seseorang yang mengalami trauma karena hubungan yang buruk mungkin merasa sangat sulit untuk memulai hubungan baru. Mereka mungkin mengasosiasikan sebuah hubungan dengan rasa sakit dan pengkhianatan, sehingga mereka cenderung menghindari membangun hubungan baru, meskipun ada peluang untuk pengalaman positif. Pada akhirnya, hal ini membuat seseorang dengan PTSD kurang fleksibel dan adaptif dalam pengambilan keputusan sehari-hari.

Trauma masa lalu memang dapat mempengaruhi cara kita membuat keputusan saat ini, dari pola pikir yang terbentuk hingga reaksi impulsif yang muncul. Untuk mengatasi dampak tersebut, penting untuk pertama-tama mengenali bagaimana trauma mempengaruhi pengambilan keputusan.

Selanjutnya, melakukan terapi dengan profesional dapat membantu memproses trauma secara sehat dan mengubah pola pikir yang tidak produktif. Mengembangkan teknik koping yang efektif, seperti meditasi atau teknik relaksasi, juga dapat membantu mengelola stres dan meningkatkan fleksibilitas dalam pengambilan keputusan. Dengan langkah-langkah ini, kita dapat membuat keputusan yang lebih baik dan lebih sadar, meminimalkan dampak negatif dari trauma masa lalu.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
tania
Editortania
Follow Us